Kairo, MINA – Liga Arab pada Selasa (23/6) mendesak pihak-pihak yang bertikai di Libya dan para pendukung asing mereka menghentikan pertempuran dan memulai kembali perundingan perdamaian, karena ketegangan regional mengancam eskalasi baru dalam konflik bertahun-tahun di negara kaya minyak itu.
Setelah pertemuan darurat yang diminta oleh Mesir, para menteri luar negeri Liga Arab memperingatkan tentang “kelanjutan aksi militer yang mengubah garis depan yang ada.”
Pernyataan itu muncul ketika pasukan Tripoli yang didukung Turki mendesak maju menuju Sirte, kota pesisir utama di Libya, demikian yang dikutip dari Nahar Net.
Selama bertahun-tahun perang, Libya terbagi antara barat dan timur, dengan pemerintah barat yang didukung PBB yang berbasis di Tripoli dan komandan militer Khalifa Haftar yang berbasis di kota timur Benghazi dengan parlemennya di Tobruk.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Turki meningkatkan dukungannya dalam beberapa bulan terakhir kepada pemerintah yang berbasis di Tripoli, memasok drone bersenjata, pakar militer dan ribuan milisi Suriah untuk menopang kehadirannya di Mediterania timur.
Usaha Turki telah mengguncang saingan-saingan regionalnya, terutama Mesir yang berbagi perbatasan gurun yang panjang dan kering dengan Libya.
Sirte, tempat kelahiran mantan penguasa Moammar Gadhafi jika bisa dikuasai akan membuka pintu bagi pasukan Tripoli bergerak lebih jauh ke timur, berpotensi mengendalikan instalasi minyak vital, terminal dan ladang yang sekarang berada di bawah kendali Haftar. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20