Lebih Dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (1)

Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA

Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah teladan terbaik dalam kehidupan setiap manusia. Dia-lah lelaki mulia dunia hingga akhirat. Dia pula yang telah dipilih oleh Al Khaliq Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mengemban risalah-Nya dan mengajarkannya kepada umat manusia. Dia pula lelaki ummi yang telah mengubah peradaban manusia di dunia dari zaman kegelapan menuju masa yang terang benderang (al Islam).

Karena itu, semestinya setiap Muslim tahu dan mengenal lebih dekat lagi siapa sebenarnya Nabinya yang tercinta ini, agar ghirah (semangat) untuk meneladaninya lebih kuat dan nyata lagi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengenal lebih dekat siapa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka dalam tulisan ini akan dijelaskan sejarah hidup Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sejak dari mengenal siapa nasabnya hingga amal ibadahnya yang telah dicontohkan kepada umatnya.

Tulisan ini akan diturunkan secara berseri hingga selesai, insya Allah.

Nasab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Nasab Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah nasab yang baik, dari awal hingga akhirnya, tidak ada sedikitpun terdapat kebejatan padanya. Sebagaimana diriwayatkan secara mursal dari Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam, “Aku lahir dari pernikahan dan tidaklah Aku dilahirkan dari perzinaan. Mulai dari Nabi Adam sampai pada ayah ibuku. Tidak ada kebejatan Jahiliyah sedikitpun dalam nasabku. (HR. Ath Thabrani).

Oleh karena itulah kita katakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam lahir dari nasab terbaik. Beliau Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, “Aku diutus dari keturunan bani Adam yang terbaik pada setiap kurunnya, hingga sampai pada kurun di mana aku dilahirkan” (HR. Bukhari).

Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam juga bersabda, “Allah telah memilih Kinanah dari keturunan Isma’il, dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy, dan memilih aku dari keturunan Bani Hasyim.” (HR. Muslim 2276).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memilih Isma’il dari anak keturunan Ibrahim, memilih Kinanah dari anak keturunan Isma’il, memilih Quraisy dari anak keturunan Bani Kinanah, memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku dari keturuan Bani Hasyim.” (HR. Muslim dan at-Turmudzy).

Dari al-’Abbas bin Abdul Muththalib, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, lalu Dia menjadikanku dan sebaik-baik golongan mereka dan sebaik-baik dua golongan, kemudian memilih beberapa kabilah, lalu menjadikanku di antara sebaik-baik kabilah, kemudian memilih beberapa keluarga lalu menjadikanku di antara sebaik-baik keluarga mereka, maka aku adalah sebaik-baik jiwa di antara mereka dan sebaik-baik keluarga di antara mereka.” (Diriwayatkan oleh at-Turmudzy).

Klasifikasi Nasab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Nasab Nabi terbagi ke dalam tiga klasifikasi. Klasifikasi pertama, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (nama aslinya; Syaibah) bin Hasyim (nama aslinya, Amr) bin Abdul Manaf (nama aslinya, Al Mughirah) bin Qushay (nama aslinya, Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr (julukannya adalah Quraisy yang kemudian suku ini dinisbatkan kepadanya) bin Malik bin Nadhar (nama aslinya, Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (nama aslinya, Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

Klasifikasi kedua, (dari urutan nasab di atas hingga ke atas Adnan) yaitu, Adnan bin Adad bin Humaisa bin Salaman bin Iwadh bin Buz bin Qimwal bin Abi Awwam bin Nasyid bin Hiza bin Buldas bin Yadlaaf bin Thabikh bin Jahim bin Nahisy bin Makhi bin Idh bin Abqar bin Ubaid bin Di’a bin Hamdan bin Sunbur bin Yatsribi bin Yahzan bin Yalhan bin Ar’awi bin Idh bin Disyan bin Aishar bin Afnad bin Ayham bin Miqshar bin Nahits bin Zarih bin Sumay bin Mizzi bin Udhah bin Uram bin Qaidar bin Isma’il bin Ibrahim.

Klasifikasi ketiga, (dari urutan nasab kedua klasifikasi di atas hingga keatas Nabi Ibrahim) yaitu, Ibrahim bin Târih (namanya, Azar) bin Nahur bin Saru’ atau Sarugh bin Ra’uw bin Falikh bin Abir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Laamik bin Mutwisylakh bin Akhnukh (ada yang mengatakan bahwa dia adalah Nabi Idris) bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusyah bin Syits bin Adam.

Nama-Nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki beberapa nama, yaitu: Muhammad, Ahmad, Al Mahi, Al ‘Aqib, Al Hasyir, Al Muqaffi, Nabiyyur Rahmah, Nabiyyut Taubah, Khataman Nabiyyin dan Abdullah.

Dalilnya, Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(Qs. Al Ahzab: 40).

Allah Ta’ala juga berfirman dalam ayat lain yang artinya, “Dan bahwasanya tatkala Abdullah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya.” (Qs. Al Jin: 19).

Hadits Jabir bin Math’am, “Aku memiliki beberapa nama: Muhammad, Ahmad, Al Mahi (penghapus) karena denganku Allah menghapus kekufuran, Al Hasyir karena manusia dikumpulkan di atas telapak kakiku, dan Al ‘Aqib.” (HR. Bukhari 4896, Muslim 2354).

Juga hadits Abu Musa Al ‘Asyari, “Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam memberitahu kepada kami nama-nama beliau. Beliau bersabda, Aku Muhammad, Ahmad, Al Muqaffi, Al Hasyir, Nabiyyur Rahmah, Nabiyyut Taubah.(HR. Muslim 2355).

Ini adalah nama-nama beliau yang ditunjukkan secara sharih (lugas) oleh dalil-dalil. Namun banyak di antara para ulama juga menambahkan nama-nama lain untuk beliau, yang diambil dari setiap sifat yang dinisbatkan kepada beliau. Sebagaimana perkataan Imam Al Baihaqi, “Sebagian ulama menambahkan, mereka mengatakan bahwa Allah telah menyebut beliau dengan sebutan: Rasul, Nabi, Ummiy, Syaahid, Mubasyir, Da’i ilallah bi idznihi, Sirajun Munir, Ra’ufur Rahim, Mudzakkir. Allah juga menjadikannya sebagai Rahmah, Ni’mah, dan Haadi.”

Dan sebenarnya masih banyak lagi sifat-sifat beliau jika kita ingin memasukkannya ke dalam deretan nama beliau, di antaranya ash shadiq, al mashduq, sayyidu waladi adam, sayyidul mursalin, al amin, al musthafa, dan banyak lagi. Oleh karena itu para ulama berselisih pendapat mengenai jumlah nama beliau.

Adapun pendapat sebagian ulama bahwa Yaasin dan Thaha adalah termasuk nama beliau, ini dilandasi oleh sebuah riwayat, “Di sisi Rabb-ku Azza Wa Jall aku memiliki 10 nama (Abu Thufail -rawi hadits- mengatakan, aku hanya hafal 8) yaitu, Muhammad, Ahmad, Abul Qasim, Al Fatih, Al Khatam, Al Mahi, Al ‘Aqib, Al Hasyir.

Abu Yahya At Taimi berkata, “Saif (bin Wahb) mengklaim bahwa Abu Ja’far berkata kepadanya: ‘Dua nama yang tersisa adalah Thaha dan Yasin’” (Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Al Ajurri dalam kitab Asy Syari’ah no.1015). (Rujukan utama: Shahih Sirah Nabawiyah, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani).

Kunyah Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam

Pemberian Nama Muhammad

Pada hari ketujuh kelahiran Muhammad, Abd’l-Muttalib minta disembelihkan unta. Hal ini kemudian dilakukan dengan mengundang makan masyarakat Quraisy. Setelah mereka mengetahui bahwa anak itu diberi nama Muhammad, mereka bertanya-tanya mengapa ia tidak suka memakai nama nenek moyang. “Kuinginkan dia akan menjadi orang yang Terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhlukNya di bumi,” jawab Abd’l Muttalib. (Sirah Muhammad Husain Haikal).

Arti Nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidakkah kalian takjub (kagum) bagaimana Allah menyelamatkan aku dari caci maki Quraisy dan laknat mereka?. Mereka biasa mencaci maki orang yang tercela dan melaknat orang yang tercela sedangkan aku adalah Muhammad (orang yang dipuji). (HR. Bukhari).

Larangan Memberi Nama dengan Julukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Dari Anas radliallahu ‘anhu berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah berada di suatu pasar. Tiba-tiba ada orang yang berkata (kepada orang lain), “Wahai Abu Al Qasim.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menoleh lalu bersabda, “Berilah nama dengan namaku tapi jangan kalian menggunakan nama dengan nama kuniyahku (gelar/panggilan).” (HR. Bukhari).

Dari Jabir bin Abdullah radliallahu ‘anhu, dia berkata, “Pada suatu ketika, seseorang di antara kami ada yang mempunyai anak. Lalu ia memberinya nama Muhammad. Tetapi, orang-orang berkata kepadanya, ‘Kami tidak akan membiarkanmu memberi nama dengan nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.’ Kemudian, orang tersebut pergi menggendong anaknya di atas punggung untuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sesampainya di hadapan beliau, ia pun berkata, “Ya Rasulullah, anak saya telah lahir. Lalu saya memberinya nama Muhammad. Tetapi, masyarakat sekitar saya berkata, ‘Kami tidak akan membiarkanmu untuk memberi nama dengan nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.’

Rasulullah menjawab, “Sebenarnya kalian boleh memberikan nama dengan nama seperti namaku. Tetapi, janganlah kalian memberinya julukan dengan julukanku. Karena aku adalah Qasim (orang yang membagi) dan aku akan membagi di antara kalian.” (HR. Muslim).

(R02/P2)

Sumber: Ar Rasul, karya Said Hawwa

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.