Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj islamic News Agency (MINA)
Pada usia senjanya, mantan presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie (78 tahun), siap membuat dunia dirgantara Indonesia kembali bangkit bergairah.
Pria yang pernah menjabat Menteri Riset dan Teknologi itu berencana membuat suksesor pesawat N250 produksi IPTN (saat ini PT Dirgantara Indonesia) yang pernah berjaya saat lahir pada 1995.
Pesawat kali ini diberi nama Regio Prop 80 (R80). Dia mengklaim teknologi yang diadopsi lebih efisien dan canggih, baik dari segi desain dan mesin.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Pesawat R80 dikembangkan oleh PT Ragio Aviasi Industri (RAI), perusahaan perancang pesawat terbang komersil milik Habibie.
“Penerbangan itu sangat penting. Kita membutuhkan pesawat terbang N250 yang pernah berjaya di masanya,” kata Habibie bersemangat.
Berikut ini adalah rangkuman fakta-fakta menarik pesawat R80 yang siap membanggakan Indonesia:
Pertama, kapasitas lebih besar.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
R80 merupakan pesawat generasi penerus N250. Proyek N-250 sempat dihentikan oleh International Monetary Fund (IMF) karena krisis ekonomi 1998.
Setelah dimodifikasi, badannya dibuat lebih besar, maka lahirlah R80. Jika kapasitas N250 hanya 50-60 kursi, R80 memiliki kapasitas yang lebih banyak, yakni 80-90 kursi. Pada 2018 pesawat ini sudah siap diproduksi dan didaftarkan sertifikat layak terbang.
Kedua, lebih efisien dari Airbus dan Boeing.
Beberapa keunggulan R80 yakni lebih ekonomis, murah dari segi harga, biaya pemeliharaan, juga irit bahan bakar karena merupakan pesawat terbang berbaling-baling (turboprop).
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Pesawat ini juga dapat dikendalikan secara elektronik atau dikenal istilah fly by wire. R80 memiliki perbandingan antara angin yang dingin dihasilkan dari udara di body pesawat dengan angin yang dikeluarkan pada engine di belakang pesawat lebih tinggi (Bypass ratio).
“Saya menyampaikan bahwa Airbus atau Boeing itu bypass ratio-nya 12, makin tinggi bypass ratio makin sedikit konsumsi bahan bakar dan lebih cepat, ini (R80) bypass ratio-nya 40, kami perhitungkan pesawat terbang ini sasarannya lebih sedikit 30 persen (penggunaan bahan bakar),” kata Habibie
Baling-baling yang ada di sayap juga termasuk teknologi baru, karena dapat menentukan antara angin dingin dan angin panas yang dihasilkan dari mesin. Dengan teknologi ini pesawat dapat melaju dengan kecepatan tinggi.
Didesain untuk rute pendek dengan jarak tempuh kurang dari 600 km dan mampu diakomodasi oleh bandara dengan landasan pendek. Sangat cocok untuk negara kepulauan seperti Indonesia. Diharapkan R-80 ke depan bisa menghubungkan pulau-pulau terpencil.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Ketiga, modern dan asli buatan anak bangsa.
R80 dikembangkan sepenuhnya oleh anak-anak bangsa. Desainnya dikerjakan oleh 50 ahli, termasuk para ahli dari PT Dirgantara Indonesia.
Komisaris PT RAI, Ilham Akbar Habibie mengatakan, saat ini pengembangan R80 sudah memasuki fase akhir pengembangan. Untuk produksi tahap awal diperlukan dana USD 400 juta.
Pesawat itu rencananya akan diproduksi bersama PT Dirgantara Indonesia, yang saat ini juga tengah mengembangkan pesawat baru N219.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Diharapkan kelahiran R80 mampu mengangkat pamor industri dirgantara nusantara, setelah tenggelam hampir 17 tahun lebih.
Keempat, terbang perdana di Majalengka.
Pesawat R80 akan terbang perdana menjajal bandara baru di Majalengka pada 2018, tepatnya bulan Agustus. Kemungkinan besar di Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat.
Habibie mengatakan, keputusan memilih lokasi penerbangan perdana pesawat itu di Majalengka dilakukan setelah mendengar pemerintah Jawa Barat yang sedang menyiapkan bandara baru di sana.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Kelima, sudah laris di pasaran.
Tiga maskapai telah menandatangani LoI (Letter of Intent) pembelian pesawat R80.
“Dari tujuh maskapai yang menyatakan minat, sudah tiga yang menandatangani Letter of Intent, bahwa mereka akan membeli pesawat sebanyak 145 unit,” kata Ilham Habibie.
Dua dari tiga maskapai yang sudah menandatangani LoI adalah Nam Air (Grup Sriwijaya) dan Kalstar Aviation.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Ilham yang juga anak dari BJ Habibie, meyakini, nanti akan ada lebih banyak lagi pesanan dari maskapai lain. Sebab kebutuhan pesawat sejenis R80 akan terus meningkat, menyusul gencarnya pembangunan bandara di daerah-daerah.
Namun, hingga saat ini mereka belum menginformasikan lebih lanjut kisaran harga pesawat R80. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Sumber: Dream.co.id
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara