Al-Muhajirun, Lampung Selatan, MINA – Amir Kordinator Majelis Ta’lim Muslimah Wilayah Lampung, Ustadzah Miftahusa’adah mengatakan, kebaikan besar bisa diciptakan dengan sebuah amalan yang sederhana.
Hal itu disampaikannya pada Ta’lim Ummahat dan Fatayat markaz II, Jum’at (5/11) bertema “Dengan Berjamaah Mari Kita Wujudkan Lingkungan Yang Indah, Bersih, Aman, Damai, Asri Dan Hijau (Ibadah)” yang digelar di Masjid Annubuwah, Komplek Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Al-Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan.
Ustadzah yang kerap disapa Sa’adah itu memaparkan, kita belajar dari kisah Ummu Mahjan, seorang wanita tua yang membekas di hati Rasulullah Shallallahu ‘Aliahi Wasallam sebab kebiasaannya membersihkan Masjid Annabawi karena ia merasa tidak banyak amalan yang dapat diperbuat.
Apalagi ia miskin sehingga tidak mampu beramal dalam bentuk uang, tetapi hal tersebut tidak membuatnya berkecil hati, ia yakin bahwa Allah senantiasa membuka pintu kebaikan bagi siapapun yang diridhoi-Nya.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
“Bagi Ummu Mahjan membersihkan masjid bukanlah hal sepele karena di sinilah tempat hamba Allah yang sholeh beribadah dan tempat majelis ilmu Rasulullah dengan para sahabat, maka masjid ini harus senantiasa dijaga kebersihannya,” demikian Ustadzah Sa’adah mengisahkannya.
Dikisahkan dalam buku Ishobah, pada suatu saat Rasulullah tidak menemukan Ummu Mahjan, maka beliau menanyakan kepada para sahabat, lalu dijawablah oleh para sahabat bahwa ummu Mahjan telah wafat.
Saat itulah Rasulullah segera menyolatkan bersama para sahabat di kuburannya, dan beliau bersabda “Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi oleh kegelapan, tapi Allah meneranginya bagi mereka karena aku menyolatkannya.”
“Hikmah dari kisah ini adalah bahwa kebaikan besar bisa diciptakan dengan sebuah amalan yang terlihat sederhana, niat dan keikhlasan kepada Allah sajalah yang membuat amalan itu bisa berubah menjadi besar,” ungkapnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Sementara, mahasiswa KKN Sekolah Tinggi Ilmu Shuffah Qur’an Abdullah bin Mas’ud (STISQABM), Lailatuzzahra yang berdampingan menyampaikan materi bersama Ustadzah Sa’adah mengatakan, menjadi orang yang ingin dicintai Allah adalah ia yang membersihkan diri, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 222.
Ia menjelaskan, Allah itu membalas suatu kebaikan, bukan dari seberapa besar atau kecil suatu kebaikan itu tapi seberapa benar niat kita amalkan karena Allah. Dan Allah mencintai keindahan, sebagaimana dalam hadits “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.” (HR. Thabrani)
Ia menuturkan, kebersihan dibagi menjadi beberapa jenis di antaranya kebersihan jasmani, rohani, dan kebersihan lingkungan.
“Jika rohani kita kotor biasanya berpengaruh juga pada jasmani kita, misal kita mudah berprasangka buruk, pasti kita tidak merasa terganggu dengan hal yang kotor, maka disini ada pengaruhnya, tetapi sebaliknya jika hati kita diisi dengan iman dan ilmu, maka kita akan merasa terganggu,” jelas Laila.
Baca Juga: Malu Kepada Allah
“Bila mata kita melihat lingkungan yang bersih dan indah, maka batin dan pikiran kita akan menjadi nyaman begitu juga sebaliknya,” tutupnya. (L/Fit/R12/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu