MELIHAT SISI BARU KERJASAMA INDONESIA-IRAN

(Wawancara khusus MINA dengan Duta Besar untuk , Dian Wirengjurit)

Duta Besar Indonesia untuk Iran, Dian Wirengjurit, Foto: MINA
Duta Besar Indonesia untuk Iran, Dian Wirengjurit, Foto: MINA

Saat ini, Iran, negara penghasil minyak dan gas terbesar setelah Arab Saudi dan Rusia, masih menjalani sanksi ekonomi dari Amerika Serikat () dan Uni Eropa sehingga ruang geraknya terbatas dalam menjalin berbagai kerja sama di ranah internasional.

Republik Islam Iran, dikenal sebagai negara adidaya Timteng yang kuat berdiri dalam menantang tantangan barat yang dikomandoi AS. Isu nuklir yang dibawa ke internasional oleh AS dengan dukungan Israel menjadi bola panas,  plus dibumbui framing media barat dengan isu lain yang memberi pencitraan-pencitraan tertentu yang diarahkan ke negara itu.

Terlepas dari itu, Duta Besar Indonesia untuk Iran, Dian Wirengjurit,  berkeyakinan Pemerintah Indonesia harus mengambil langkah kongkrit atas peluang kerjasama dengan negara Persia itu.  Dengan kekayaan alam dan SDM yang dimiliki, Indonesia pasti bisa memanfaatkan peluang-peluang di tengah dalam rangka mendukung diplomasi ekonomi yang digalakan Presiden Jokowi.

“Dengan jumlah penduduk sekitar 80 juta, Iran merupakan pasar potensial yang besar bagi Indonesia,” kata Dian.

Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Widi Kusnadi dan Rina Asrina melakukan wawancara eksklusif dengan Dian di Jakarta, Kamis (12/1). Berikut  petikan wawancaranya:

MINA: Bagaimana peluang kerjasama Indonesia-Iran yang bisa dilakukan saat ini?

Dubes Dian: Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam, terutama di bidang perkebunan, pertanian dan perikanan. Kita bisa ekspor karet, sawit, kopi, pala dan ikan. Rakyat Iran memerlukan semua itu.

Iran memiliki minyak yang berlimpah. Saat ini, rekan dagang Iran adalah Cina, Rusia, Jepang dan Korea Selatan. Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat memungkinkan melakukan kerjasama itu. Indonesia dan Iran sebagai dua negara anggota Gerakan Non-Blok (GNB), menginginkan keseimbangan dalam hubungannya dengan negara-negara berkembang, negara maju Timur dan Barat.

MINA: Bagaimana Indonesia melihat peluang itu?

Dubes Dian: Saya perlu jelaskan di sini. Pemerintah maupun rakyat Indonesia harus mendapatkan informasi yang akurat mengenai Iran. Selama ini kami melihat ada misinformasi yang diterima. Media mainstream, khususnya Barat mendeskripsikan Iran sebagai sebuah negara yang rusuh, tertutup, dan minim potensi. Ini yang harus diluruskan. Kondisi Iran sangat aman, iklim usaha cukup kondusif dan peluang kerjasama terbuka lebar. Tidak ada kekerasan komunal sejauh yang saya lihat, aman-aman saja.

Ini yang harus diseriusi oleh pemerintah. Dalam hal ini, Presiden Jokowi dan segenap jajarannya menjadi kunci utama sukses dan tidaknya program ini.

MINA: Tentang embargo dari AS dan Uni Eropa terhadap Iran, seberapa berpengaruhkan itu terhadap kerjasama Indonesia-Iran?

Dubes Dian: Saya tegaskan, Indonesia dan Iran sebagai dua negara independen dan anggota GNB sama sekali tidak memiliki batasan untuk meningkatkan kerjasama di segala bidang.

Perlu diketahui, yang diembargo oleh AS dan Uni Eropa hanya bidang militer, nuklir dan minyak, selebihnya tidak. Untuk bidang pertanian, perkebunan dan perikanan, itu tidak masuk dalam daftar embargo. Nah, yang menjadi ketakutan dari para pelaku ekspor di Indonesia adalah, mereka takut transaksinya akan diblokir oleh bank-bank Barat, atau yang berafiliasi dengan mereka.  

Memang di beberapa kasus pernah terjadi hal itu, namun saya katakan sebagian besar transaksi aman dan lancar karena memang barang-barang yang diekspor tidak termasuk dalam daftar larangan.

MINA: Lantas bagaimana rakyat Iran memenuhi kebutuhan keseharian mereka?

Dubes Dian: Malaysia adalah negara yang berhasil memanfaatkan peluang itu. Mereka mengekspor hasil perkebunan dan pertaniannya. Pemerintahnya mendukung dengan promosi maksimal. Bahkan kami pun dikira orang Malaysia karena sangat familiarnya negara itu di hati rakyat Iran.

Dari segi promosi memang kita kalah dengan Malaysia. Padahal secara kuantitas barang, kita lebih lebih banyak, kualitasnya hasil perkebunan dan perikanan juga tidak kalah. Dalam hal kunjungan turis asal Iran, kita juga kalah. Tahun 2014, turis Iran yang berkunjung ke Malaysia sebanyak 200 ribu, sedangkan yang ke Indonesia hanya 10 ribu. Negara tetangga kita itu memberlakukan bebas visa bagi turis Iran.

MINA: Menurut anda, program apa yang Iran lakukan yang belum ada di Indonesia?

Dubes Dian: Selain pendapatan dari hasil minyak, Iran mengembangkan program sedekah massal bagi warganya. Ada yang mereka namakan khumus (berinfak 20 persen dari penghasilan). Di sepanjang jalan di kota-kota Iran, bahkan sampai ke pelosok desa, kita menyaksikan ada kotak infak  untuk sedekah warga. Dari hasil sedekah itu, pemerintah menggunakannya untuk program pengentasan kemiskinan, seperti menyantuni fakir miskin, memberi beasiswa bagi warganya, bahkan kepada mahasiswa luar negeri.

MINA: Apa pesan anda kepada pemerintah untuk meningkatkan kerjasama Indonesia-Iran?

Dubes Dian: Kepada pemerintah, kami siap melaksanakan program-program yang berhubungan dengan promosi Indonesia kepada rakyat Iran, sejauh ini berupa menyelenggaraan atau mengikuti event-event kebudayaan berupa festival, pameran, atau kegiatan lain. Memang hal itu memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Namun jika melihat peluang yang cukup besar dan komoditi kita secara kualitas dan kuantitas bisa bersaing, kami yakin akan membuahkan hasil maksimal.

Pemerintah juga perlu mendorong pihak swasta agar mereka bisa memperkenalkan produk-produknya kepada rakyat Iran, sampai dapat melakukan deal-deal bisnis dengan mereka.

Kepada rakyat Indonesia, kami juga menghimbau agar mencari informasi yang akurat mengenai keadaan Iran yang sebenarnya. Jangan percaya begitu saja dengan media-media barat yang menggambarkan Iran sebagai negara yang tidak kondusif.

(L/R04/R03-P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

 

 

 

 

 

 

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0