MENENGOK AKSI FPI YANG TERLUPAKAN

FPI-TOLAK-MISS-WORLD
FPI-TOLAK-MISS-WORLD
Ribuan massa menolak diadakannya kontes Miss World di Jakarta pada September 2013 (Foto: Rudi MINA)

Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Selama ini masyarakat memandang Front Pembela Islam (FPI) sebagai organisasi penuh masalah dan anarkis, terlebih setelah bentrokan massa FPI dengan aparat kepolisian yang berdarah-darah pada Jumat, 3 Oktober, di depan gedung DPRD DKI Jakarta.

Ketika media-media memberitakan insiden itu berdasarkan keterangan satu pihak belaka tanpa mau melakukan konfirmasi ke pihak FPI yang selalu langsung disalahkan setiap tercipta kericuhan.

Memang, kita tidak bisa memungkiri fakta bahwa dalam aksi demo FPI Jum’at lalu terjadi aksi anarkisme, namun perlu ditelusuri pula, adakah pihak lain yang memanfaatkan situasi itu sehingga terjadi aksi kekerasan.

Namun, jika kita melihat rekam jejak FPI, banyak hal yang mereka lakukan dalam membantu umat Muslim dan masyarakat umum demi ketentraman dan kenyamanan.

Berikut beberapa aksi positif yang sempat terekam:

Menyelamatkan para ustad dan ulama

Relawan FPI menjadi relawan tangguh di daerah bencana tsunami Aceh Desember 2014 (Foto: FPI)
Relawan FPI menjadi relawan tangguh di daerah bencana tsunami Aceh Desember 2014 (Foto: FPI)

Oktober 1998, Badan Pengacara Fakta DPP-FPI mengadakan investigasi kasus teror, pembantaian, dan pembunuhan para ulama, kyai, ustad, dan beberapa guru pengajian dengan dalih dukun santet di beberapa wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain di Demak, Pasuruan, Jember, Purbalingga, dan Banyuwangi yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum FPI Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab. Dan mengeluarkan “Seruan Jihad FPI” terhadap “pasukan ninja” yang telah meneror dan membunuh para kyai dan ulama.

Juni 1999, malam hari sebelum Pemilu 1999, Laskar Pembela Islam (LPI) FPI menyelamatkan 18 orang ustadz di Jakarta, karena dianiaya oleh sejumlah kader PDI Perjuangan yang tersinggung oleh seruan dan fatwa beberapa ormas Islam.

September 2003, DPP-FPI bersama Laskar FPI, Ormas Islam dan istri aktivis yang diculik mengadakan aksi di Mabes Polri dengan tema “Stop Penculikan”.

Lawan preman

November 1998, Insiden Ketapang meletus, terjadi perusakan sebuah mesjid di bilangan Ketapang, Gajah Mada, Jakarta Pusat, oleh sekitar 600 orang preman Ambon. Laskar Pembela Islam berhasil memukul mundur penyerang. Benturan-benturan dengan preman kerap terjadi ketika FPI akan menutup atau merazia tempat-tempat maksiat di berbagai wilyah di Indonesia.

Bela rakyat miskin

Januari 2002, DPP-FPI mengeluarkan fatwa haram bagi Pemerintah untuk memungut pajak dari rakyat kecil, menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Tarif Dasar Listrik (TDL), dan Pulsa Telepon, serta menyusutkan dana pelayanan masyarakat lainnya selama korupsi tidak diberantas.

Selain itu, menurut pengurus FPI, banyak pengaduan masyarakat Jakarta yang diterima oleh FPI untuk dibantu.

Melakukan demo-demo membela kepentingan umat Islam

FPI sering berunjuk rasa ke berbagai lembaga berwenang dan yang terkait mengenai media-media pornografi, perjudian, pelecehan dan penindasan terhadap Islam dan ummat Islam dihapus.

FPI bersama ormas lainnya juga sangat keras menolak diadakannya pagelaran Miss World 2013 di Jakarta dan Bogor, sehingga acara itu dialihkan di Bali.

Mereka juga sering berpawai keliling ibukota setiap hari miladnya mengampanyekan syariat Islam dan menolak kemaksiatan.

Menutup tempat maksiat

Penutupan tempat maksiat adalah langkah yang paling sering dilakukan oleh FPI di Jakarta dan di berbagai wilayah Indonesia.

Contohnya  FPI menutup beberapa tempat perjudian di daerah Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat dan lokasi prostitusi di Ciputat pada September 1999.

FPI mencegah aksi kemaksiatan  bertajuk Kontes Miss Waria di Gedung Sarinah Jakarta pada 27 Juni 2005, mencoba masuk ke Hotel Bumi Wiyata di Depok untuk membubarkan Seminar Waria yang sedang berlangsung pada 30 April 2010.

FPI menyambangi Kantor Majalah Playboy yang membahayakan akhlak generasi muda pada 12 April 2006.

Akhir September 2010, Front Pembela Islam (FPI) menyambangi empat lokasi pemutaran film yang bertema lesbian, gay, biseks, dan transgender.

Melawan pemikiran sesat dan liberal

FPI juga gigih melawan pemikiran orang-orang yang mengaku Islam tapi liberal dan sesat pemahaman agamanya.

Mereka pernah menyegel kantor Fahmina Institute di Cirebon yang banyak mengeluarkan pemikiran-pemikiran menyimpang dalam pemikiran Islam pada 21 Mei 2006, mendatangi acara pelantikan pengurus Papernas Sukoharjo yang beraliran komunis pada akhir April 2007, menyambangi rumah tempat berkumpul aliran Wahidiyah yang mengajarkan kesesatan pada 12 September 2007.

Pada 1 Juni 2008, Massa FPI bentrok massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB) yang sebagian besar terdiri dari aktivis liberal, kaum homoseks, dan beberapa organisasi menyimpang lainnyab di sekitar Monas. Massa AKK-BB waktu itu sedang berdemo memprotes SKB Ahmadiyah. AKKBB juga melakukan provokasi sebelum terjadi bentrokan.

Februari 2011, FPI melakukan pengeberekan jamaah sesat Ahmadiyah di Cikeusik, Banten. Di Jakarta, seribuan massa FPI dan FUI melakukan demonstrasi anti Ahmadiyah di Bundaran Hotel Indonesia. Dalam aksi ini FPI dan FUI mengecam dan menuntut pembubaran Ahmadiyah sebagai aliran sesat yang membonceng nama Islam. Di Bengkulu dan Makassa, FPI menutup markas Ahmadiyah.

Aksi Peduli berbagai kasus dan bencana nasional

Posko banjir FPI selalu tersebar di beberapa titik banjir di Jakarta (Foto: Bamah Net)
Posko banjir FPI selalu tersebar di beberapa titik banjir di Jakarta (Foto: Bamah Net)

Ketika bencana tsunami Aceh pada 26 Desember 2004, FPI segera mengirimkan sukarelawan. Dimana di Aceh ini FPI mendapat nama harum sebagai sukarelawan yang paling bertahan dan bersedia ditugaskan di daerah-daerah yang paling parah, termasuk menjaga kesucian Mesjid Raya Baiturrahman, Aceh.

Bukan hanya Aceh, FPI juga terjun ke gempa Yogyakarta 2006, gempa Tasikmalaya  dan Padang 2009, serta bencana jebolnya tanggul Situ Gintung Tangerang Selatan pada 2009.

FPI juga mengawal korban Mesuji untuk mencari keadilan pada penampu kebijakan di Jakarta pada Desember 2011.

Pada Februari 2012, mendatangi Kalimantan Tengah atas undangan Warga Dayak yang meminta bantuan FPI atas berbagai ketidakadilan di Kalteng, namun provokasi dari Teras Narang menggagalkan kehadiran FPI.

Untuk di Ibukota Jakarta yang memiliki musibah rutin, yaitu banjir, FPI pun tidak ketinggalan mendirikan posko-posko banjir di kota sendiri.

FPI juga berhasil meredam kerusuhan yang dipicu masalah makam Mbah Priok pada April 2010.

Anti-Israel dan AS

Oktober 2001, FPI melakukan aksi demonstrasi di depan Kedutaan Amerika Serikat dengan merobohkan barikade kawat berduri dan aparat keamanan menembakkan gas air mata serta meriam air. Unjuk rasa juga dilakukan pada 23 Maret 2003, bersama ormas Islam lainnya menentang serangan terhadap Irak.

Pada Maret 2002, FPI menyatakan penolakan kedatangan Shimon Peres, Menlu Israel ke Indonesia. Surat pernyataan ini diikuti oleh Patroli Anti Israel yang digelar Laskar FPI di berbagai daerah, khususnya bandara-bandara internasional dan tempat-tempat wisata di Indonesia.

Demo-demo kecaman dan penentangan terhadap Israel sering dilakukan di saat militer Israel melakukan serangan berutal ke Jalur Gaza yang menewaskan ribuan Muslim Palestina.

Membela Palestina

Sekjen FPI, Ustadz Sobri Lubis
Sekjen FPI, Ustadz Sobri Lubis langsung datang ke Gaza membagikan bantuan rakyat Indonesia melalui FPI (Foto: FPI)

Pada 8 April 2002, FPI bersama puluhan ormas Islam lain mendeklarasikan pembentukan Komite Pembebasan Al-Aqsha (JPA) di Kantor Pusat DPP-FPI yang kemudian dijadikan sebagai Sekretariat Bersama KPA. Saat itu juga dibuka pendaftaran jihad ke Palestina. Di hari pertama tidak kurang dari 10.000 mujahid telah mendaftarkan diri. KPA dibentuk dengan tujuan jangka panjang memerdekakan Al-Aqsha dari penjajahan zionis Yahudi Israel.

Tidak hanya itu, penggalangan dana pun giat dilakukan untuk korban perang di Gaza. Dan bantuan melalui mereka telah sampai ke Gaza. Bahkan Imam Besar FPI berencana mengunjungi Gaza bersama tim kemanusiaan dari MER-C pada September 2014, namun belum terealisasi karena sulitnya mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk menyeberangi perbatasan ke Gaza.

 

Mungkin masih terlalu banyak mamfaat positif dari gerakan FPI di DKI Jakarta dan wilayah lain di Indonesia yang oleh pemikiran orang, kelompok, media anti-Islam dianggap sebagai kekerasan.

Seringnya FPI mengancam berbagai tempat dan bisnis maksiat, tentunya membuat orang-orang yang meraup untuk di bisnis haram itu berkepentingan untuk menyudutkan FPI hingga tuntutan pembubarannya.

Karena untuk kepentingan umat Islam di Jakarta, agar mereka tidak dipimpin oleh seorang kafir, maka FPI tampil di front terdepan melakukan penolakan habis-habisan terhadap Basuki Tjahaja Purnama menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Sebagai masyarakat, tentunya kita harus bersikap obyektif terhadap suatu masalah. Jika ada aksi FPI yang salah, tugas kita untuk menasehati dan meluruskan dan jika ada aksi yang positif, kita harus apresiasi sebagaimana kita memperlakukan ormas lain di sekitar kita.  (T/P001/R03).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0