Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengambil Ibrah dari Kisah Nabi Nuh ‘Alaihissalam (Bagian I)

Redaksi Editor : Lili Ahmad - Kamis, 26 September 2024 - 15:41 WIB

Kamis, 26 September 2024 - 15:41 WIB

83 Views

Uray Helwan

Oleh Uray Helwan, Da’i Kalbar

 

Dari Nabi Adam ke Nabi Nuh ‘Alaihimassalam: Risalah Kepemimpinan Berlanjut

Kisah Nabi Nuh ‘Alaihissalam merupakan cerita yang mengandung lautan hikmah. Tentang beratnya perjuangan menegakkan kalimat tauhid di tengah-tengah tingginya hasrat kemusyrikan dari manusia, serta keistiqomahan dalam berda’wah, walaupun melewati rentang waktu yang sangat Panjang.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-17] Berbuat Baik pada Segala Sesuatu

Nabi Nuh ‘Alaihissalam adalah nama yang disebutkan pertama kali dalam QS Asy-Syuura [42]: 13, dari 5 Nabi Ulul Azmi. Kelima manusia mulia tersebut mendapat wasiat dari Allah Subhanahu wata’ala untuk menegakkan addien (agama) dan tidak berpecah belah di dalamnya. Narasi ini sedikit berbeda dengan yang Allah Subhanahu wata’ala kemukakan kepada para malaikat terkait misi Nabi Adam ‘Alaihissalam, yakni sebagai khalifah di muka bumi.

Ini bisa dipahami, pengutusan Nabi Adam ‘Alaihissalam ke muka bumi mengusung misi “basic” atau tugas pokok dan fungsi manusia sebagai khalifah, sedangkan Nabi Nuh ‘Alaihissalam dan nabi-nabi lain setelahnya sebagai penguatan misi awal, menegakkan sesuatu yang sudah diabaikan manusia, yakni hidup dalam pola masyarakat wahyu dan berkepemimpinan syar’i, atau dalam narasi Al-Qur’an sebagaimana ayat di atas: Tegakkan agama dan janganlah berpecah belah di dalamnya.

Umat Nabi Adam ‘Alaihissalam, anak-anak beliau, diuji dengan besarnya godaan nafsu syahwat wanita sehingga mengabaikan ketaatan kepada sang pemimpin, Nabi Adam ‘Alaihissalam, akibatnya melahirkan dosa pertumpahan darah, sedangkan umat Nabi Nuh ‘Alaihissalam justru melakukan dosa yang sangat mendasar, yakni menyekutukan Allah Subhanahu wata’ala. Mereka pun durhaka dan berbuat zalim kepada Nabi Nuh ‘Alaihissalam.

Kisah Nabi Nuh dalam Al-Qur’an disebutkan dalam banyak tempat. Bahkan menjadi nama surah ke 71, Surah Nuh.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-16] Jangan Marah

Sayyid Quthub dalam Fii Zhilalil Qur’an menuturkan dengan sangat apik mengenai Surah Nuh tersebut. Berikut di antaranya:

إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى  قَوْمِهِ أَنْ أَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ  (1)  قَالَ يَا قَوْمِ إِ نِّي لَكُمْ نَذِيْرٌمُبِيْنٌ (2) أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ  (3) يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ ۖ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih” (1), Nuh berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu (2), (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku (3), niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.” (4). (QS Nuh [71]: 1-4).

Surah ini dimulai dengan menetapkan aqidah dan penegasan: Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Inilah sumber tempat Rasul menerima tugas sebagaimana menerima aqidah.

Baca Juga: Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Nabi Nuh ‘Alaihissalam adalah orang pertama (dari Rasul) sesudah Nabi Adam ‘Alaihissalam. Nabi Adam ‘Alaihissalam tidak disebutkan risalahnya di dalam Al-Qur’an. Mungkin dia hanya sebagai pendidik bagi anak cucunya. Setelah lama masa berlalu sejak kewafatannya mereka tersesat dari peribadatan kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan menjadikan berhala sebagai tuhan-tuhan sembahan.

Kemudian, Allah Subhanahu wata’ala mengutus Nabi Nuh ‘Alaihissalam untuk mengembalikan tauhid kepada mereka, meluruskan pandangan mereka terhadap Allah Subhanahu wata’ala, kehidupan dan alam semesta.

Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih. Kondisi kaum Nabi Nuh ‘Alaihissalam telah sampai pada puncak keberpalingan, kesombongan, kekeraskepalaan dan kesesatan sehingga peringatan yang disampaikan adalah berupa azab yang pedih di dunia maupun di akhirat, atau kedua-duanya.

Nuh berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu.” Dijelaskan peringatan-peringatannya dan diterangkan alasan-alasannya. Tidak ada yang tidak jelas dan disembunyikan. Tidak ada kebimbangan dalam dakwah. Tidak ada yang rancu dan samar, bahwa ada konsekuensi tegas bagi mereka yang mendustakan dakwah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-15] Berkata yang Baik, Memuliakan Tamu, dan Tetangga

(yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku.” Ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala tanpa mempersekutan dengan sesuatu apa pun. Takwa kepada Allah Subhanahu wata’ala akan dapat mengendalikan perasaan dan perilaku. Taat kepada Rasul-Nya akan menjadikan perintah-Nya sebagai sumber sistem kehidupan dan kaidah perilaku.

Beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala semata adalah manhaj yang sempurna bagi kehidupan. Yang meliputi hakikat uluhiyah (Ketuhanan yang berhak disembah), ubudiyah (penyembahan, peribadatan), hakikat  hubungan antara makhluk dan sang khaliq serta hakikat kekuatan dan nilai di alam semesta dan dalam kehidupan manusia.

Dari sanalah bersumber aturan kehidupan manusia sehingga tegaklah manhaj kehidupan yang khas yakni Manhaj Rabbani, atau sistem ke-Tuhan-an yang merujuk kepada hakikat ubudiyah dan uluhiyah serta nilai yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wata’ala bagi makhluk hidup dan bagi segala sesuatu.

“Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.”

Baca Juga: Masih Adakah yang Membela Kejahatan Netanyahu?

Sebagai balasan bagi orang yang menerima seruan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala, bertakwa kepada-Nya dan taat kepada Rasul-Nya adalah pengampunan dan terbebas dari dosa-dosa yang telah lalu.

Nabi Nuh ‘Alaihissalam tinggal bersama kaumnya selama 950 tahun lamanya. Beliau menyampaikan risalah Allah Subhanahu wata’ala ratusan tahun lamanya, beliau lakukan dengan penuh kesungguhan siang dan malam. Namun, apa jawaban kaumnya? Mereka ingkar lagi mendustakan, kecuali sebagian kecil dari mereka yang beriman. Bahkan kezaliman dan kedurhakaan mereka lebih keras ketimbang umat setelahnya.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Catatan 47 Tahun Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Tausiyah