Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MENGAPA PARIWISATA SYARIAH ITU PENTING

Nidiya Fitriyah - Jumat, 7 November 2014 - 10:50 WIB

Jumat, 7 November 2014 - 10:50 WIB

1984 Views ㅤ

Konferensi World Islamic Tourism Mart (WITM) di Jakarta, 24 Oktober 2014, Photo: MINA
 Konferensi World Islamic Tourism Mart (WITM) di Jakarta, 24 Oktober 2014, Photo: MINA


Konferensi World Islamic Tourism Mart (WITM) di Jakarta, 24 Oktober 2014, Foto: MINA

Pariwisata Islam (Indonesia menyebutnya pariwisata Syariah) adalah subkategori dari wisata religi yang ditujukan untuk keluarga Muslim, dimana mereka mematuhi aturan-aturan Islam, atau dikatakan sebagai pariwisata yang ramah untuk gaya hidup Muslim.

Kategorisasi barang dan jasa terkait pariwisata, dirancang, diproduksi dan disajikan ke pasar harus berdasarkan aturan Islam atau halal. Seperti banyak penggunaan istilah umum dalam sehari-hari misalnya, hotel, penerbangan, dan makanan halal.

Halal dalam bahasa Arab berarti hal-hal yang dibolehkan, tidak hanya diterapkan untuk makanan, tetapi mencakup produk-produk syariah, dimulai dari transaksi perbankan untuk kosmetik, dan vaksin. Hal ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan Muslim.

Dengan demikian, negara-negara di seluruh dunia harus mulai menggunakan konsep Pariwisata Islam, untuk memastikan wisatawan Muslim mendapatkan kenyamanan yang maksimal selama berwisata dan mampu melaksanakan ibadah ketika berlibur.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Jepang saat ini memberi perhatian besar pada masalah pariwisata syariah. Mereka baru-baru ini menetapkan paket wisata yang ramah untuk gaya hidup Muslim. Sebagai contoh, Miyako International Tourist co.,Ltd salah satu  agen wisata di Jepang yang menawarkan jasa pariwisata serba halal.”Kami memahami kekhawatiran dari wisatawan Muslim mengenai makanan halal, fasilitas beribadah, dan semua aspek yang berkaitan dengan agama,” kata pihak penyedia jasa  Miyako International Tourist co.,Ltd

Tidak hanya Jepang, Rusia pun telah melihat potensi wisata halal dan mengajak Muslim dapat berbahasa Rusia, juga mencoba untuk mempromosikan produk-produk halal dalam setiap pameran tahunan, yang diikuti oleh Cina, Perancis, Turki, UAE, dan negara- negara bagian lain yang mulai menyadari pentingnya pariwisata syariah.

Sebuah terobosan studi baru, ‘Global Muslim Lifestyle Travel Market: Landscape & Consumer Needs,’ menunjukkan bahwa belanja wisatawan Muslim secara global senilai 126.1 juta dolar AS (sekitar 1.53 triliun rupiah) pada 2011 dan diperkirakan terus meningkat 4,8 persen hingga 2020, dibandingkan dengan rata-rata kenaikan sebesar 3,8 persen.

Studi tersebut menyoroti bagaimana penerbangan, obyek pariwisata dan hotel bisa mendapatkan keuntungan besar dan akan terus berkembang dengan baik. Hal itu semakin menegaskan perlunya kebutuhan khusus pada industri pariwisata syariah.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El-Awaisi (3): Kita Butuh Persatuan untuk Bebaskan Baitul Maqdis

Studi tersebut telah dirilis oleh DinarStandard, sebuah riset pemasaran yang berbasis di New York dan perusahaan penasehat yang difokuskan pada pasar dan bisnis Muslim, pelopor dalam pengembangan wisata Halal-friendly. Pasar pariwisata Muslim global yang memiliki pendapatan sebesar 126.1 juta dolar AS  digunakan untuk pengeluaran sebesar 12,3 persen dari total belanja wisata global 2011.

Diperkirakan pariwisata Muslim akan  meningkat hingga $192 miliar dolar AS pada 2020 mendatang, dengan pengeluaran global 13,4 persen. Pasar pariwisata Muslim secara keseluruhan lebih besar dari pengeluaran terbesar pasar wisata di dunia-jerman- dan hamir dua kali lipat dari Cina pada 2011.

Ketua  WITM Malaysia, Dato’ Mohamad Khalid Harun. foto: MINA

Ketua WITM Malaysia, Dato’ Muhamad Khalid Harun. foto: MINA

Untuk itu, disela-sela konferensi World Islamic Tourism Mart (WITM) di Jakarta pada 24 Oktober 2014, Reporter Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rina Asrina mewawancarai ketua WITM Malaysia, Dato’ Muhamad Khalid Harun. Berikut adalah hasil wawancaranya:

MINA: Apa arti Pariwisata Islam menurut Anda?

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis

Dato’ Muhamad: Islam adalah agama, sedangkan Islam adalah cara hidup dimana orang-orang yang menerimanya (Islam) berdasarkan disiplin ilmu dan apa yang anda percaya di dalamnya. Terutama ketika Anda bepergian, kemudian anda lapar, tentu tujuannya adalah makanan, lalu manakah makanan yang baik (halal menurut Islam) yang dapat kita makan. Dan ketika ada tempat yang menyediakan ini (Pariwisata syariah), maka itulah tempat yang kita cari, dan tentu saja kita akan mencari tempat tersebut. Itulah salah satu tantangan yang dihadapi oleh industri pariwisata diseluruh dunia.

MINA: Apakah konferensi ini mempromosikan pariwisata syariah?

Dato’ Muhamad: Ya, pasti, dunia melihat Indonesia sebagai pusat pariwisata syariah. Konferensi pertama itu diadakan di Kuala Lumpur, sekarang kita ingin mengadakan konferensi dibelahan dunia yang lain, melihat Indonesia dengan mayoritas Muslim, di Jakarta dan kota-kota lain, saya pikir ini adalah waktu yang tepat untuk WITM berbasis di Jakarta atau di provinsi lain.

MINA: Apakah Anda pikir wisata syariah akan membantu dalam memecahkan masalah Islamophobia yang dihadapi oleh Muslim? Bagaimana Anda menghubungkannya?

Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina

Dato’ Muhamad: Ya, dengan terus mengadakan konferensi seperti ini, dan saling berbagi antara satu dengan yang lain, ini merupakan sesuatu yang berbeda. Ketika diterapkan, orang tidak akan melihat hal yang sama lagi seperti apa yang mereka lihat di media mainstream, sehingga manfaat dari pariwisata syariah dan Islam tidak hanya dapat dirasakan oleh Muslim, tetapi juga agama lain. Karena ketika kita berbicara tentang makanan halal, tentu itu sehat.

MINA: Apa saja hal yang dapat dilakukan untuk mempromosikan masalah pariwisata syariah?

Dato’ Muhamad: Kita harus serius dan melihat bahwa pariwisata Islam memiliki peluang penghasilan yang besar, dengan melihat apa yang Muslim butuhkan ketika mereka sedang bepergian, misalnya dalam hal keselamatan dan keamanan, yang nantinya dapat meningkatkan pariwisata syariah itu sendiri.

MINA: Bagaimana anda mempromosikan masalah ini di negara-negara non Muslim?

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (1): Peran Strategis Indonesia dalam Pembebasan Baitul Maqdis

Dato’ Muhamad: Ada banyak negara-negara non Muslim yang memiliki populasi Muslim yang banyak, seperti Jepang, Cina, dan tempat-tempat lain. Kami datang mengunjungi mereka dan memberi tahu mereka tentang keuntungan dari pariwisata Islam, sehingga mereka memiliki pengetahuan yang lebih baik dan berpeluang untuk meningkatkan pariwisata mereka, dengan banyaknya wisatawan Muslim. Kami juga menantang mereka bagaiamana caranya mereka cukup mampu menyediakan paket Islam bagi wisatawan Muslim.(L/P008/R03)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel

Rekomendasi untuk Anda

Wamenlu RI Anis Matta (foto: Kemlu RI l
Indonesia
Indonesia
Kementerian Luar Negeri RI (foto: Topcareer.id)
Indonesia
Indonesia
Indonesia