Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MENGENAL FAKSI PERJUANGAN DI PALESTINA, DFLP

Rudi Hendrik - Senin, 15 September 2014 - 01:20 WIB

Senin, 15 September 2014 - 01:20 WIB

1311 Views

dflp*Wawancara Khusus Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jalur Gaza

Serangan Israel ke Jalur Gaza yang “putus nyambung” sejak tahun 50-an membuahkan perlawanan dari dalam Palestina, di mana masyarakat internasional mulai mengenal gerakan internal yang dibentuk dari rakyat biasa menjadi seorang pejuang untuk kemerdekaan. Nama gerakan seperti Brigade Izzudin Al-Qassam, Jihad Islami, Brigade Al-Quds, dan gerakan-gerakan lainnya mulai menguat di permukaan setelah upaya Israel mencaplok tanah-tanah Palestina makin meluas hari demi hari. Pengusiran warga dari kampung halamannya pun mulai menjadi hal yang rutin didengar publik.

Setiap gerakan perlawanan di Palestina punya keunggulan dan daya pikat tersendiri dalam menjaring solidaritas internasional untuk mendukung perjuangan Palestina, bukan karena trik yang mereka pakai, namun karena kesederhanaaan dan keteguhan perjuangan yang mereka bina. Salah satunya Brigade Izzudin Al-Qassam, sayap militer Hamas, yang dalam perang terbaru melawan Israel ini memberikan kejutan-kejutan dahsyat dari ketekunan mereka menciptakan berbagai macam senjata baru dari hasil karya pejuangnya di tengah  pengepungan ketat Israel dalam beberapa tahun ini.

Gerakan berikut mungkin jarang didengar muncul ke permukaan, bahkan pada saat perang terbaru sekali pun. Namun, tim koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jalur Gaza berhasil melakukan kunjungan dan wawancara dengan salah satu anggota pendiri gerakan Democratic Front For The Liberation Of Palestine (DFLP), Shaleh Zaidan. Berikut petikan wawancaranya:

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Mi’raj Islamic News Agency (MINA): Masyarakat belum terlalu mengenal DFLP, bisa dijelaskan siapa pemimpin dan Ideologi apa yang dibawa Front ini?

Shaleh Zaidan: Sekjen DFLP saat ini Nayef Hawatme. Ideologi yang diterapkan oleh front ini adalah parsitipatif ilmiah, akan tetapi ideologi ini masih kami sebut pada tingkat pembebasan tanah air. Kita berikan solusi yang prioritas atas pertentangan terhadap penjajah Israel, bukan terhadap pertentangan internal, karena pertentangan internal telah terjadi di Palestina dan harus diselesaikan dengan berdialog. Pertentangan dengan penjajah Israel harus diselesaikan dengan kekuatan senjata, dengan politik dan juga persatuan bangsa Palestina.

MINA: Kapan didirikannya DFLP?

Shaleh Zaidan: Front ini didirikan pada 22 Februari 1999, front ini terbangun atas dasar muqowamah (perlawanan) sejak awal berdirinya. Dengan menggabungkan kekuatan politik dan senjata, front ini mempunyai keunggulan karena bertujuan menyatukan faksi-faksi yang terpisah di Palestina juga karena bergerak dalam urusan pembebasan Palestina terjajah dan intifadah. Juga karena memiliki prakarsa yang berisi poin-poin penegakkan revolusi atas dasar progres penerapan hak-hak bangsa Palestina. Front ini telah berkontribusi pada seluruh peperangan yang membela hak-hak Palestina dari penjajah Israel. Front ini adalah kekuatan yang selalu menyediakan pasukan-pasukan perlawanan terhadap penjajah Israel, terbangun dari kesatuan, dari kemajemukan dan dari pecahan-pecahan melalui pemilu untuk implementasi penuh yang relatif.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El-Awaisi (3): Kita Butuh Persatuan untuk Bebaskan Baitul Maqdis

MINA: Apa visi dan misi DFLP?

Shaleh Zaidan: Visi dan misi DFLP secara umum ialah mengembangkan program bertahap yang dibangun pada 1974 dan program ini berhasil terbangun pada 1974 serta berhasil membangun seluruh kekuatan termasuk di dalamnya Hamas juga Jihad Islami pada kesepakatan di Kairo 2005 lalu. Program ini menjadi misi bertahap hingga saat ini untuk mendirikan negara merdeka dari semua tanah yang terjajah yang sentral kepada Al-Quds sebagai ibu kota dan mengembalikan hak para pengungsi, yaitu bahwasanya pencapaian program ini adalah jalan untuk mendirikan Palestina yang berdemokrasi dari seluruh daratan hingga lautannya.

MINA: Apa peran DFLP terhadap Jalur Gaza dan perang 51 hari kemarin?

Shaleh Zaidan: Dasar kami adalah perlawanan terhadap penjajah Israel, kami melawan dengan senjata, dan pada perang 51 hari kemarin DFLP ikut berjuang dan 25 orang syahid dari gerakan kami. Kami melakukannya atas dasar persatuan dari sisi politik Palestina. Untuk itulah pada perang 51 hari, kami berperan sebagai pemersatu para pejuang dari bawah tanah, dan pemersatu masyarakat dari belakang muqowamah, jadi kami berperan sebagai pemersatu. Kami juga sebagai utusan yang pergi ke Kairo, juga melakukan perundingan secara tidak langsung dengan Israel agar berhentinya penyerangan dan agar tuntutan-tuntutan masyarakat tersampaikan.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis

MINA: Apakah DFLP mengirim utusan ke Kairo?

Shaleh Zaidan: Ya. Utusan dari DFLP pada kesepakatan di Kairo bernama Qais Abdul Karim, peran kami adalah sebagai pemersatu yang terbentuk dari Hamas, Fatah, Jabhah Sya’biyah juga Jihad Islami. Utusan kami ini mengikuti semua perundingan yang terlaksana.

MINA: Ada berapa cabang DFLP?

Shaleh Zaidan: DFLP mempunyai cabang di berbagai daerah yang terdapat masyarakat Palestina, di Tepi Barat dan di Al-Quds misalnya, juga ada di Suriah, Lebanon dan Yordania, bahkan di Eropa dan Amerika termasuk di Asia dan Afrika selama terdapat masyarakat Palestina.

Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina

MINA: Bagaimana gerakan ini beroperasi melawan Israel?

Shaleh Zaidan: Kami melawan dengan senjata berhadapan langsung dengan musuh, kami juga meluncurkan roket hingga melakukan operasi khusus seperti sniper dan menghasilkan beberapa tentara Israel tewas dan puluhan luka-luka.

Sejak didirikannya, DFLP  memiliki tiga ribu syahid yang meninggal karena bertempur melawan penjajah Israel, melakukan lebih dari ratusan operasi khusus melawan penjajah Israel dan di antara operasi yang paling gemilang yang pernah terlaksana ialah operasi “ma’lut“, “bisan“, “Al-Quds” dan lain sebagainya yang kebanyakan dari dalam tanah di perbatasan Golan, Yordania dan Lebanon.

MINA: Bagaimana keikutsertaan front ini dalam pemilu?

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (1): Peran Strategis Indonesia dalam Pembebasan Baitul Maqdis

Shaleh Zaidan: Kami mengikuti pemilu dan berhasil masuk ke perwakilan-perwakilan (dalam pemerintah), untuk suara yang kami peroleh sekitas tiga persen.

MINA: Adakah pesan anda untuk masyrakat Indonesia?

Shaleh Zaidan: Kami mengucapkan terima kasih kepada rakyat Indonesia yang telah mendukung baik itu dari segi materil, politik dan moral. Kami mengucapkan selamat kepada bangsa yang besar ini yang berdiri di pihak yang benar dan perlawanan kepada penjajah Israel.

MINA: Adakah pesan khusus untuk pembangunan RS Indonesia di Gaza yang dimediasi MER-C?

Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel

Shaleh Zaidan: Kami juga mengucapkan rasa terima kasih khusus kepada lembaga Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia atas pembangunan RS Indonesia di utara Jalur Gaza yang telah memberikan dukungan medis dan kemanusiaan, kami juga berterima kasih kepada semua yang mendukung lembaga ini karena telah mendukung pula rakyat Palestina.(L/K01/K03/R04/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya

Rekomendasi untuk Anda