Kesatuan dan persatuan bangsa Palestina merupakan hal mendasar yang harus segera direalisasikan demi terwujudnya kebebasan dan kemerdekaan Al-Aqsha dan Palestina. Banyak hal yang sudah dilakukan oleh para pejuang di Palestina untuk merealisasikan hal tersebut.
Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jalur Gaza berkesempatan mewawancarai salah satu petinggi Jihad Islami (salah satu pejuang yang pernah ditargetkan Israel), Dr. Khalid Al Batsh, Juru Bicara Resmi dan Pemikir di Harakat Jihad Islami (JI).
Ia juga akan memaparkan apa dan bagaimana serta peran dan harakah JI baik dalam perjuangan membebaskan Palestina, serta peran kunci mereka dalam rekonsiliasi faksi-faksi di Palestina.
Berikut wawancara ekslusifnya bersama wartawan MINA di Gaza, Nur Ikhwan Abadi, Muhammad Husain dan Muqorrobin al Fikri berikut ini :
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
MINA : Selama ini masyarakat dunia khususnya di Indonesia hanya mengenal 2 fraksi Hamas dan Fatah dan sedikit yang mengetahui bahwa Jihad Islami merupakan salah satu bagian terbesar di Palestina, bisakah anda jelaskan sedikit profil Jihad Islami?
Dr. Khalid Al Batsh : Pertama-tama dari Gaza di bumi Palestina bumi Bait al-Maqdis, kami sampaikan salam hormat kami kepada seluruh umat muslim di manapun berada terutama saudara-saudara kami di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang tidak pernah kikir terhadap rakyat Palestina dan senantiasa menggaungkan nama Palestina dalam tulisan-tulisan, ceramah-ceramah, puisi, kebudayaan mereka dan lain-lain.
Beralih ke pembahasan tentang gerakan Jihad Islam (JI), pondasi gerakan ini berdiri pada tahun 1981. Namun baru diumumkan pada tahun 1987 M saat terjadinya perang melawan Zionis Israel. Gerakan Jihad Islam ini didirikan oleh sekumpulan pemuda Palestina yang diketuai oleh as-syahid Doktor Fathi As-Syaqoqiy, pelopor yang syahid di dibunuh oleh Mossad Israel di kepulauan Malta saat kembali dari Libya. Saat itu ia sedang melakukan mediasi untuk 30.000 masyarakat Palestina yang di usir oleh Muammar Qaddafi. Hari ini misi perjuangan JI dalam gerakannya dibawah pimpinan mujahid Doktor Ramadhan Syallah, Sekjen gerakan JI, yang juga merupakan salah satu anggota pendiri awal gerakan ini.
Gerakan JI tumbuh dan berkembang di tanah Palestina, di jalan-jalannya, di pengungsiannya, sebagai reaksi dari eksistensi bangsa penjajah di Palestina. Gerakan ini tumbuh dan besar pada kondisi di hadapan tank-tank baja para penjajah, jip-jip tentara dan militer penjajah. Gerakat ini lahir di Palestina tepatnya di Gaza setelah kepulangan sekelompok pelajar ke Palestina. Setelah mereka menyelesaikan studinya di kota Zaqaziq Meir pada awal tahun 80-an. Kelompok awal tersebut memulai proyek JI diatas pondasi gerakan kenegaraan Islami yang fokus utamanya mengatasi permasalahan umat Islam dan persatuan Islam.
JI tidak mengusung unsur golongan atau pun ras. Tidak membedakan sesama umat muslim dan selalu mengajak kepada persatuan umat. Bagi JI, permasalahan utama umat Islam adalah Zionis Israel dan berharap juga dijadikan permasalahan utama oleh seluruh bangsa Arab dan umat muslim dimanapun berada. Sejak awal, gerakan ini memproklamirkan bahwa JI dan sarana pendukungnya harus dimulai di Palestina karena pertempuran utama yang sesungguhnya ada di Palestina. Konflik Palestina adalah konflik utama yang harus diselesaikan bagi gerakan-gerakan Islam dan gerakan-gerakan kenegaraan Palestina, bangsa arab dan umat Islam di seluruh dunia.
JI juga telah sejak awal menargetkan Zionis sebagai musuh utama umat Islam dan sampai saat ini tidak berubah dan tidak akan pernah berubah. Hal ini terbukti dengan proyek JI yang terlah berlangsung sejak sangat lama diantaranya adalah inthifadah Palestina yang terjadi pada 1987 setelah terjadinya perang syija’iah yang menewaskan beberapa tentara Zionis dan membuat enam pejuang JI syahid.
Gerakan ini mempercayai akan wajibnya jihad, wajibnya bersatu dan yakin akan memenangi pertempuran pada akhirnya. Sebagaimana yang telah di lakukan oleh Saraya Al-Quds –sayap militer gerakan Jihad Islami– yang melahirkan ratusan aktivitas perlawanan dan jihad.
Hari ini gerakan JI juga tidak melakukan kegiatan politik apapun dengan Israel. Kita selalu memilih solusi Palestina secara utuh dari laut sampai sungainya. Gerakan ini juga meyakini bahwa setiap umat Islam harus memiliki peran dalam memperjuangkan Al-Quds, maka dari itu gerakan JI dengan lantang menolak segala aktivitas yang membiarkan Israel dengan bebas menjarah dan mengambil hak-hak Palestina dan menentang segala undang-undang dan kebijakan Israel.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
MINA : Apa yang membedakan JI dengan fraksi lainya seperti Fatah dan Hamas?
Dr. Khalid Al Batsh: Pertama-tama saya akan jelaskan sedikit perbedaan antara gerakan Fatah dan Hamas. Gerakan Fatah adalah gerakan kenegaraan Palestina. Tidak terbentuk oleh strategi jihad untuk membebaskan Al-Aqsha. Program-programnya jelas dan mengarah kepada nasionalisme dan tidak pernah menklaim sebagai gerakan Islam. Meskipun ada sebenarnya program jihad mereka tapi sebatas memperjuangkan wilayah Palestina yang disepakati pada tahun 1948 (Gaza dan Tepi Barat). Dengan kata lain gerakan Fatah menerima solusi dua negara (baca: Palestina dan Israel) dan setuju bahwa konflik antara Palestina dan Israel hanya sebatas wilayah yang sudah disepakati. Kesamaan gerakan Fatah dengan gerakan JI hanya sebatas sama-sama gerakan rakyat Palestina dan perlawanan terhadap para penjajah namun kami berbeda pendapat dalam memandang masalah politik. Adapun gerakan Hamas adalah gerakan Islam dan merupakan saudara kandung kami. Namun terdapat beberapa perbedaan antara keduanya.
Pertama-tama hal yang terkait dengan gerakan Hamas adalah gerakan JI ketika baru terlahir langsung menetapkan bahwa perlawanan bersenjata dan jihad adalah solusi utama dalam menghadapi penjajah sedangkan gerakan Hamas sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama adalah kepanjangan dari gerakan Ikhwanul Muslimin yang menetapkan “tarbiyah” lah yang lebih utama sebelum jihad. Dan terjadilah perdebatan antara Hamas dan saudara saudara mereka di ikhwan al muslimin mengenai apakah kita harus memulai jihad hari ini atau tidak. Dan saat itu di putuskan bahwa untuk berjihad kita membutuhkan tarbiyah.
Sementara kami gerakan al Jihad al Islami saat itu yang kita fahami adalah proses tarbiyah kita bisa kita dapatkan melalui jihad kita melawan Israel adapun saudara saudara kita di Hamas meyakini bahwa tarbiyah sebelum berjihad dengan dalil 13 tahun proses pendidikan Nabi Muhammad sallallaahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya di makkah al mukarramah. Sementara kami berpegangan kepada dalil quran surat al ankabut yang artinya “dan orang orang yang berjihad di jalan kami (Allah) maka kami tunjukan mereka jalan jalan nya. Dan sesungguhnya Allah benar benar bersama orang yang berbuat kebaikan”. Dari ayat ini kami simpulkan dengan melalui jihad melawan penjajah kita juga mendapat kan tarbiyah sebagaimana yang Allah janjikan.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Akan tetapi pada dasarnya gerakan Hamas dan gerakan al Jihad al Islami sepakat dalam berbagai hal baik itu manhajj sunnah nya, al qurannya, dalam ittiba’ dan segala hal lainnya. Dan perbadaan antara kami seperti yang disebutkan sebelumnya hanya perbedaan di awal saja dimana kami sejak awal sudah mulai berjihad sementara mereka terlambat sedikit.
Dan hari ini gerakan Hamas menerima untuk terjut ke dunia politik pemerintahan Palestina dimana kami gerakan al Jihad al Islami menolak. Dengan demikian berarti Hamas menerima solusi 2 negara sekalipun mereka berdalih ini hanyalah sementara dan merupakan strategi sebelum melangkah lebih jauh. Lain dari hal itu yang memebadakan antara kami adalah gerakan al Jihad al Islami tidak terjun ke kancah politik pemerintahan sehingga kita tidak ikut andil dalam konflik internal berdarah seperti yang terjadi antara Hamas dan Fatah. Dengan demikian hal ini membuat gerakan al Jihad al Islami efektif dalam menbangun hubungan dengan Negara Negara internasioal karena posisi kami yang lebih kepada netral dan bersih dari unsur politik.
MINA : Gerakan Fatah telah memprokalimirkan diri bahwa mereka bukanlah gerakan Islam dan kepada sekuler, sementara gerakan Hamas seperti kita ketahui bersama merupaan kepanjangan dari ideology ikhwan al muslimin . pertanyaannya bagaimana dengan gerakan al Jihad al Islami ? Apa ideology gerakan ini karena tidak banyak yang mengaitkan antara gerakan Jihad Islami dengan ideologi syi’ah.
Dr. Khalid Al Batsh: pertama tama seperti yang saya katakan bahwa kami sangat memperhatikan hubungan kami dengan gerakan Hamas. Dan saat ini hubungan kami dengan Hamas benar-benar sangat baik. Karena kita sama-sama dalam satu kerangka Islam. Ketika saya katakan bahwa kita dalam kerangka yang satu itu berarti banyak sekali kesamaan dan kerjasama antara kita dan Hamas. Dalam urusan strategi jihad, kami selalu saling bahu-membahu, urusan politik luar negeri juga demikian, dan begitu juga dalam manhaj fiqih. Gerakan Jihad Islami dan gerakan Hamas serta masyarakat Gaza pada umumnya bermazhab syafi’i.
Kami tidak mengkafirkan syi’ah dan kami menganggap syi’ah juga muslim. Adapun perbedaan yang terjadi antara kami dengan syi’ah dalam permasalahan fiqh bisa diselesaikan dengan jalur diskusi. Melalui komite para alim ulama insya Allah bisa terselesaikan permasalahan fiqh tersebut. Dalil kami tidak menkafirkan syi’ah adalah sampai saat ini syi’ah masih menunaikan haji ke Baitullah masjid Haram.
Dalam surat at-Taubah ayat 28 dijelaskan larangan bagi orang selain muslim untuk masuk ke dalam masjid Haram. Maka kalau sekIranya syi’ah sudah tidak digolongkan kedalam kaum muslimin bagaimana sampai saat ini syi’ah masih diperbolehkan berhaji ke masjid Haram? Maka dari itu kami gerakan JI tidak mengkafirkan siapapun. Dan bukan kepentingan kami untuk mengkafirkan 400 juta muslim syi’ah di seluruh dunia dan menganggap mereka keluar dari agama. Akan tetapi kita meyakini bahwa perbedaan fikih tersebut bisa diselesaikan melalui ulama Islam.
Maka sekali lagi kami tidak ingin mengkafirkan siapapun. Kami ahlu sunnah wal jama’ah. Namun ketika kami memutuskan untuk tidak mengkafirkan syi’ah bukan berarti kami syi’ah. Dan ketika kami mengatakan bahwa kami bukan syi’ah bukan berarti juga kami memandang jelek aqidah syi’ah. Dan segala perbedaan antara sunni dan syi’ah bisa diselesaikan lewat diskusi, lewat majlis ulama dan bukan dengan meledakkan, membunuh dan menyembelih sesama muslim atau meledakkan masjid-masjid. Karena hal tersebut tidak dibenarkan dan tidak diajarkan oleh baginda Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam.
Maka dari itu kami bukanlah syi’ah. Perlu diketahui ketika terjadi revolusi di Iran saat itu Iran dan Israel merupakan sekutu. Pada waktu luas area kantor kedubes Israel di Iran mencapai 600 hektar. Dan ketika terjadi revolusi di Iran rakyat Iran mengusir kedubes Israel di Iran dan kantor kedutaannya di jadikan kantor kedutaan Palestina. Saat itu bendera Palestina di naikkan tinggi-tinggi. Dan setelah terjadi revolusi tersebut petinggi Negara pertama yang berkunjung ke Iran adalah Abu Ammar (panggilan untuk Yasir Arafat).
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Selain itu, Negara Iran telah menunjukkan berbagai dukungan realnya kepada para pejuang Palestina baik itu dalam bentuk dana, politik dan sebagainya. Dan yang disayangkan adalah Negara-negara arab sunni malah tidak bisa memberikan apa yang telah diberikan oleh muslim syi’ah kepada rakyat Palestina. Memang benar ada beberapa bantuan kemanusiaan dari beberapa Negara arab untuk rakyat Palestina namun itu hanya sebatas aksi tutup mulut. Sifatnya hanya sementara dan “no more”. Sementara Iran memberikan segalanya dalam membantu perjuangan di Palestina.
Dari sini saya tegaskan bahwa kami bukan syi’ah dan tidak mengkafirkan syi’ah. Dan kami juga meyakini bahwa permasalahan Palestina merupakan tanggung jawab bagi seluruh Negara muslim baik itu sunni ataupun syi’ah. Adapun hal-hal terkait hubungan kami dengan Iran maka saya katakan sejak awal kami menetapkan bahwa hubungan kami dengan Negara manapun di seluruh dunia tergantung sejauh mana kedekatan mereka dengan Palestina.
Ketika Iran dekat dengan Palestina maka Palestina pun akan mendekati Iran. Ketika hubungan Indonesia dekat dengan Palestina maka Palestina pun akan mendekati Indonesia. Maka Negara manapun yang menjauhi Palestina secara otomatis akan kami jauhi negara tersebut. Kepentingan kami tergantung dengan kedekatan mereka dengan Palestina. Barang siapa yang menjaga Palestina, menolong dan membantu Palestina maka kami akan mendekati Negara tersebut.
Adapun sebaliknya bagi siapapun yang berlepas diri dari Palestina dan mendatangi Washington seperti rombongan negara-negara arab yang kalian saksikan tahun lalu ketika mereka jauh-jauh mendatangi Washington untuk menyatakan diri bahwa mereka menerima pertukaran kebijakan, dan menerima perundingan politik dengan mengatasnamakan rakyat Palestina sekalipun mereka arab dan sunni, maka apa namanya? Pahlawan? Yang telah menelantarkan hak-hak warga pelestina, yang telah mencetuskan perundingan perdamaian dengan Israel, membuka hubungan dengan Israel, membuka kantor kedutaan untuk Israel, apakah bisa dikatakan pahlawan? Tidak, ini bukan standar dan perhitungan kami.
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Ukuran kami jelas, siapa yang dekat dengan Palestina maka Palestina dekat dengan mereka dan siapa yang menjauhi Palestina maka kami tidak punya urusan untuk dekat dengan mereka. Atas dasar ini lah kami bangun hubungan kami dengan negara-negara internasional.
MINA : Banyak yang beranggapann bahwa hubungan yang tampak antara Iran dan Israel adalah hubungan palsu dimana di permukaan tampak bermusuhan sementara di bawah meja mereka bersekutu, bagaimana pandangan anda?
Dr. Khalid Al Batsh: Pertama-tama saya katakan kepada siapa yang mengatakan hal tersebut kenapa harus menyibukkan diri dengan pernyataan hal ini? Pernyataan ini banyak keluar dari negara-negara yang tidak suka terhadap Iran. Anehnya negara-negara yang menyatakan hal tersebut malah memiliki hubungan intim dengan Israel. banyak negara-negara arab yang rakyatnya senang menghabiskan musim panas di Tel Aviv dan di jalan-jalannya. Bahkan banyak dari negara tersebut memiliki apartemen di Tel Aviv.
Saya tidak bekerja di Kementrian Luar Negeri Iran jadi saya tidak tahu menahu hubungan sebenarnya antara Iran dan Israel. Saya hanya melihat yang tampak saja. Apa yang Iran persembahkan kepada rakyat Palestina dan apa yang negara-negara lain persembahkan untuk Palestina. Apa yang dipersembahkan oleh Iran dan negara- negara selain Iran untuk para pejuang.
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
Iran telah banyak membantu Hamas dan JI sementara yang lain tidak. Semua yang kita inginkan Iran memenuhi. Termasuk roket Fajr yang kita gunakan pada perang 2012 kemarin itu merupakan pemberian dari Iran. Sementara lembaga negara-negara arab sama sekali tidak mengirimkan satu buah senjata pun untuk rakyat Palestina.
Mereka (sebagian negara arab) itu secara tidak langsung telah menerima Yahudisasi al-Quds, berusaha memberikan kedamaian untuk Israel, membiarkan Israel menginjak-injak kehormatan rakyat Palestina dan sekarang mereka berusaha membuka lembaran baru dengan mencari musuh lain selain Israel. Kemudian mereka merubah status mereka dari musuh Israel menjadi musuh Iran. Hal ini merupakan cacat besar dalam sejarah dan ini adalah kesalahan yang Jihad Islami tidak ingin ikut campur didalamnya.
Tugas kami, JI adalah mengarahkan umat muslim pada jalan yang seharusnya. Yaitu menjadikan Israel sebagai musuh utama dan bukannya negara-negara lain. Bukan Indonesia, bukan Iran, bukan Turki, dll. Musuh utama hari ini adalah Israel yang sedang menjajah al-Quds dan Baitul maqdis.
MINA : Apa yang menyebabkan gerakan JI enggan masuk kedalam kancah politik dalam negeri Palestina? Dan kalau tadi anda sempat katakan bahwa dengan masuknya Hamas ke dalam dunia politik dalam negeri Palestina, berarti Hamas telah mengakui kedaulatan Israel walaupun hanya sementara. Di sisi lain Perdana Menteri Palestina Ismail Haniya yang juga merupakan pimpinan Hamas di Gaza berulang-ulang mengatakan bahwa “Hamas tidak akan pernah mengakui negara Israel”. Bagaimana anda menafsirkan hal teresebut?
Dr. Khalid Al Batsh: Posisi gerakan Hamas sangat jelas dan kami sangat mempercayai Ismail Haniya bahwa Hamas tidak akan pernah mengakui Israel. Namun saya telah katakan bahwa perbedaan antara Hamas dan JI adalah Hamas menerima posisi di dunia politik dalam negeri pada tahun 2006. Dan itu berarti secara tidak langsung Hamas menyetujui kebijakan pembagian dua negara di Palestina baik itu sementara maupun dalam bentuk lain. Saya percaya pada dasarnya Hamas tidak akan pernah mengakui dan menerima Israel. akan tetapi sebuah politik memiliki pola dan bentuk tersendiri. Sekarang saya tanya, kenapa Hamas diblokade? Kenapa rakyat Gaza ikut di blokade?? Apakah anda tahu kanapa? Jawabannya adalah karena rakyat Gaza memilih gerakan Hamas.
Karena sudah masuk dan menang dalam kancah politik sudah sepantasnyalah Hamas mengakui kedaulatan Israel dengan pengakuan resmi. Namun Hamas menolaknya. Dan ketika dihadapkan kepada lembaran perjajian politik tertulis diantara poin-poin didalamnya adalah sepakat akan solusi dua negara. Baik itu sementara atau tidak namun secara tidak langsung Hamas memberikan semacam pengakuan.
Namun kalau anda tanya kepada saya maka saya katakan saya sangat percaya bahwa Hamas tidak akan mengakui adanya Israel dan tidak mungkin satu orang pun anggota Hamas yang akan menerima keabsahan negara Israel.
MINA : Apakah solusi yang dimiliki oleh JI untuk membebaskan Palestina?
Dr. Khalid Al Batsh: Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam banyak ayat-Nya yang memerintahkan muslimin untuk mempersiapkan kekuatan dalam menghadapi musuh-musuh Islam, Allah berfirman bahwa umat Islam adalah umat yang satu dan memerintahkan kita untuk bersatu, berjihad dan menghidupkan umat.
Maka disini saya katakan bahwa tugas kami gerakan JI adalah membiarkan medan Bait al-Maqdis terus berkobar dan menjaga kobarannya. Menjaga bumi Syam agar tetap memiliki kobaran jihad dan perlawanan sehingga para pejuang Palestina tidak tertidur.
Kenapa? Karena ketika sebuah lilin tetap menyala memberikan tanda bahwa rakyat Palestina masih hidup dan belum mati. Lilin perjuangan ini memberikan peringatan kepada umat Islam bahwa perjuangan belum berakhir. Sehingga apabila mereka datang maka akan mendapati bahwa masyarakat Palestina belum menyerah dalam menjaga tanahnya dari kerakusan Israel.
Dalam menjaga cahaya kehidupan ini, kami harus terus melakukan perlawanan senjata terhadap Israel dan ini kita lakukan bersama-sama dengan berbagai gerakan perlawanan lainnya yang ada di Palestina. Karena tidak pantas bagi kami untuk berdiam diri dan menunggu uluran tangan bangsa arab dan umat muslim lainnnya, akan tetapi terus bergerak dan berjuang demi menjaga kelangsungan cahaya perjuangan dan sekaligus menjelaskan situasi bahwa tanah Palestina adalah tanah wakaf kaum muslimin dan tidak bisa seenaknya di permainkan dan dijual beli apalagi dijajah. Dan hal ini tidak bisa berjalan kecuali dengan berjihad, melawan dan tidak berkompromi dengan musuh.
MINA : Apa pandangan anda terhadap rekonsiliasi Hamas – Fatah yang tak kunjung usai dan apa solusi yang anda tawarkan?
Dr. Khalid Al Batsh: Disini saya hanya melihat adanya penjarahan tanah Palestina yang terus-menerus, dan Yahudisasi al-Quds, dan pembangunan pemukiman penduduk Israel, dan berbagai permasalahan Palestina lainnya. Perpecahan antara Hamas dan Fatah hanya menambah penderitaan rakyat Palestina. Untuk menghentikan Qassam, maka harus ada seseorang yang masuk barisan sehingga kita potong jalan kepada John Kerry, kita potong jalan ke pemukiman lalu membawa Abu Mazin dari belakang, hingga yang di pemukiman maju, dan pada waktu yang sama hingga kami dapat berangkat dengan perlawanan untuk melanjutkan pembebasan Tepi Barat dan tanah Palestina yang lain.
Dengan demikian kita meringkas menjadi dua poin, di mana ada dua Perdana Menteri, yaitu Doktor Abul ‘Abid Haniya di Gaza dan Hamdallah di Tepi Barat, ada perdana Menteri di sini dan di sana, kementrian di sini dan di sana, dan hasilnya terjadi blokade yang berkelanjutan di Jalur Gaza, dan kita sibuk dengan perpecahan ini di mana Israel membangun ribuan kelompoknya menduduki Al-Quds, mereka meyahudisasikan Al-Quds dengan membangun di bawahnya gereja dan talmud, dan membangun di sisinya.
Hari ini beberapa anggota gereja Yahudi menuntut untuk meminta tanah di dalam masjid Al-Aqsha membangun gereja hingga orang-orang Zionis bisa beribadah di sana, Israel mengeksploitasinya agar mempercepat Yahudisasi Al-Quds, mereka mengambil keuntungan dari Qassam di Palestina dan mengambil keuntungan dari pertumpahan darah yang ada di Suriah, Mesir, Libanon dan Irak. Mereka memanfaatkan ini semua di mana bangsa arab sibuk dengan pertumpahan darah 24 jam penuh sedangkan Israel meneruskan Yahudisasi dan perampasan daerah.
Sekarang kita sebagai warga Palestina mengatakan jika kita ingin memberhentikan John Kerry bagaimana caranya? Yaitu dengan kesatuan bangsa, karena jika kita menekan dan memaksa Abu Mazin, akan mengkhawatirkan keadaan, maka itu kita bersatu dan katakan tidak bahkan seribu tidak untuk John Kerry, dan yang memungkinkan bisa meningkatkan dari sisi perlawanan untuk membuat malu Israel.
Maka rekonsoliasi yang paling penting sekarang adalah perbanyaklah waktu-waktu yang berlalu untuk menolak yahudisasi dan menolak John Kerry. Sebagian orang mengatakan barangkali rekonsiliasi ini menguntungkan Mahmud Abbas, mungkin kamu pernah mendengar sebagian pakar politik di Tepi Barat atau di Gaza mengatakan bahwa rekonsoliasi ini seolah melayani Mahmud abbas, jadi ini bukanlah rekonsoliasi yang sebenarnya, saya mengatakan sebaliknya, karena rekonsiliasi ini melarang Mahmud Abbas dari keteledoran dan meningkatkan dari sisi perlawanan dan memangkas jalan John Kerry.
MINA : Lantas bagaimana solusi dari percahan ini untuk kesatuan Palestina?
Dr. Khalid Al Batsh: Dahulu telah terjadi kesepakatan pada tahun 2011, telah bersepakat semua jajaran bangsa yang di dalamnya Fatah, Hamas dan Al-Jihad, juga kesepakatan antara Abu Mazin dan Kholid Misy’al ketua biro politik Hamas. Yang diminta hanyalah menerapkan kesepakatan, ada dua kesepakatan yang kami tandatangani, dan dua kesepakatan ini mencakup segala rincian yang ada berupa peraturan, kekuasaan, pemilu, keamanan, kesatuan bangsa, proyek-proyek negara semuanya telah kami bahas dan telah kami tulis di kertas-kertas berupa folder dan telah kami tandatangani bersama, saat ini yang diminta hanyalah menerapkan kesepakatan tersebut.
MINA : Bagaimana kesatuan faksi-faksi di Palestina dalam memerangi penjajah Israel?
Dr. Khalid Al Batsh: Kita lihat Israel itu tidak sanggup. Israel adalah negara yang lemah, bagaimana dengan Hamas dan JI di Gaza dan di Tepi Barat, apa yang mereka lakukan? Mereka semua memerangi Israel, apakah mereka memerangi Indonesia? Kita lihat mereka memerangi Israel, dan sekarang yang dibalik Israel adalah Amerika Serikat (AS). Bukan berarti AS datang setiap hari dengan senjata agar melindungi para penjajah, di sana ada pasukan Israel, dan kamu memandang dari segi waktu atau jaman.
Kami memperhatikan unsur-unsur kekuatan, hal-hal positif, kemenangan, karena Israel tidak mungkin dikalahkan dengan keputusan hakim, akan tetapi kita menyusun kemenangan. Para penjajah di jalur Gaza beberapa tahun yang lalu berjumlah 22 penjajah dan kemana mereka sekarang? Maka saya katakana ya jika bangsa Arab berdiri dengan kabel saja di perbatasan-perbatasan Palestina dan melempaskan batu-batu, maka Israel sebagaimana yang dikatakan oleh Allah “wala tajidannahum ahroshonnasi ‘ala hayah” sesungguhnya mereka belum siap mati, mereka tidak mau mati, aslinya mungkin mereka tinggal di Texas atau di apartemen atau di London, lantas kenapa mau mati di Palestina?
Mereka datang ke sini agar hidup tentram di Palestina, dan ketika mereka melihat bahwa ini adalah negeri terjajah dan bangsa arab dan umat muslimin mendukung bangsa Palestina mereka tidak diam, kalau tidak ke mana dia akan hidup? Mereka akan kabur, untuk itulah wajib meneruskan perlawanan Zionis, ada juga hijrah sebaliknya, tiap bertambahnya jumlah perlawanan di Palestina, makin menjauhlah para penjajah pergi, kamu boleh mengecek di Israel betapa banyak bahkan jutaan pasukan di sana yang pergi karena pukulan dari perlawanan, karena Zionis tidak siap mati di tanah Palestina.
MINA : Apa tanggampan anda tentang ISIS yang ada di Suriah?
Dr. Khalid Al Batsh: Pertama-tama kami bersama Suriah artinya hak bangsa Suriah untuk memilih siapa yang memerintah, kami bersama mereka dan kami menghormati mereka dengan mereka memilih siapa yang pantas memerintah, agar mereka hidup dengan hormat, dengan demokrasi dan juga dengan merdeka, itu adalah hak bangsa Suriah.
Akan tetapi kami menolak campur tangan asing terhadap Suriah dan menolak pertumpahan darah di Suriah, apapun yang berjalan di Suriah adalah haram, kami merasa bertanggungjawab, kami merasa bahwa Allah subhanallah wa ta’ala akan menghukum setiap yang ikut campur mengangkat senjata pada pertumpahan darah di Suriah, baik itu dari anak-anak Suriah atau dari selainnya, kami hanya mengajak berbincang kepada bangsa Suriah untuk menghentikan pertumpahan darah, karena apa yang terjadi di Suriah adalah melemahkan Palestina.
Semua yang mati di Suriah bahkan yang bersenjata sekalipun, mereka yang menjadi penolong bagi Palestina, agar seharusnya mereka mati untuk melindungi Palestina, saya menangis ketika melihat seseorang mati, baik itu orang biasa yang ikut perang, atau tentara, mereka itu diandalkan untuk Palestina sehingga dengan itu Palestina rugi puluhan ribu yang terbunuh dengan cuma-cuma, untuk itu kami mengajak untuk menegakan rekonsiliasi di Suriah sesuai dengan kesepakatan politik, kami berharap agar mengalirnya darah mereka yang berperang adalah untuk hak bangsanya.
Akan tetapi kaitannya dengan harokah-harokah Islam, kami selaku bagian dari harokah Islam, kami mempunyai sesuatu yang penting yang harus dilakukan, kami mempunyai Israel sebagai target besar, maka kami tidak turut campur ke dalam ISIS. Kami tidak menyarankan ini dan itu karena itu semua urusan khusus mereka, kami tahu mana urusan kami, kami tidak mengadili peraturan apapun, kami jauh dari perkara-perkara Suriah, kami tidak campur tangan, tidak dalam urusan positif tidak juga dalam urusan negatif, tidak dengan pemerintahannya atau yang menentangnya.
Kita mengambil keuntungan dari ribuan warga Palestina yang mengungsi di Suriah, jika dengan ini kami mengambil sedikit perkara dari pihak manapun, warga Palestina akan membayarnya, karena kami bermanhaj dakwah, kami hanya melarang warga Palestina yang ada di Suriah, untuk tidak memihak manapun, semua adalah tentang menghentikan pertumpahan darah, dan kami selaku Jihad Islami berharap kepada seluruh negeri arab dan pihak jaminan Islam untuk memulai menghentikan pertumpahan darah dan menembakan senjata.
MINA : Bagaimana tanggapan anda terhadap ditutupnya Ma’bar Rafah dan apa pesan anda kepada Mesir?
Dr. Khalid Al Batsh: Yang pertama bahwa Mesir adalah negara saudara, negara yang besar, dan telah mengorbankan ribuan syuhada untuk Palestina pada tiap peperangan di Palestina pada 1948, pada 1956, pada 1967, pada 1973 dan pada setiap kesempatan Mesir selalu hadir. Untuk itu kami meminta kepada majelis pemerintahan Mesir agar jangan menyikapi Gaza karena alasan bahwa Gaza adalah bagian dari ikhwanul muslimin. Kami mengetahui bahwa pemerintahan Mesir yang sekarang sedang ada masalah dengan ikhwanul muslimin, dan mereka menilai bahwa Hamas adalah dari Ikhwanul Muslimin, kami katakan bahwa Hamas memang pemikirannya seperti Ikhwanul Muslimin, akan tetapi Hamas adalah harokah Islam Palestina.
Kepentingan awal dan akhir mereka adalah untuk Palestina, dan mereka tidak seharusnya menanggung urusan politik, perselisihan adalah antara ikhwanul muslimin dengan peraturan di Mesir agar tidak melibatkan kami yang di Gaza karena itu adalah urusan Mesir, kami warga Gaza menyebut saudara-saudara kami di Mesir sebagai hambanya Sang Penolong (Allah Subhanahu Wa Ta’ala). Walaupun ada perselisihan pada tahun 60-an yang lalu antara Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Palestina, akan tetapi hamba Allah selalu membukakan jalan untuk warga Gaza, seperti memberikan bantuan pada musim dingin, juga pada musim panas, dan selalu memberikan pendidikan gratis kepada warga Gaza dengan memberikan pemasukan bulanan untuk warga Gaza.
Maka selaku hamba Allah ketika ada perselisihan dengan ikhwanul muslimin tetap membuka jalan untuk warga Gaza, untuk itu kami warga Gaza mengatakan dari sisi petinggi dan warga kepada para hamba Allah agar membuka perbatasan untuk Gaza dan mengarah kepada solusi setiap perselisihan, saya mengajak kepada panitia pemerintahan Mesir dan Palestina agar mempelajari sebab-sebab perselisihan antara Hamas dan Mesir dengan tujuan menyamaratakannya dan menghilangkan resiko-resikonya juga untuk menghilangkan kabut ini.
Saya mengaitkan antara Mesir dan Hamas, Hamas adalah harokah Palestina, Hamas tidak berperan apapun di Mesir, dan tuduhan-tuduhan apapun yang diterima Hamas sebagian besarnya adalah kedzaliman, Hamas tidak ikut campur urusan Mesir, akan tetapi yang disayagkan bahwa pemberitaan dari Hamas dan Mesir ada perseteruan pemberitaan dan saya mengajak untuk menghentikannya, dan saya mengatakan kepada Hamas agar harus ada jarak dalam berideologi sebagai harokah Palestina yang mengadili pemerintahan jalur Gaza. Hamas tidak terlibat dengan Mesir akan tetapi sebagian orang dan sebagian pemberitaan Mesir mengatakan bahwa Hamas terlibat dengan Mesir.
MINA : Kita dengar bahwa Israel akan menyerang Gaza dalam waktu dekat, bagaimana tanggapan Anda?
Dr. Khalid Al Batsh: Yang pertama mungkin kamu pernah mendengar akhir perang yang dilakukan JI yaitu perang “kasru ashshomt”, perang ini hasil dari jumlah pelanggaran Israel atas kesepakatan di Kairo tahun 2012 dimana terjadi Sembilan pembunuhan atas warga Palestina di Tepi Barat, al-Quds dan Jalur Gaza, untuk itu JI menetapkan untuk menjawab ini semua dan melaksanakan perang yang dinamakan “kasru ashshomt” dengan meluncurkan puluhan bom dari jalur Gaza. Kami katakan bahwa Israel mengancam jalur Gaza, kami terbiasa dengan ancaman seperti ini.
Kita katakan kepada Israel bahwa ini tidak membuat takut warga Palestina, dan pada dasarnya ini memang ada, berlanjut dan belum berakhir, akan tetapi kami katakan bahwa agresi apapun terhadap jalur Gaza, Israel akan bertanggungjawab dan akan berimbas atas semuanya. Maka selanjutnya jika ingin menyerang jalur Gaza harus diketahui bahwa hak kita sebagai warga Palestina adalah membalas agresi ini.
MINA : Ada yang mengatakan bahwa Fatah, Hamas dan Jihad Islami saling melengkapi satu sama lain, bagaimana tanggapan Anda?
Dr. Khalid Al Batsh: Yang pertama jika muqowamah baik-baik saja, maka warga Palestina pun baik-baik saja, jika muqowamah kuat dengan segala sesuatunya, ini berdampak baik bagi warga Palestina, sekarang jika ada kesepakatan negara Palestina, kita bersepakat menjalankan hubugan internal di Palestina, artinya kenapa kita saling membunuh dan kenapa kita saling mencegah satu sama lain.
Ini adalah kesepakatan yang strategis, strategi ini jika kita menyepakatinya, maka satu pihak menuju ke satu kekacauan, sementara yang lainnya berperang, kalau kita katakan bahwa jika tidak ada perundingan akan lebih baik, begitu juga jika kita katakan tidak ada yang lain selain al-Jihad akan lebih baik, jika seperti ini membutuhkan kompatibel, dan inilah yang kami minta untuk membahas berkas-berkas secara teratur dalam rangka pembebasan, karena Hamas dan JI harus ada di dalamnya, dan harusnya satu pihak tidak menyelesaikan urusan tanpa melibatkan pihak-pihak yang lain.
MINA : Apa Pesan anda untuk Muslimin di dunia untuk membantu menyatukan faksi di Palestina?
Dr. Khalid Al Batsh: Yang pertama untuk kesekian kalinya kami ucapkan salam kepada bangsa Indonesia muslim dan non muslim, dan hari ini saya meminta umat untuk agar berdiri bersama Palestina, dan maju untuk mendukung al-Aqsha al-Mubarok, al-Aqsha dalam bahaya yang sebenarnya, jika umat muslim bersungguh-sungguh dalam mendukung Palestina, maka harusnya hari ini mereka memulai menekan Israel, memutuskan hubungan dengan sang perampas, menutup kantor perdagangannya di negara-negara mereka.
Menutup perusahaan pariwisata miliknya di negara-negara mereka dan memulai untuk mengajukan dukungan di jalur Gaza, kami katakana sebagaimana diajukan dukungan untuk Suriah, maka ajukan juga dukungan untuk kami di Palestina, kenapa tidak mengajukan dukungan untuk kami di Palestina? Kami mengajak agar umat Islam berdiri bersama Palestina juga, membawa al-Aqsha, kita sama-sama mengangkat blokade atas kami dan sediakan untuk kami pasokan-pasokan senjata dan harta demi memerangi sang penjajah, penjajah harus dihentikan terutama dari segi politik dan ekonomi.
MINA : Apa Pesan anda untuk Muslimin di Indonesia?
Dr. Khalid Al Batsh: Untuk saudara-saudara kami di Indonesia, kami berharap keselamatan, ketenangan seterusnya untuk kalian, kami juga berharap untuk kalian kemajuan ekonomi, juga agar Allah menyatukan umat Islam di sana, dan agar Indonesia dianugerahi berkah dan kebaikan, dijauhkan dari perpecahan, agar kesatuan bangsa terjaga, agar harokah-harokah Islam menjadi kunci pemersatu, agar mengutamakan kesatuan dari pada perpecahan, dan jangan mendengar ajakan fitnah dan ajakan untuk bermadzhab-madzhab, karena kita adalah umat yang satu, Allah berkata “bahwa umat ini adalah umat yang satu, dan kepada Tuhan mu kamu menyembah”, bermusyawarahlah dalam menyelesaikan perselisihan.
Untuk kesekian kalinya bagi Indonesia yang telah menyediakan untuk kami Rumah Sakit (RS) Indonesia di jalur Gaza, kami sangat bersyukur. Kami mengetahui bahwa Indonesia sedang kesulitan ekonomi, akan tetapi bangsa ini sangat mulia memberikan tanda di Palestina dengan pembangunan RS Indonesia ini. Kami sangat bersyukur untuk Indonesia dan masyarakatnya dan insya Allah kita akan sama-sama shalat di masjid Al-Aqsha. Al-Aqsha haqquna. (L/KJ/P03/R2).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)