Sebagian guru Al Qur’an mendapati kesulitan ketika mengajar. Hal ini membuat para pengajar Al Qur’an berkreasi mencari metode yang mudah dan menyenangkan sehingga membuat murid tidak merasa bosan.
Salah satu metode belajar Al Qur’an yang berhasil ditemukan adalah metode tilawati. Metode ini menekankan bagaimana mengajarkan Al Qur’an kepada murid dengan pendekatan seni. Optimalisasi otak kanan dalam belajar Al Qur’an akan lebih menyenangkan sehingga murid tidak merasa bosan saat belajar.
Berikut wawancara Mi’raj Islamic News Agency (MINA) dengan Ust Muhammad Daiman, S,Ag, trainer tilawati cabang Balik Papan, Kalimantan Timur.
MINA: Apa kelebihan Metode tilawati ?
Ust M. Daiman : Metode tilawati adalah suatu metode mengajar membaca Al Qur’an sesuai dengan kaidah dan aturannya. Mereka para ahli atau praktisi pengajar Al Qur’an melakukan penelitian dari berbagai metode yang ada, khususnya di Indonesia dan akhirnya lahirlah metode tilawati ini.
Tilawati adalah salah satu dari sekian banyak metode mengajar Al Qur’an di dunia Islam. Penekanannya adalah, dengan metode ini semua murid mendapatkan waktu yang sama dalam kegiatan belajar-mengajar (KBM) nya. Jadi antara yang datang duluan dengan yang datang belakangan mendapatkan alokasi waktu sama karena menggunakan metode klasikal efektif.
Selain itu, metode tilawati juga sangat menekankan pengajaran dengan pendekatan seni dengan melagukan setiap marteri ajar. Seperti yang ada di dunia seni baca Qur’an ada gaya rosy, bayati, syika, nahawa dan lain-lain. Gaya-gaya seperti itu kita gunakan di setiap materi pelajaran.
MINA: Lalu apa dampaknya bagi murid ?
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Ust M. Daiman : Hasilnya, alhamdulillah, para murid tidak mengalami kebosanan dalam kegiatan belajarnya. Tilawati ini mencoba melakukan pendekatan belajar dengan menggunakan otak kanan. Sedangkan sebagian metode yang ada di Indonesia menggunakan pendekatan belajar dengan otak kiri.
Metode ini juga dapat menjadi alternatif bagi para pengajar yang menemui masalah dalam cara pembelajarannya. Jika para murid merasa bosan, kurang konsentrasi dalam belajar, atau kesulitan dalam pembagian waktu, maka di Tilawati ini penyajian materi menjadi sangat mengasyikkan, baik terhadap murid maupun gurunya.
Tentu setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita tidak boleh merasa baling bagus dari yang lainnya. Yang terpenting adalah keikhlasan dan kesungguhan dalam belajar. InsyaAllah akan mendapat hasil maksimal.
MINA: Dari mana inspirasi metode dan nama Tilawati itu didapat ?
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Ust M. Daiman : Dalam firman Allah surah Al Muzzammil ayat ke-4, disana Allah menyatakan bacalah Al Qur’an dengan tartil, juga dalam surah Al Baqarah ayat ke-121 yang memerintahkan kita untuk membaca Al Qur’an dengan benar (tilawah). Berangkat dari kedua ayat inilah, metode dan nama Tilawati ini muncul.
Pengalaman yang didapat dari para pengajar Al Qur’an juga menjadi bahan inspirasi dari pembuatan metode ini. Semangat yang selalu kita usung, bagaimana mengajar Al Qur’an dengan benar, dan murid merasa senang dengan suasana, juga cara belajarnya.
MINA: Tentang membaca Al Qur’an dengan seni, seperti apa penerapannya ?
Ust M. Daiman : Ya, sejak jilid satu, kita sudah ajarkan kepada murid dengan lagu. Ada beberapa lagu dalam membaca Al Qur’an seperti yang sudah saya paparkan diatas. Setiap halaman kita selalu ajarkan dengan melagukannya sehingga murid mudah mengingatnya. Menurut penelitian kami, seseorang akan lebih mudah mengingat sesuatu dengan lagu.
Pengenalan lagu-lagu dalam membaca Al Qur’an sedini mungkin juga lebih efektif bagi murid agar mereka ketika sudah lancar membacanya, dapat memerdukan suaranya melalui lagu tersebut. Bukankan yang paling bagus bacaan Al Qur’an seseorang adalah yang paling merdu dalam membacanya, begitulah Rasulullah bersabda.
MINA: Apakah ada pengaruhnya lagu dalam membaca Al Qur’an dengan karakter seseorang ?
Ust M. Daiman: Memang, belajar dengan menggunakan pendekatan otak kanan lebih nyaman, baik bagi murid maupun gurunya sendiri. Mudah-mudahan dengan murid belajar Al Qur’an dengan otak kanan, mereka akan memiliki sifat-sifat yang terpuji, tidak gampang emosi, lebih kreatif, memiliki empati kepada sesama teman, maupun makhluk Allah yang ada di sekitarnya.
Seperti yang dijelaskan oleh banyak ahli psikologi, bahwa dengan mengoptimalkan otak kanan, seseorang akan memiliki kreativitas, intuisi, penemuan ide bisnis, inspirasi dan imaginasi baru. Namun, bukan berarti belahan otak kanan lebih penting daripada belahan otak yang kiri, ataupun sebaliknya.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Satu hal yang perlu kita ingat bahwa hasil otak kanan yang sepertinya ide brilian, kreatif, imaginasi, inspirasi, perlu ditindaklanjuti oleh pemikiran kritis otak kiri yang benar-benar kritis sehingga menghasilkan karya yang gemilang.
MINA: Berapa lama murid dapat lancar dan fasih membaca Al Qur’an dengan metode Tilawati ini ?
Ust M. Daiman : Bervariasi, bergantung kepada muridnya. Rata-rata, jika murid usia SD (MI) sampai SMA (MA) belajar setiap hari dengan alokasi 45 menit, mereka akan merampungkan dalam waktu enam bulan. Namun jika muridnya dewasa dan sudah pernah belajar Al Qur’an sebelumnya, mereka mungkin akan lebih singkat menguasainya.
Intinya, cepat atau lambatnya murid dalam menguasai suatu ilmu, bergantung kepada dia sendiri, gurunya dalam mengajar, fasilitas dan perlengkapan yang mendukungnya (termasuk metode yang dipakai), dan dukungan dari lingkungan sekitar.
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
MINA: Setelah lancar membaca, apa ada kelanjutannya ?
Ust M. Daiman : Tentu saja ada. Secara umum Tilawati dibagi dalam tiga tahapan. Pertama tahap membaca dengan fasih, sesuai kaidah-kaidah yang benar. Kedua, tahap pemahaman terjemahan dan tafsirnya, dan ketiga, tahap mendakwahkan dengan mengajarkannya kepada orang lain. Tentu tahap ketiga ini memerlukan pelatihan khusus, terutama ilmu mengajar yang efektif dan menyenangkan.
Berikut ini profil singkat Tilawati yang diambil dari www.tilawaticenter.com
TILAWATI CENTER
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
Metode Tilawati pertama kali dikembangkan di Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya.
Nama Tilawati Center dipilih karena tekad dan ghiroh para pengurus dalam mewujudkan sebuah lembaga dakwah yang menjadi pusat peningkatan mutu guru-guru Al-Qur’an, melalui pembinaan-pembinaan dan pelatihan-pelatihan yang telah diprogramkan.
Sebagaimana diketahui, pertumbuhan lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pembelajaran Al-Qur’an di berbagai pelosok Indonesia terus bertambah banyak, baik formal (TK, SD, SMP, SMA, dan PT), maupun non formal (TPQ, Madrasah Diniyah, Pesantren, Majelis Qur’an, dll). Tentu saja, hal ini sangat menggembirakan.
Namun demikian, satu sisi ada problem-problem bermunculan di dalam pembelajaran Al-Qur’an. Mulai dari guru Al-Qur’an yang belum standart bacaannya, mutu lembaga yang masih kurang, pendekatan dan metode pembelajaran yang masih monoton, dan sebagainya.
Maka beranjak dari permasalahan di atas, Tilawati Center bertekad ingin membenahi persoalan tersebut. Dan berusaha mewujudkan model pembelajaran Al-Qur’an yang selaras dan sesuai dengan zaman saat ini.
Visi:
Menjadi lembaga dakwah yang profesional dan sebagai pusat pendidikan dan pengembangan Al-Qur’an
Misi:
Mendirikan lembaga pendidikan Al-Qur’an
Mewujudkan guru Al-Qur’an yang berkualitas
Mengembangkan ilmu-ilmu yang ber kaitan dengan metode pengajaran Al-Qur’an
Baca Juga: Wawancara dengan MER-C: Peran dan Misi Kemanusiaan MER-C di Afghanistan
Pengurus:
Dewan Pembina:
Drs. H. Umar Jaeni M.Pd
Drs. H. Ali Muaffa
Abdurrahim Hasan S.Ag
Ketua : Syaikhuddin Suhud, S.Pd.I
Wakil Ketua : Setiyo Mahfudz Ashari, S.Pd.I
Sekretaris : Syarif, S.Pd.I
Bendahara : Indah Wahyu Ningsih
Anggota:
- Ahmad Zaini S.Pd.I
Asep Rijaludin, S.Pd.I
Moh. Husein, S.Ag
Rina Marlina, S.Pd.Aud
(L/P005/R03).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)