Wawancara dengan Juan Prieto, Koordinator Umum Médecins Sans Frontières (MSF) Yaman
Keberadaan Rumah Sakit dalam suatu medan konflik, apalagi peperangan, seperti berlangsung di Yaman tentu sangat diperlukan. Maka, faktor keamanaan tempat rawat inap dan darurat warga yang terkena serangan sangat diperlukan. Jangan sampai rumah sakit juga menjadi sasaran serangan.
Lalu, bagaimana nasib dan kondisi rumah sakit di Yaman, yang dalam beberapa bulan terakhir berada di kawasan konflik internal dan serangan koalisi Arab yang didukung Amerika Serikat?
Nyatanya, rumah sakit di Yaman tetap menjadi sasaran serangan. Seperti menimpa Rumah Sakit Shiara di daerah Razeh, utara Yaman beberapa waktu lalu. Serangan menewaskan 6 orang dan melukai 7 lainnya.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Selebihnya, menurut Juan Prieto, koordinator umum proyek MSF di Yaman, lebih dari seratus puskesmas dan rumah sakit terkena pengeboman dan serangan udara dalam konflik internasional yang melanda negeri itu selama lebih dari sepuluh bulan ini.
Beberapa pernyataan Juan Prieto (JP), ia ungkapkan pada wawancara eksklusif beberapa hari lalu dengan wartawan National Yemen (NY), Fakhri Al-Arashi, yang dikutip Kantor Berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis.
NY: Bagaimana situasi penanganan korban akibat pengeboman?
JP: Terkini, korban di kota Saada, 8 orang terluka, 5 dalam kondisi kritis, ada di rumah sakit MSF.
Salah satu dari mereka dipindahkan ke rumah sakit di Sana’a untuk perawatan khusus lebih lanjut. Sayangnya, korban lain meninggal kemarin di Saada. Kami berharap pasien lainnya akan segera teratasi.
Mengorganisir perawatan yang tepat bagi para korban adalah prioritas utama kami setelah rumah sakit dibombardir.
NY: Bagaimana insiden menimpa rumah sakit?
JP: Serangan proyektil menghantam pintu masuk rumah sakit. Dampaknya banyak pecahan peluru berhamburan menewaskan pasien dan beberapa terluka serius.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Warga kini menganggap rumah sakit menjadi target serangan, sehingga banyak warga mencoba untuk menghindari rumah sakit.
Makanya, sampai sekarang kami terus berupaya mengembalikan layanan gawat darurat, stabilisasi dan rujukan. Kami sedang berjuang untuk mendapatkan unit bersalin agar kembali bekerja. Kami bekerja dengan staf yang terbatasa, dan karenanya hanya berfokus pada kebutuhan medis yang mendesak
NY: Bagaimana kondisi rumah sakit lainnya?
JP: Kami telah mengidentifikasi, setidaknya 130 fasilitas medis langsung terkena dampak konflik, terkena rudal yang diluncurkan dari darat atau serangan udara. Kami merasakan layanan kesehatan telah terganggu dan rumah sakit dalam keadaan berantakan, sehingga terpaksa tutup, tidak dapat melayani orang-orang yang membutuhkan.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Fasilitas medis yang seharusnya menjadi tempat pengobatan bagi warga yang terkena serangan, tampaknya tidak lagi aman untuk pasien atau staf medis yang beroperasi.
Seperti yang saya katakan, tidak mudah bagi staf medis untuk kembali bekerja ketika mereka merasa tidak nyaman dan jiwanya terancam. Ini sungguh bencana.
NY: Bagaimana pengaruh serangan terhadap rumah sakit yang Anda kelola?
JP: Jelas, setelah ledakan, perhatian utama dari tim adalah mengatur rujukan bagi orang-orang dalam kondisi kritis. Para pasien tentu panik dan meninggalkan rumah sakit.
Di sini staf medis bekerja ekstra keras meyakinkan pasien bahwa serangan sudah berakhir, bahwa tidak ada lagi ledakan di sekitarnya. Kami juga perlu mempertimbangkan bahwa staf medis kami telah bekerja selama tujuh bulan lebih di bawah pengeboman terus-menerus.
Mengetahui risiko ini, kami minta kebutuhan mendesak dan memastikan layanan penting keamanan yang disediakan.
Kami juga membutuhkan waktu untuk memulihkan kepercayaan warga, untuk menghilangkan trauma dalam bahaya.
NY: Apa kebutuhan utama warga saat ini?
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
JP: Yang pertama dan terpenting adalah perlindungan warga. Orang-orang yang tinggal di goa-goa di pegunungan, saat kembali ke rumah-rumah mereka, memerlukan perlindungan.
Mereka saat ini hidup di bawah ancaman serangan yang sewaktu-waktu datang, karena ini adalah daerah konflik.
Kebutuhan mendesak lainnya adalah akses air bersih dan makanan. Kini tidak ada lagi akses untuk memberi makan anak-anak mereka. Ini berdampak pada ancaman kelaparan. Ini adalah dampak luar biasa dari perang itu sendiri.
NY: Apa rencana rumah sakit selanjutnya?
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
JP: Kita ingin kembalikan normalitas. Kami ingin memperkuat tim, meningkatkan kualitas layanan, meningkatkan pengawasan medis, dan memastikan kedekatan dengan pasien dan orang-orang di daerah yang tak terjangkau.
Sementara itu, kami juga berusaha memperjelas akibat dari serangan ini, sehingga ada rasa tanggung jawab bersama dan terjaminnya layanan kesehatan. Sumber: National Yaman. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)