Pengantar : Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Joko Widodo menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Ada pro dan kontra terkait penetapan tersebut, namun sejatinya Kalangan Santri memang mempunyai peran sentral dalam memerdekakan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Biro Sumatera, Shoffah Qudrotillah dan Nufus, mewawancarai Mudir (pimpinan-red) Pondok Pesantren Al-Fatah Lampung, Ustadz Mastur, MHI terkait Hari Santri Nasional. Berikut petikan wawancaranya :
MINA : Apakah ustadz sepakat dengan Ketetapan Presiden , 22 Oktober 2015 sebagai Hari Santri Nasional ?
Ust.Mastur : Saya sepakat saja, agar para santri yang ada di pondok pesantren di seluruh dunia ini, dapat memahami dan mengetahui sejarah perjuangan para pendahulu-pendahulu mereka, sehingga mereka termotifasi untuk mengisi kemerdekaan ini dengan belajar yang sungguh sungguh di pondok pesantren.
MINA : Bagaimana pendapat ustadz atas pro dan kontra penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Ada pendapat penetapan ini terkait satu golongan saja sehingga dikatakannya, justru akan mengkotak-kotakan umat Islam (kembali), padahal sekarang pengkotakan itu dikatakannya sudah makin mencair ?
Ust.Mastur : Jika membicarakan pondok pesantren atau santri memang indentik dengan NU. Berbeda dengan Muhammadiyah yang menyelenggarakan pendidikan bukan pondok pesatren melainkan madrasah. Jadi hal ini pendapat satu fihak, jadi ya silahkan saja. Beda pendapat itu wajar saja, dinamika dalam kehidupan seperti itu. Ada yang cocok, ada juga yang tidak.
MINA : Apa yang harus dilakukan santri di masa sekarang ?
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Ust.Mastur : Santri adalah para calon ulama yang akan meneruskan ulama terdahulu. Maka sekarang apa yang harus dilakukan santri ? Adalah bagaimana berjihad membebaskan masyarakat Indonesia dari berbagai permasalahan yang ada, kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan lain-lain. Saya rasa santri bisa berperan banyak untuk itu.
MINA: Sudah makin banyak pondok pesantren menjadi lembaga pendidikan yang disegani di tanah air. Makin banyak santri yang sukses dan berhasil di bidang pemerintahan, dunia usaha dan lain-lain. Tapi masih ada yang menilai lain. Bagaimana menurut Ustadz?
Ust Mastur : Fihak yang merendahkan peranan dan kualitas pondok pesantren adalah pemikiran pendidikan sekuler atau liberal untuk menjatuhkan pendidikan Islam dengan menyatakan santri itu tidak rapih dan sebagainya. Anggaplah mereka tidak menyukai kemajuan pendidikan Islam sehingga mereka meniupkan image, pondok pesantren itu pendidikan yang terbelakang, pendidikan yang kesannya kumuh. Supaya apa? Kalau wacana tersebut sampai ke masyarakat maka masyarakat tidak tertarik. Anak-anaknya tidak dikirim ke pondok pesantren. Tetapi kita tidak boleh terpengaruh oleh isyu seperti itu. Subtansi dari pada pilihan mendidik anak ke pondok pesantren itu, apa? Adalah mengangkat derajat manusia yang lebih mulia yaitu akhlakul karimah sebab pendidikan pesantren itu lebih mengedepankan pendidikan akhlak. Namun pada saat ini kita harus bersyukur ternyata pendidikan pondok pesantren saat ini makin banyak menjadi pilihan masyarakat Karena mereka mengetahui bahwasanya solusi untuk bagaimana supaya akhlak generasi pemuda itu baik, ya harus dididik di pondok pesantren. Di lain fihak, kadang pendidikan di sekolah umum itu menjerumuskan atau memberikan motifasi keduniaan saja. Sementara akhiratnya tidak terpikirkan. Jadi salah satu pilihan yang baik adalah pondok pesantren.
MINA : Peran besar apa yang harus dilakukan santri saat ini ?
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Ust Mastur : Memberikan suatu uswah, contoh, bahwasanya seperti inilah pendidikan Islam yang benar. Maka karena itulah santri itu harus benar-benar berakhlak karimah sebagaimana akhlak Rasulullah Saw yaitu Al-Quran. Karena memang jika melihat shuffah Rasulullah, dari sana lahir generasi generasi yang menghafal hadist, ulama fiqih, ulama tafsir. Peran ini sangat penting untuk kemajuan khususnya bangsa Indonesian ini dari pola-pola pikir yang sekuler atau liberal. Maka sangat vital sekali peran santri untuk mempertahankan ajaran ajaran Islam. Mari kita kembali melihat zaman penjajahan Belanda dulu. Penjajah itu juga menjajah dan melemahkan aqidah ummat Islam. Pada dasarnya mereka bukan hanya mengambil harta kekayaan bangsa Indonesia, tetapi mereka mengajak bagaimana akidah umat Islam pada waktu itu terkikis, sehingga menjadi orang orang yang katakanlah murtad atau masuk Kristen. Intinya mereka adalah menjajah akidah. Namun ternyata hal itu bisa dihalangi oleh peran dari pada para ulama dan santri yang dengan gigih melawan penjajahan tersebut.
MINA : Bagaimana tentang Panca Jiwa Santri ?
Ust.Mastur : Lima itu terdiri dari :
- Kemandirian: Di pondok pesantren itu, santri dididik, dilatih oleh para kiyainya untuk hidup mandiri. Mereka jauh dari orang tua, sehingga kebutuhan sehari-harinya, kesiapan belajar-nya, mencuci sendiri atas dasar kesiapan dirinya sendiri, mengalami suka-duka di pesantren. Sehingga ketika keluar dari pesantren, sudah terbiasa dengan kemandirian nya barang kali seperti mencuci sendiri, belajar dengan kesadarnya sendiri, mengalami suka duka di pesantren diselesaikan sendiri tak mengandalkan orangtua, dan dia akan mengurusi atau menyelesaikanya sendiri, tidak terlalu mengharapkan atau mengandalkan orang tua. Dia tempuh dengan sendirinya sehingga jiwa kemandirian akan tumbuh dengan kependidikan yang ada di pesantren.
- Kejujuran : Islam mengajarkan supaya kita menjadi manusia yang positif dan jujur, lalu ketika kita berbuat sesuatu yang menyimpang kita akan mengalami sesuatu yang salah. Santri dididik untuk jujur sesuai Islam yang mengajarkan kejujuran.
- Kebersamaan : di pondok pesantren itu terdiri dari berbagai macam macam suku, watak dan sebagainya, sehingga dengan berbaur sesama mereka, akan muncul kebersamaan, merasakan suka duka bersama, menjadi satu.
- Kedewasaan : santri memang dididik untuk menjadi dewasa dan ini tidak terlepas dengan kemandirian tadi. Dididik menjadi dewasa, tidak manja. Semua santri diperlakukan sama walaupun anak orang kaya, pejabat, petani , pedagang, semua akan merasakan sama tidak ada perbedaan. Dari situlah akan muncul kedewasaan.
- Kebenaran: kembali kepada ajaran Islam tadi, bahwasanya Islam itu mendidik santri untuk melakukan kebenaran atau bertindak melakukan sesuatu yang benar. Orang jujur akan melahirkan kebenaran. Maka sangat tepat sekali jikalau jujur disandingkan dengan kebenaran.
Kalau Lima Spirit Santri ini diamalkan di dunia pendidikan, maka akan menghasilkan generasi penerus yang kuat dan tangguh dalam menghadapi berbagai permasalahan umat dewasa ini.
MINA : Apa kelebihan santri dibandingkan pelajar biasa ?
Ust.Mastur : Belajar pesantren dengan belajar di luar tentu ada perbedaannya. Kalau di pesantren, santri hidup dengan bermacam-macam orang. Di situ dituntut untuk kemandirian, jauh dari orang tua, suka duka dia mengalami sendiri. Tapi jika dibandingkan dengan sekolah biasa, habis belajar, si anak kembali kepada orang tuanya, hanya beberapa jam saja dia meninggalkan rumah, bermanja dengan orangtua dan sebagainya. Yang beda sekali pula adalah pendidikan agama di pesantren lebih kental dan dominan dari pada sekolah sekolah yang lain. Apa lagi kurikulum pesantren mengaju pada kurikulum pendidikan Islam.
MINA : Apa pesan ustadz untuk pemerintah khususnya menyangkut perhatian pada santri dan pondok pesantren ?
Ust.Mastur : Memang harus diperhatikan lebih khusus, dan Alhamdulillah sejak zaman Pemerintahan Gus Dur, di Kemenag dibentuk direktorat khusus yang menangani pondok pesantren yang dulu namanya kapontren. Yang memang khusus untuk menangani bidang pondok pesantren. Sehingga keluaran pondok pesantren itu secara formal sudah dapat diakui dengan adanya muamalah. Hal itu adalah salah satu kemajuan dalam pendidikan pondok pesantren yang berada di bawah naungan Kapontren (kepengurusan pondok pesantren).
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
MINA : Apa pesan ustadz, untuk seluruh santri di Indonesia dalam rangka Hari Santri Nasional ini ?
Ust Mastur : Jadikanlah momen ini sebagai momen sejarah yang kita ingat betul, bagaimana perjuangan ulama terdahulu yang mempertahankan aqidah Islam dari jajahan orang barat bahkan ada juga jajahan dari negara sendiri atau bangsa sendiri. Jadikan pula Hari Santri Nasional ini sebagai momentum agar santri itu bisa exis sehingga menjadi Ulama. Saya sangat bersyukur dengan adanya peringatan Hari Santri Nasional, sehingga kita mengingat perjuangan para ulama dan santrinya untuk memperjuangkan Islam pada masa itu, namun sekarang kita harus dapat mengisi kemerdekaan ini dengan sungguh sungguh. Kader-kader ulama agar belajar dengan sungguh dan jangan pernah mengeluh, juga jangan putus asa dalam menuntut ilmu, karena menuntut ilmu adalah jihad fi sabilillah. Ingatlah para santri adalah calon-calon ulama generasi yang akan datang. (L/sfh/nfs/K08-P2).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya