Gaza, 24 Muharram 1436/17 November 2014 (MINA) – Selama 50 hari secara beruntun Jalur Gaza di hujani bom Israel dari berbagai arah. Melalui udara, pesawat tempur super canggih F16 menembakkan rudal ke rumah-rumah sepanjang hari, dari laut kapal-kapal tempur Israel membombardir dengan tembakan kepada warga yang terlihat di sepanjang pantai, sedangkan dari darat Israel mengepung dengan ribuan tank yang juga menembaki warga di zona yang merah yang mereka tetapkan.
Lebih dari 2200 warga Palestina meninggal dalam serangan itu, termasuk wanita dan anak-anaknya dan lebih dari 11 ribu lainnya terluka. Sedang dari pihak Israel sekitar 70 tentara meninggal dalam serangan melawan brigade perlawan Palestina.
Akhirnya pada 26 Agustus 2014 kesepakatan gencatan senjata berhasil dicapai kedua belah pihak. Beberapa kesepakatan baru pun muncul seperti kesepakatan internasional untuk kembali membangun rumah-rumah yang hancur di Gaza, terutama setelah banyaknya pengungsi yang kini tinggal di bangunan sekolah di Gaza.
Dalam kesepakatan gencatan senjata, Israel berjanji akan melonggarkan perbatasan yang sebelumnya ditutup total untuk 1,8 juta warga yang hidup di dalam jalur itu. Beberapa kali perbatasan yang dijaga Israel di Karim Abu Salim sempat dibukan untuk kebutuhan pangan yang masuk dan ke luar, namu sering kali ditutup hingga hari ini.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Sekitar 18 ribu rumah hancur dan tidak layak tinggal serta 40 ribu rumah lainnya rusak, ratusan ribu warga Gaza kini tengah bersiap melawan ekstrimnya cuaca musim dingin di Jalur Gaza. Melalui konferensi rekonstruksi Gaza yang digelar di Kairo beberapa waktu lalu, negara-negara peserta berhasil mengumpulkan 5 miliar dolar AS untuk membantu pembangunan kembali area itu.
Menghadapi musim dingin, warga Gaza juga diberi bantuan rumah sementara dalam bentuk kontainer untuk tempat tinggal. Dalam kesempatan itu, tim Mi’raj Islamic News Agency (MINA) mewawancarai Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina di Jalur Gaza Naji Sarhan di kantornya di kota Gaza untuk menanyakan nasib ratusan ribu warga Gaza yang kehilangan rumahnya dan harus menghadapi musim dingin yang ekstrim.
Berikut hasil petikan wawancaranya:
MINA: Bagaimana nasib warga pengungsi dalam menghadapi musim dingin yang mulai terasa?
Naji Sarhan: Saat ini kami memiliki beberapa solusi untuk masalah warga Palestina yang tempat tinggalnya hancur akibat agresi militer zionis Israel. secara garis besar terdapat tiga solusi yang memungkinkan untuk kita jalankan. Pertama, kami membayar biaya sewa kontrakan yang didanai oleh UNRWA dan UNDP dan ini sudah kami mulai. Kedua, kami membagikan sekitar 150 unit caravan kontainer (rumah seng) yang didesain untuk tempat tinggal sementara. Caravan ini digunakan sebagai tempat tinggal pengganti lokasi penampungan seperti sekolah-sekolah yang sudah mulai digunakan untuk aktivitas belajar mengajar. Ketiga, proyek rekonstruksi Gaza yang sampai saat ini belum bisa dimulai dan kita berharap proyek ini bisa segera dimulai.
MINA: Apakah kendala utama proyek rekonstruksi Jalur Gaza ini?
Naji Sarhan: Kendala utama tentu sulitnya barang-barang material bangunan untuk masuk ke Jalur Gaza akibat kebijakan yang diterapkan pihak zionis Israel yang kerap menutup pintu perbatasan Karim Abu Salim yang merupakan satu-satunya pintu perbatasan untuk memasukan barang kebutuhan ke Jalur Gaza. Israel beralasan bahwa mereka memiliki teknis dan prosedur khusus dalam memasukkan barang-barang bangunan ke Gaza dan sudah ditanda tangani oleh PBB. Diantara teknis tersebut adalah barang bangunan yang masuk ke Gaza terutama material semen harus berada di bawah pengawasan ketat pihak PBB.
MINA: Apakah ada negara khusus yang menyatakan secara resmi akan membantu program rekonstruksi Gaza?
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Naji Sarhan: Dalam konferensi di Kairo yang membahas tentang program rekonstruksi gaza, Alhamdulillah telah terkumpul kurang lebih 5 miliar dolar AS yang merupakan dana bantuan dari beberapa negara yang mengikuti konferensi tersebut. Diantaranya adalah Qatar yang menyumbangkan 1 milyar dolar AS, sementara Saudi Arabia 500 juta dolar AS, Kuwait 200 juta dolar AS, Uni Emirat Arab 350 juta dolar AS, Turki 200 juta dolar AS dan bantuan lainnya dari Uni Eropa bahkan dari Amerika Serikat. Selain itu juga sudah ada beberapa negara lainnya yang juga menjanjikan bantuan dana namun perlu penjabaran lebih rinci dan aksi yang lebih nyata untuk bisa segara dirasakan manfaatnya.
MINA: Apakah dana untuk penyediaan kontainer diambil dari bantuan negara-negara yang tadi disebutkan?
Naji Sarhan: Untuk caravan diatas bukan bagian dari dana 5 milyar hasil konferensi, melainkan dari organisasi organisasi non pemerintah yang mengucurkan dana bantuannya ke pemerintah Gaza, seperti organisasi Oman, bulan sabit merah Qatar, dan lain lain
MINA: Untuk mereka yang rumahnya hancur dan belum mendapatkan jatah caravan, apa yang pemerintah lakukan?
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Naji Sarhan: Bagi warga Gaza yang rumahnya hancur dan belum mendapatkan jatah kontainer, kami memberikan dana sewa kontrakan tiap bulannya sebesar 200 dolar AS sampai mereka memiliki tempat tinggal baru yang layak dan bisa ditempati.
MINA: Sebenarnya, berapakah jumlah rumah warga Gaza yang hancur akibat agresi militer Israel?
Naji Sarhan: Menurut data resmi yang kami miliki, tercatat sedikitnya 18 ribu unit rumah yang hancur total dan tidak layak tinggal dan 40 ribu unit rumah yang hancur sebagian dan rusak dengan tingkat kerusakan yang ringan.
MINA: Apa seruan anda untuk para pempimpin dunia terutama presiden baru Indonesia?
Naji Sarhan: Tentu kami menyeru kepada para petinggi pemerintahan di dunia khususnya pempimpin di Indonesia yang merupakan saudara kandung warga Palestina untuk bisa mengulurkan tangan mereka dan membantu kami warga Palestina di Jalur Gaza. Kami sangat berharap kalian bisa memiliki peran yang nyata dalam membangun kembali Gaza yang hancur akibat agresi mililter zionis Israel, setidaknya untuk memperbaiki rumah-rumah warga yang hancur sebagian atau membangun rumah sakit dan bangunan sekolah yang dibutuhkan di Jalur Gaza.
Selain bantuan fisik kami harapkan juga Indonesia bersedia membantu warga Gaza yang trauma dengan program-program bantuan mental, perawatan trauma pasca perang dan apapun yang bisa diberikan.
Pertama-tama kami berharap kepada Allah dan kemudian kami berharap kepada saudara-saudara kami di negeri negeri Arab dan muslim seperti Indonesia, karena kami melihat bahwa dukungan untuk Palestina yang sebenarnya haruslah datang dari negara negera arab dan Islam dan bukannya dari negara-negara barat.(L/K02/R04)
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)