Paranoid Yang Kebablasan

Oleh: Illa Kartila, Redaktur Senior MINA

Seorang tukang becak pingsan di atas becaknya, tidak ada seorangpun yang berusaha menolongnya, karena warga khawatir – jangan-jangan si abang semaput akibat terpapar .

Setelah dibawa ke Puskesmas dan diperiksa, si abang becak ternyata pingsan karena kelaparan. Sudah empat hari dia tidak makan, sebab virus Corona juga yang membuat warga takut keluar rumah dan tak mau naik becak, sehingga lelaki setengah baya itu tidak punya uang.

Seorang wanita tampak seperti jatuh dari dalam sebuah mobil di jalan raya Pasar Minggu. Dia tergeletak di tengah jalan dan para pengendara yang melewatinya hanya memandangnya sekilas, lantas berlalu.

Demikian juga orang-orang yang ada di sekitar lokasi hanya melihat si wanita dari jauh tanpa berbuat sesuatu untuk melihat keadaan korban dan membantunya.

Pertolongan baru datang ketika seorang pria yang mengetahui bahwa si wanita itu pemabuk, menghampiri korban dan membawanya ke pinggir jalan agar tidak tertabrak kendaraan yang melintas di sana.

Wabah Corona – yang kemudian disebut Covid19 – menimbulkan ketakutan yang luar biasa di kalangan penduduk. Fakta bahwa setiap hari ditemukan ratusan orang yang terpapar dan harus masuk rumah sakit serta ratusan juga korban meninggal, membuat warga .

Seorang kakek malah menolak bertemu dengan cucu-cucunya – bukan karena tidak sayang atau gak kangen – tetapi dia kuatir bocah-bocah cilik itu terpapar virus jika keluar dari rumahnya. Padahal di masa PSBB #di rumah saja# celotehan anak-anak adalah obat penghilang kebosanan.

Sejak kasus paparan virus Corona pada dua orang pertama ditemukan 2 Maret lalu, grafik perkembangan wabah ini masih naik turun. Keadaan ini diperburuk oleh banyaknya warga yang tidak patuh pada protokol kesehatan, sehingga mudah terpapar Covid.

Jumlah kasus orang yang terjangkit Covid-19 per Senin (1/6) masih bertambah. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto memaparkan, ada penambahan sebanyak 467 kasus. Dari jumlah itu 1.641 orang meninggal dunia.

Jenazah seorang warga Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, yang dikuburkan layaknya korban Covid19, ternyata hasil tes labnya dinyatakan negatif. “Penyebab kematiannya bukan karena virus corona,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, dr. Adhi Dharma MM.

Penegasannya itu didasarkan atas informasi dari Dinkes Kota Yogyakarta, yang telah menerima hasil pemeriksaan sampel swab tenggorokan dari Balitbangkes Republik Indonesia. Hasil pemeriksaan lab-nya menyatakan, pasien negatif. Ketika sakit, Ny Saikem dirawat di RS Yogyakarta sampai meninggal.

Jadi andai kita bisa memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan dikabulkan, jangan meninggal di masa pandemi ini, sebab jenasah selalu dikaitkan dengan Covid.

Orang meninggal karena serangan jantung atau stroke, lantas saja dipulasara dengan protokol jenazah Covid. Keluarga dan kerabat tidak boleh melihat jasad untuk yang terakhir kali, tak diijinkan ikut ke pemakaman. Ngenes, miris, sedih dan kecewa.
(A/RS1/ R1)

Mi’raj News Agency (MINA)