
(Foto: Rana/MINA)
Jakarta, 16 Rajab 1435/15 Mei 2014 (MINA) – Kepala Sub-Direktorat Korporasi dan Minat Khusus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Taufik Nurhidayat mengatakan, dalam forum “The 1st International Forum on Islamic Tourism 2014”, pemerintah menggandeng pihak swasta untuk berperan aktif menyukseskan acara itu.
“Pemerintah hanya berperan 15 persen saja (regulasi dan pengawasan), sementara 85 persen sisanya (teknis penyelenggaraan) dipegang pihak swasta,” kata Taufik kepada wartawan Mi’raj Islamic News Agency di Jakarta, Rabu.
Taufik juga mengatakan, sejak mulai penerbangan hingga penginapan semuanya dipegang pihak swasta.
Indonesia akan menjadi tuan rumah forum internasional pertama bertema wisata syariah “The 1st International Forum on Islamic Tourism 2014”, sebagai tindak lanjut dari pertemuan para Menteri Pariwisata dari negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Banjul, Gambia pada 6 Desember 2013 lalu.
Baca Juga: Semangat dan Haru Iringi Pemberangkatan Kloter Pertama Haji dari Surabaya
Pelaksanaan Forum Internasional Wisata Syariah pertama dan pertama kali dilaksanakan di Indonesia itu diselenggarakan bekerja sama dengan OKI pada 2 dan 3 Juni 2014 mendatang di Hotel Borobudur, Jakarta.
Taufik mengatakan, pada kesempatan pelaksanaan akan mengundang para pembicara dari dalam dan luar negeri termasuk juga dihadiri oleh para pejabat Kementerian Pariwisata beserta Badan-badan pariwisata terkait di bawah OKI serta seluruh stakeholder pariwisata Indonesia, yang terdiri dari Dinas Pariwisata Provinsi, Kabupaten/Kota, Asosiasi Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata, dan komunitas-komunitas syariah.
Tujuan diadakan acara tersebut di antaranya untuk menjelaskan mengenai besarnya potensi wisata Islami dan meningkatkan kerjasama antara negara anggota OKI. Acara tersebut juga merupakan salah satu cara dalam membumikan gerakan ekonomi syariah secara global.
Taufik mengungkapkan, berdasarkan data yang dihimpun lembaga survei dunia Thomson Reuters, tahun 2013 lalu pengeluaran untuk umat Islam di sektor makanan dan minuman, US$ 1.088 miliar (sekitar 12.539 triliun rupiah) atau sekitar 16, 6 persen dari seluruh keperluan dunia. Diharapkan pada tahun 2018 akan meningkat menjadi US$ 1.626 miliar (sekitar 18.739 triliun rupiah) atau sekitar 17, 4 persen dari keperluan dunia.
Baca Juga: Indonesia Alihkan Ekspor ke Eropa dan Australia Hadapi Tarif Tinggi dari AS
Sementara, di sektor pakaian, kebutuhan Muslim untuk pakaian mencapai US$ 224 miliar (sekitar 2.582 triliun rupiah) pada tahun 2012 atau sebesar 10,6% dari kebutuhan pakaian dunia. Diperkirakan akan mencapai US$ 322 miliar (3.711 triliun rupiah) pada tahun 2018 atau sekitar 11,5% dari kebutuhan dunia.
Di sektor perjalanan, umat Muslim dunia menghabiskan sekitar US$ 137 miliar (1.578 triliun rupiah) untuk berwisata pada tahun 2012 atau sekitar 12,5% dari pengeluaran global, diperkirakan akan mencapai sebesar US$ 181 miliar (sekitar 2.086 triliun rupiah) pada tahun 2018 atau sekitar 12,5% dari pengeluaran global (diluar perjalanan Haji dan Umroh).
“Itu artinya prospek wisata syariah bagi perekonomian dunia sangat tinggi dan Indonesia sudah saatnya memimpin wisata syariah ini,” tegas Taufik.
Di Indonesia, jumlah Muslim mencapai angka 88,1 persen dari jumlah penduduk. Dengan angka sebesar itu, jumlah pengeluaran di sektor pariwisawa bagi umat Muslim domestik sebanyak Rp 142,3 triliun. Data tahun 2012 dari Kemenparekraf, turis muslim Indonesia berada di urutan kelima terbesar di dunia. Nomor satu adalah Iran dan kedua adalah Arab Saudi.
Baca Juga: Airlangga: Tarif Impor AS ke Produk Indonesia Bisa Tembus 47 Persen
Buku panduan dari Kemenparekraf menyebutkan Indonesia mengarahkan wisata Islam ke wilayah-wilayah jajaran pulau Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara Barat. Taufik mengatakan, terdapat 13 destinasi syariah di Indonesia, yang mempunyai wisata syariah yaitu Aceh, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Bali.
Tempat-tempat menarik yang ditampilkan tidak terlalu berbeda dengan tempat atau atraksi turistik yang biasa ditawarkan. Di petunjuk wisata Islam Indonesia, ada beberapa tambahan tempat yang lebih memiliki nilai religi bernafaskan Islam seperti masjid atau surau, peninggalan sejarah terkait penyebaran agama Islam di tanah air, termasuk makam para tokoh dan raja Islam.
Penyelenggaraan kegiatan The 1st OIC International Forum on Islamic Tourism didasarkan pada potensi wisatawan Muslim Dunia yang terus mengalami perkembangan setiap tahunnya.
Menurut Pew Research Center Forum on Religion and Public Life, populasi wisatawan muslim dunia diperkirakan terus bertambah dari 1,6 miliar atau sekitar 23,4% dari penduduk dunia sebesar 6,9 miliar pada tahun 2010 menjadi sekitar 2,2 miliar atau sekitar 26,4% dari total penduduk dunia 8,3 miliar pada tahun 2030, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,5% setiap tahunnya.
Baca Juga: Google Akui Kesalahan Data Nilai Tukar Rupiah ke Dolar AS
Taufik menjelaskan, Kemenparekraf telah bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam pengembangan Pariwisata Syariah meliputi empat jenis komponen usaha pariwisata, yaitu perhotelan, restoran, biro atau jasa perjalanan wisata, dan spa.
Taufik berharap forum internasional wisata syariah ini dapat berjalan sukses dengan dukungan dari berbagai pihak termasuk para stakeholder, ulama, dan pelajar. (L/P02/P04/R2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Google Eror? 1 Dolar AS Jadi Rp8.170,65