Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PEMINDAHAN MAKAM RASULULLAH BISA SEBABKAN PERPECAHAN

Admin - Selasa, 9 September 2014 - 05:31 WIB

Selasa, 9 September 2014 - 05:31 WIB

1163 Views ㅤ

Ust. Habib husen Al Atas, pengisi RASIL (Radio Silaturrahim) (foto: MINA)

Ust. Habib husen Al Atas, pengisiRadio Silaturrahim (RASIL) foto: MINA

Isu tentang perencanaan pemindahan makam Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kini marak dibicarakan di media nasional maupun internasional. Kerajaan Saudi telah menyatakan, isu pemindahan makam Rasul tersebut bukan dari fatwa ulama dan bukan pula keputusan kerajaan.

Isu pemindahan makan Rasul tersebut sangat beresiko menyebabkan perpecahan di kalangan umat. Isu tersebut juga bertujuan untuk memutuskan hubungan umat Islam dengan sejarah masa lampaunya. Beberapa oknum berpaham ekstrim sengaja ingin menghancurkan peninggalan dan situs-situs Islam agar umat Islam terputus dengan sejarah yang menghubungkan mereka dengan Nabi Muhammad.

Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana sejarah makam Rasulullah, wartawan Kantor Berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA) berkesempatan mewawancara Pengisi Radio Silaturrahim (RASIL) Ust Habib Husen Alatas.

Berikut petikan wawancaranya:

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El-Awaisi (3): Kita Butuh Persatuan untuk Bebaskan Baitul Maqdis

MINA: Bagaimana Sejarah singkat makam Rosulullah?

Tempat yang dahulunya adalah kamar Ummul Mukminin Aisyah ra., isteri Nabi. Kemudian berturut-turut dimakamkan pula dua shahabat terdekatnya di tempat yang sama, yakni Abu Bakar Al-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Karena perluasan masjid, ketiga makam itu kini berada di dalam masjid, yakni di sudut tenggara (kiri depan) masjid.

Sedangkan Aisyah dan kebanyakan shahabat yang lain, dimakamkan di pemakaman umum Baqi. Dahulu terpisah cukup jauh, kini dengan perluasan masjid, Baqi jadi terletak bersebelahan dengan halaman Masjid Nabawi.

MINA: Isu pemindahan makam Nabi saat ini ramai diperbincangkan, kenapa?

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis

Tidak pernah sahabat Nabi meributkan masalah makam di sisi masjid. Jika ini suatu hal yang dilarang jauh-jauh hari mereka akan berupaya memindahkan makamnya Rosul dan tidak mungkin Abu bakar dan Umar berkeinginan dimakamkan pada sisi Nabi.

Menziarahi makam Rosulullah dianggap oleh sebagian sebagai suatu bida’ah padahal Nabi menziarahi makam para sahabat dan keluarganya di Baqi. Mereka berupaya untuk memutuskan hubungan kita dengan Rosul dan menggantikan kecintaan dengan alasan sikap yang berhati-hati dari kesyirikan jika menziarahi makam Rasul.

Sampai ada seorang ulama dari mereka yang berpendapat bahwa tauhid tidak akan tegak kecuali berhala-berhala disingkirkan dan dianggap mereka yang datang itu sebagai penyembah kuburan Rasul, padahal syirik itu kembali kepada hati kita.

MINA: Bagaimana dengan kesyirikan yang terjadi disana?

Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina

Selagi tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menjerumuskan kesyirikan itu maka suatu hal yang dianjurkan dan menziarahi kuburan sebagai kita untuk mengingat kematian.

Makam Rasul ini ditempatkan di masjid bukan untuk disembah setiap orang yang menziarahi makam maka kita semua akan kembali kepada Allah dan mengingat untuk meneladani Rasul, yang harus diberitahukan kepada umat adalah mendidik mereka agar bisa mencintai Rasul dan memberitaukan kepada mereka tata cara berziarah yang benar.

Kita belum memahami dalam agama ini ada simbol-simbol yang sepintas kalau dilihat sambil lalu.  Ini bukan merupakan simbol syirik, seperti kita menghadap kiblat, sujud mengelilingi ka’bah, dan lainnya, tapi ini merupakan ibadah kita kepada Allah dan merupakan simbol-simbol penyembahan kita kepada Allah.

Ada golongan tertentu yang memahami secara tekstual tidak memahami pada simbol-simbol agama yang benar, mereka beraggapan orang yang mencium hajar aswad merupakan syirik padahal tidak. Yang kita tuju adalah Allah dan itu artinya keberadaan kuburan tersebut bukan merupakan berhala yang disembah.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (1): Peran Strategis Indonesia dalam Pembebasan Baitul Maqdis

Isu ini sudah terjadi sejak tahun 1926. Satu persatu peninggalan sejarah dihancurkan termasuk masjid-masjid dengan beranggapan menjaga diri dari kesyirikan.

MINA: Berapa banyak peninggalan-peninggalan sejarah Islam yang telah dihancurkan?

Banyak sekali situs Islam di Saudi dihancurkan, seperti rumah Rasul dihancurkan menjadi perpustakaan dan rumah Siti Khadijah dirubah menjadi WC Umum ini bertujuan supaya orang tidak punya hubungan masa lampau. Jadi semua situs sejarah sebagian besar dihancurkan dengan beralasan memerangi kesyirikan.

Sebenarnya isu ini berkembang dari kalangan-kalangan kelompok-kelompok tertentu yang tidak henti-hentinya membongkar makam-makam Rasul mengannggap ini sebuah kesyirikan. Ini adalah kelanjutan dari upaya –upaya yang memutuskan kita dari keteladanan pada masa lampau.

Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel

MINA: Apa pengaruhnya jika isu ini terjadi?

Pemerintah Saudi akan berfikir seribu kali jika akan merubah atau memindahkan makam Nabi dan akan membuat legitimasi dunia Islam kemudian umat akan marah dan ini sebagai ancaman dari berbagai umat Islam dan apa yang akan terjadi di Saudi akan disaksikan oleh seluruh umat di dunia ini kemudian ini kan menjadi ancaman sehingga menggulingkan pemerintah Saudi dan ini bukan hal yang sepele tapi ini merupakan kehormatan umat Islam terhadap Nabi mereka.

Pemerintah Saudi tidak akan mungkin melakukan hal tersebut, sebab ini akan menuai kericuhan di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Namun dalam kesempatan yang sama, dia mengatakan bisa jadi pengalihan isu ini akan berbalik menjadi titik tolak kebangkitan umat.

Bisa jadi pengalihan isu ini akan menjadi titik tolak kebangkitan umat karena tidak menutup kemungkinan umat Islam akan bersatu menyusun kekuatan, meski kita lihat Islam di Indonesia memiliki banyak kelompok-kelompok.

Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya

MINA: Siapa yang bertanggungjawab menjaga makam Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam?

Seluruh umat Islam bukan hanya bangsa Saudi saja, kota suci Madinah itu dijaga oleh umat Islam yang akan bertanggungjawab bahwa ini adalah situs peninggalan sejarah Islam yang harus kita jaga.

MINA: Apa yang dilakukan muslim Indonesia untuk menjaga makam Rasul?

Muslim Indonesia dengan jumlah yang terbesar di Asia Tenggara meraka harus mempersiapkan diri ke masa depan untuk betul-betul mempunyai peran baik pada kota suci Mekah dan Madinah, bahkan di Al Quds . Jamaah haji Indonesia juga yang terbesar maka peran Indonesia perlu kita kita perlukan dan NKRI (negara Kesatuan Republik Indonesia) kita bisa bersatu dan umat Islam punya peran yang betul-betul positif dalam melayani umat, tapi kita mmerlukan perbaikan dari diri kita dulu dengan memperjuangkan Islam dan hak asasi manusia.

Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap

(L/P004/P005/R03)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Cerita Perjuangan dr. Arief Rachman Jalankan “Mission Impossible” Pembangunan RS Indonesia di Gaza (Bagian 3)

Rekomendasi untuk Anda

Wawancara