Wina, 19 Rajab 1438/16 April 2017 (MINA) – Sebuah perdebatan hangat muncul di Austria setelah sebuah penelitian menyebut taman kanak-kanak (TK) Islam di Wina membantu menciptakan “masyarakat paralel”, bahkan disebut menghasilkan keturunan radikal yang berbahaya di masa depan.
Menurut pengarangnya, Ednan Aslan, seorang profesor Austria kelahiran Turki di Universitas Wina, sekitar 10.000 anak berusia dua sampai enam orang belajar di sekitar 150 lembaga prasekolah Muslim, mengajarkan Al-Quran seperti yang dilakukan orang Kristen dengan memberikan pelajaran Alkitab.
Seperempat diantara anak-anak itu, lanjut Ednan, didukung oleh kelompok-kelompok Islam konservatif seperti Salafisme, atau organisasi lain yang menurut Ednan adalah kelompok garis keras.
“Orangtua mengirim anak-anak mereka ke tempat yang memastikan mereka berada dalam lingkungan Muslim dan belajar beberapa surah (bab dari Alquran),” kata Ednan yang seorang pengamat pendidikan Islam kepada media.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Menurut Ednan cara itu kurang tepat, karena menekan perkembangan anak untuk hidup dalam multikulturarisme di sekitarnya.
Penelitian Ednan yang dipublikasikan tahun lalu telah menjadi perbincangan hangat dan menuai pujian dari partai-partai yang selama ini menolak kebijakan menerima imigran para pengungsi Suriah ke negara itu, seperti sayap kanan Partai Kebebasan.
Tapi banyak juga yang menolak temuan Ednan itu dan mempertanyakan metodologinya.
Majalah Biber yang menulis untuk dan tentang minoritas, mengirim seorang reporter berjilbab dan menyamar sebagai seorang ibu yang mencari sekolah untuk anaknya di 14 taman kanak-kanak Muslim.
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Hasilnya, dia tidak menemukan bukti yang mendukung penelitian Ednan bahwa mereka dididik menjadi “salafi kecil” atau diajari hal-hal yang radikal.
Akhirnya, pihak kota Vienna City Hall memutuskan berusaha menenangkan situasi dengan melakukan studi mendalam yang akan melibatkan enam tim peneliti kuat akhir tahun ini.
Tapi masalah pertama adalah ada berapa banyak taman kanak-kanak Islam. Wina memiliki 842 taman kanak-kanak yang terdaftar, 100 di antaranya berpenduduk Katolik dan 13 Protestan, namun jumlah TK Muslim belum diketahui.
Wina adalah rumah bagi 1,8 juta orang, separuh di antaranya memiliki orang tua yang lahir di luar negeri. Sejak kota ini adalah ibukota kerajaan yang besar dulunya, Wina telah menjadi magnet bagi orang luar, meskipun tidak semuanya selalu diterima.
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu
“Tapi apa yang baru dalam beberapa tahun terakhir telah melibatkan aspek religius mengenai perdebatan tentang integrasi,” kata Thomas Schmidinger, ilmuwan politik dan spesialis Islam di Universitas Wina.
Austria, negara berpenduduk 8,7 juta orang, telah menerima lebih dari 130.000 aplikasi suaka sejak 2015 setelah terjadinya krisis migrasi terbesar Uni Eropa sejak Perang Dunia II di Suriah dan negara lainnya.(T/RE1/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Ribu Warga Spanyol Protes Penanganan Banjir oleh Pemerintah