Jakarta, 4 Jumadil Awwal 1436/23 Februari 2015 (MINA) – Pengamat konspirasi zionis dan dan Timur Tengah, Joserizal Jurnalis, mengungkapkan peran besar Amerika Serikat (AS) dan negara-negara NATO dalam menciptakan kekacauan berdarah di Libya.
Joserizal yang juga tokoh kemanusiaan yang menjabat Anggota Presidium MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), lembaga medis kemanusiaan internasional, diwawancarai Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Senin (23/2) di Jakarta.
Berikut petikan lengkap wawancara wartawan Mi’raj News Rudi Hendrik dengan Joserizal:
Mi’raj News: Libya sekarang kacau oleh perang antar milisi serta pemerintah, berawal dari mana konflik ini?
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Jaserizal: Arab spring dimulai di Tunisia yang menggulingkan Zine El Abidine Ben Ali, penguasa yang berpaham Sunni, namun ia jelek citranya.
Tapi anehnya, dia tumbang gara-gara pedagang kaki lima yang tidak berdagang pada tempatnya, diusir oleh kamtib. Pedagang kemudian kecewa dan membakar diri. Itu langsung menyulut kerusuhan besar. Sama ketika di Ambon dulu (1998), seorang supir angkot bisa menyulut kerusuhan dari Tual sampai Tobelo. Arab spring kemudian merembet ke Mesir dan Libya.
Persoalannya, apa betul Presiden Libya saat itu, Muammar Gaddafi, tidak disukai oleh rakyatnya?
Bagi kalangan pergerakan, Gaddafi memang tidak disukai, karena Gaddafi tidak mengizinkan model kelompok seperti Ikhwanul Muslimin dan sejenisnya. Tapi kelompok-kelompok sufi, silahkan (dibiarkan).
Libya itu yang terbaik di Afrika. Kalau kita lihat, Gaddafi ini track record-nya banyak memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok revolusioner, seperti GAM di Aceh yang pernah dilatih di Misrata, salah satu tokohnya Muzakkir Manaf, kini Wakil Gubernur Aceh.
Gaddafi juga terlibat di Moro untuk proses perdamaian. Gaddafi mendukung gerakan-gerakan revolusioner di seluruh dunia. Dan inilah yang membuat Gaddafi jadi begitu kontroversial. Di satu sisi dia tidak suka dengan kelompok pergerakan, tapi di sisi lain dia suka dengan kelompok revolusiaoner yang anti kemapanan.
Dia juga kritisi Arab Saudi. Bahkan dalam pertemuan di Doha, dia pernah dengan lantang mengkritik pemimpin-pemimpin Arab yang membiarkan Saddam Hussein (Irak) digantung. Dia mengatakan “suatu saat ini akan sampai kepada kita”. Dan dia kecam Raja Abdullah Arab Saudi, sampai Raja Abdullah keluar dari pertemuan.
Gaddafi menganjurkan di dalam bisnis, emas dijadikan alat tukar. Dia rajin berkampanye. Dia temui (mendiang) Nelson Mandela dan pemimpin-pemimpin Afrika lainnya untuk rencananya. Karena dia tahu, Afrika ini kaya emas. Dan itu dia praktekkan dalam bisnis minyak. Banyak orang yang membeli minyak kepadanya karena lebih murah dan bagus. Namun bayar dengan emas, ini tidak bisa.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Anda tahu, siapa penguasa bisnis minyak di dunia? Seven Forces.
Nah Seven Forces tidak nyaman. Jika kita lihat, penguasa dunia ini sebenarnya adalah penguasa finance serta pasar minyak dan tambang. Itulah alasan sebenarnya kenapa Gaddafi ditumbangkan.
Mi’raj News: Siapa yang digunakan untuk menumbangkan Gaddafi?
Joserizal: Kelompok-kelompok pergerakan. Salah satu tokoh yang mencuat adalah Abdul Hakim Belhadj, mantan tahanan Guantanamo yang pernah ditangkap CIA di Bangkok. Kemudian dilepaskan lagi dan kembali ke Libya. Dialah salah satu pentolan pemimpin untuk mendongkel Gaddafi.
Selain Abdul Hakim Belhadj, ada juga Mahdi Al-Harati. Anehnya, ini orang Irlandia. Harati ini terlibat di Libya dan Suriah.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Yang menarik, jika sekedar rakyat Libya yang mendongkel Gaddafi, tidak akan mampu. Karena Gaddafi didukung oleh suku-suku di Libya, terutama suku-suku gurun, dan juga negara-negara Afrika. Pengaruh Gaddafi kuat. Oleh sebab itu, AS dan NATO membantu proses turunnya Gaddafi.
Oposisi kebanyakan berasal dari daerah Misrata dan Benghazi. Daerah itu kaya minyak. Yang dikompori adalah ketidakadilan. Kemudian mereka bergerak. Terlihat pertempuran mendekat ke arah Tripoli, ibukota Libya.
Kemudian AS dan NATO turut serta. Pertama NATO dan AS menerapkan no fly zone (zona larangan terbang). Pesawat-pesawat tempur Libya tidak boleh terbang. Tapi ternyata Gaddafi tidak tumbang juga. Akhirnya AS dan NATO turun tangan sendiri.
Caranya, pertama dengan pesawat tempur. Tidak tumbang juga, akhirnya menurunkan pasukan, pesawat tempur dan pasukan darat. Barulah Gaddafi tumbang.
Mi’raj News: Tumbangnya Gaddafi, apakah suatu perkembangan positif?
Joserizal: Setelah Gaddafi tumbang, apakah Libya menjadi lebih baik? Tidak juga.
Orang yang dulu ingin menurunkan Gaddafi dengan cita-citanya menegakkan khilafah, ingin menerapkan syariat, tidak mendapatkan tempat dalam pemerintah yang baru.
Ikhwanul Muslimin yang mencoba maju di pemilu, kalah. Akhirnya yang duduk di pemerintah bukan orang-orang yang berjuang secara nyata, tapi orang-orang yang dikehendaki oleh AS dan NATO. Orang-orang ini tentu tidak cocok dengan kelompok yang melakukan perlawanan terhadap Gaddafi. Terjadi pertarungan kekuasaan.
Di pihak lain, ada pendukung-pendukung Gaddafi yang juga tidak nyaman melihat negeri mereka diobok-obok, karena kecintaan kepada sesama suku, karena nasionalisme Libyanya. Mau tidak mau kita harus mengakui Gaddafi memiliki kharismatik sebagai tokoh di Afrika.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Sekarang Libya kacau. Terjadi pembunuhan, pertempuran antara sesama rakyat. Yang diuntungkan, jelas minyak mengalir terus ke luar, ekspor tidak terganggu. Apapun peperangan yang terjadi di Timur Tengah, ekspor minyak tidak pernah berhenti. Demikian pula di Irak.
Tidak ada oposisi menyerang kilang-kilang minyak sehingga AS dan NATO tidak dapat minyak Libya. Perang kekacauan berlanjut, minyak tetap jalan.
Penguasa minyak internasional, Seven Forces, mereka yang mengatur perang ini dan penguasa finance.
Jadi, jika sejak awal saya katakana Arab Spring ini direkayasa oleh zionis, ini bukan omongan konspirasi, tapi realita.
Mi’raj News: Apa buktinya jika penumbangan Gaddafi adalah konspirasi?
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Joserizal: Buktinya, Bernard-Hendri Levi (Perancis) datang ke Libya setelah Gaddafi turun, kemudian bersalaman dengan kelompok-kelompok pejuang. Kemudian Hillary Clinton (AS) juga datang, lalu John McCain (AS), dan David Cameron (Inggris).
Pertanyaannya bagi teman-teman pergerakan yang awalnya menginginkan Gaddafi tumbang, karena dia zalim, thogut, inkar sunnah – karena Gaddafi suka menyindir hadits-hadits lemah yang membuat adu domba – apakah bisa mendapat porsi di pemerintahan Libya sekarang?
Sebagian senjata di Libya dikirim juga ke Suriah, termasuk pejuang-pejuang. Apakah ini tidak terlihat di depan mata AS dan NATO?
Pertanyaan pertama: Apakah AS dan NATO ini sudah bisa dijadikan teman untuk menegakkan khilafah dan syariat?
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
Pertanyaan kedua: Apakah Amerika dan NATO bisa dijadikan teman sementara? Yang kemudian dalam perjalanan bisa dikibuli atau ditipu.
Pertanyaan ketiga: Apakah kelompok-kelompok pergerakan siap “dikadali” oleh Amerika dan NATO?
Fakta dilapangan yang terjadi adalah pembunuhan sesama Muslim. Di Libya tidak ada Syiah, tidak laku isu Syiah dijual. Isu yang laku dijual adalah thogut dan ingkar sunnah.
Di sinilah saya kritik Al-Qaeda dan Ikhwanul Muslimin. Tidak ada yang tidak cinta syariat Islam, tidak ada yang tidak merindukan khilafah. Jika kita merujuk kepada kitabnya Al-Maududi, kita harus kembali kepada khilafah yang sebenarnya, bukan khilafah setelah empat khilafah sepeninggal Nabi.
Apakah bisa menegakkan khilafah, melaksanakan syariat, bergandengan tangan dengan AS dan NATO serta penguasa-penguasa zalim? Zalim tanda kutip, karena tidak penguasa Arab yang tidak zalim.
Mi’raj News: Tapi faktanya kelompok-kelompok yang bertikai di Libya, banyak penentang Barat, terutama kelompok ISIS?
Joserizal: Di lapangan, sebagian juga tidak suka dengan AS dan NATO, tapi pemimpin-pemimpinnya yang punya keputusan. Orang Indonesia yang berjihad ke Suriah misalnya, banyak yang tidak setuju dengan Amerika. Tapi level pemimpinnya yang memutuskan bergandengan tangan dengan Amerika dan NATO untuk menggulingkan penguasa thogut. Bagaimana pertanggungjawabannya dengan tumpahnya darah sesama kaum Muslimin?
Tidak semuanya yang ikut jadi oposisi (Libya) itu setuju dengan Amerika Serikat. Kita juga tahu itu. Tapi level pengambil keputusan? Sementara di bawah tinggal sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami taat). Tapi permainan di atas itu tidak bisa dicerna di level bawah.
Mi’raj News: Untuk di Libya, kenapa ISIS mengincar warga Kristen Mesir?
Joserizal: Kristen Koptik dalam sejarahnya tidak agresif, tapi dalam penurunan Presiden Muhammad Mursi, mereka di pihak militer. Dalam artian mereka tidak mendukung Mursi secara nyata, mereka pasif mendukung militer. Karena di zaman Mursi nasib mereka tidak baik, ini fakta.
Mereka diserang, gerejanya di serang. Di zaman yang lain hampir tidak pernah mereka diserang. Di zaman Mursi beberapa terjadi seperti itu. Hal itu yang membuat mereka tidak aktif mendukung Mursi dan pasif mendukung militer. Rupanya ini tidak disukai oleh Ikhwanul Muslimin.
Mi’raj News: Apakah ini menunjukkan ISIS ada hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin?
Joserizal: Kita tidak tahu siapa anggota ISIS, siapa pun bisa bergabung. Ada seorang ustad yang anak buahnya mengaku “saya berbaiat kepada ISIS?” Bisakah diklarifikasi kepada dia? Tidak bisa. Tidak ada klarifikasi untuk saringan. Jadi siapa pun, kelompok manapun bisa masuk ISIS.
Mi’raj News: Presiden Mesir menyeru negara-negara Arab untuk membantu menyerang ISIS di Libya. Apakah Mesir tidak mampu?
Joserizal: Mesir ini kuat dalam bidang militer. Mesir mampu menyerang kelompok-kelompok itu. Suka atau tidak suka dengan penguasa Mesir sekarang, sejarah Mesir itu adalah sejarah yang selalu berhadap-hadapan dengan Yahudi sejak zaman Firaun. Jadi posisi Mesir di mata Yahudi, Mesir itu merasa superior. Sebab di zaman Firaun, Yahudi itu budak. Jadi dia tidak inferior dengan Israel.
Sejarah itu berlanjut. Suka tidak suka, Mesir tetap musuh utamanya Israel. Turun naiknya sikap Mesir terhadap Israel, hanya merupakan taktik atau strategi dalam membaca kekuatan musuh.
Yang menjadi permasalahan sekarang, Ikhwanul Muslimin ini terlibat menumbangkan penguasa-penguasa “zalim”. Dan secara nyata juga, itu seiring gerakan AS dan NATO.
Pertanyaannya lagi: Apakah Ikhwan menyadari ini? Atau mereka menguatkan AS dan NATO kemudian di tengah jalan kembali ke tujuan semula? Atau bisakah mereka “mengkadali” AS dan NATO belakangan? Atau tertipu terus menerus? Bukankah sudah ada pelajaran Afghanistan? Kenapa tidak menjadi pelajaran konflik Aliansi Utara dengan kelompok Pastun di Afghanistan?
Dan lihat, kenapa mentor mujahidin-mujahidin Indonesia, Syeikh Rasul Sayyaf, tidak bergabung dengan Taliban atau Al-Qaeda? Mayoritas anak-anak Indonesia yang berjihad di Afghanistan, mentornya adalah Syaikh Rasul Sayyaf.
Mi’raj News: Apakah serangan udara Mesir ke Libya akan terus berlanjut?
Joserizal: Tidak. Pertimbangannya karena Mesir juga menghadapi konflik internal terhadap Ikhwanul Muslimin. Dan ingat, musuh terbesarnya itu tetap Israel. Dia tidak akan melanjutkan ke Libya.
Dan Mesir tahu, kelompok-kelompok perlawanan ini, yang memainkan adalah Amerika. Ada yang bandel, akan diserang oleh Amerika nanti, misalnya mulai mengganggu minyak atau tidak bisa diatur.
Mi’raj News: Bukankah terlihat di lapangan, ISIS di Suriah dan Libya tidak mendukung Amerika?
Joserizal: Dukungan Amerika bisa dalam bentuk pembiaran, bukan dalam bentuk nyata memberikan senjata. Pembiaran juga bisa dan itu lebih utama. Pembiaran konflik terjadi akan menguntungkan Amerika. Tidak stabilnya Timur Tengah, makin menguntungkan AS, NATO serta Israel.
Mi’raj News: Lalu gambaran Libya ke depan seperti apa?
Joserizal: Tetap kacau, kacaunya fluktuatif. Yang jelas, produksi minyak dan ekspor minyak tetap jalan.
Mi’raj News: Jadi kekacauan untuk menjaga itu?
Joserizal: Kekacauan-kekacauan tujuannya untuk reroadmap, yaitu pemetaan kembali Timur Tengah. Berbicara kembali reroadmap, patokannya ada dua, untuk posisi Israel dan untuk jaminan agar Barat tetap menguasai sumber minyak.
Tidak ada yang baru. Hanya nafsu untuk menyingkirkan orang yang berbeda dengan kelompok kita, membuat mata hati kita buta.
Mi’raj News: Adakah kemungkinan lagi Libya akan mendapat intervensi militer dari negara asing, terkait keberadan ISIS di negara itu?
Joserizal: Intervensi militer hanya dilakukan jika ada kelompok yang tidak bisa diatur.
Mi’raj News: Sepenting apa Libya di mata para kelompok yang bertikai?
Joserizal: Sebagian ingin menegakkan khilafah, sebagian lagi ingin menggulingkan Gaddafi yang otoriter, dan sebagian lagi ingin berkuasa. Itu saja. Dan ada lagi pemain minyak.
Pemain minyak yang menentukan bukan di Libya, tapi jaringan internasional.
Mi’raj News: Dengan eksisnya ISIS di Libya, apakah “moncong” senjata koalisi pimpinan AS memerangan ISIS akan beralih ke Libya?
Joserizal: Belum tentu, kecuali ISIS mengganggu kepentingan Amerika. Tidak semua kelompok perlawanan itu ISIS. Jadi tidak bisa melihat “hitam putih” dalam geopolitik. (L/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)