Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PESONA RAUDHAH TAMAN SURGA DI MASJID NABAWI (Catatan Perjalanan Umrah 1)

Ali Farkhan Tsani - Jumat, 30 Januari 2015 - 22:20 WIB

Jumat, 30 Januari 2015 - 22:20 WIB

6226 Views

afta umrah 1

Ali Farkhan Tsani (Dokpri)

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Pengantar

Dalam sebuah hadits shahih yang bersumber dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda:

ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺑَﻴْﺘِﻰ ﻭَﻣِﻨْﺒَﺮِﻯ ﺭَﻭْﺿَﺔٌ ﻣِﻦْﺭِﻳَﺎﺽِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔ

Artinya : “Area diantara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga”. (H.R. Bukhari-Muslim).

Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi

Arti rumahku dalam hadits tersebut adalah rumah semasa hidup Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama isterinya ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, yang kemudian menjadi kuburan Nabi bersama kedua sahabat utamanya sekaligus mertuanya, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma.

Para ulama ahli hadits menjelaskan makna ‘taman surga’ dalam hadits tersebut adalah bahwa arena itu memang menyerupai taman surga dalam mendatangkan kebahagiaan serta ketenangan bagi orang yang duduk di dalamnya.

Makna lainnya, bahwa ibadah di tempat tersebut menjadi sebab masuk surga. Penjelasan lainnya,  bahwa tempat itu sendiri kelak di akhirat nanti akan menjadi salah satu taman di antara taman-taman surga.

Menurut al-Qadhi Iyadh,  ungkapan salah satu taman surga, mengandung makna, bahwa di tempat itu menyebabkan masuk surga dan bahwa doa serta shalat di dalamnya layak mendapatkan balasan surga.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Ibnu Abdul Barr menjelaskan, maknanya adalah bahwa tempat itu akan diangkat pada hari kiamat sehingga menjadi taman di surga.

Namun yang jelas, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itulah, kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia berkunjung dan beribadah ke Masjid Nabawi serta berziarah ke makam Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan tidak lupa menyiapkan diri untuk dapat menginjakkan kaki, shalat dan berdoa di Raudhah, taman surga di Masjid Nabawi.

raudhah-300x180.jpg" alt="antri raudhah" width="387" height="232" /> Jamaah berdesakan antri menuju Raudhah. (Dok: Afta/MINA)

Lokasi Raudhah

Raudhah (secara bahasa artinya taman) merupakan suatu tempat yang diberikan langsung oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, terletak di dalam komplek Masjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah, Arab Saudi.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Semula area Raudhah berada di luar Masjid Nabawi, atau tepatnya di antara rumah Nabi dan mimbar Nabi di dalam masjid. Namun seiring perluasan Masjid Nabawi yang telah dilakukan beberapa kali, area itu saat ini berada di dalam masjid.

Ruangan Raudhah tidaklah seberapa luas, dari arah timur ke barat sepanjang sekitar 22 meter dan dari utara ke selatan sepanjang sekitar 15 meter.

Namun, biarpun luasnya terbatas, ribuan jamaah, ratusan ribu rombongan umrah atau bahkan jutaan jamaah haji berbondong-bondong berdesak-desakkan ingin berziarah dan singgah walau sejenak di Raudhah, untuk merasakan suasana nikmatnya taman surga.

Jika dilihat dari luar, area Raudhah ditandai dengan kubah hijau di atasnya. Untuk dapat masuk ke Raudhah, pintu terdekat adalah pintu Babus Salam.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Babus Salam (artinya pintu keselamatan atau pintu ucapan salam) terletak di sebelah kanan (utara) Masjid Nabawi di ujung dinding bagian barat.

Babus Salam disebut juga dengan Babul Khasyah (pintu takut) atau Babul Khusyu’ (pintu khusyu’), dibuka pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khattab di dinding sebelah barat Masjid, sejajar dengan rumah atau kuburan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Pintu ini dibuka 24 jam untuk jamaah laki-laki yang hendak masuk ke masjid, terutama untuk dapat ke Raudhah dan ke makam Nabi dan dua shabatnya yang utama, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.

Adapun bagi kaum muslimah dapat memasukinya melalui pintu lain, yakni pintu muslimah Babun Nisa. Biasanya dijadwal pagi antara pukul 09.00-11.00 waktu setempat atau selepas shalat isya berjama’ah hingga pukul 23.00 malam.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Lokasi seputar Raudhah, ditandai lima pilar besar berwarna putih dengan kaligrafi khas yang indah. Bagian lantainya digelar karpet tebal (ambal) berwarna hijau putih, juga dengan ornamen unik yang khas, dan berbeda dengan warna ambal merah hati yang digelar di bagian lainnya.

Untuk memasuki pintu ini, jamaah umrah atau haji asal Indonesia dari hotel atau penginapan sebelah timur masjid, mesti melalui teras halaman sepanjang sebelah timur sekitar 500 meteran, lalu menyisir ke teras halaman sebelah utara sekitar 1 km lebih panjangnya, hingga ke pintu Babus Salam.

Dari pintu sinilah, jamaah bersiap-siap memasuki kawasan Raudhah, setelah terlebih dahulu membaca doa masuk masjid :

اللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Artinya : “Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu”. (H.R. Muslim).

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Beberapa puluh meter kaki melangkah masuk ke dalamnya, hati terasa bergetar menapakkan kaki, di tempat yang dulu pernah digunakan oleh jejak-jejak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya yang mulia.

raudhah-300x180.jpg" alt="shalat di raudhah" width="398" height="239" /> Jamaah khusyu menikmati shalat dan berdoa di Raudhah. (Dok: Afta/MINA)

Doa Memohon Ampun

Berjalan bersama lautan jamaah kaum muslimin, mengikuti arus manusia yang ingin memperoleh syafaat Nabi, berziarah ke Raudhah dan ke makam Nabi.

“Kita akan berdesakan, ikuti arus, dan dengan memohon pertolongan Allah, insya Allah kita akan masuk ke Raudhah,” ujar Ustadz Adnan, pemandu travel.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Saat itu ribuan jamaah berdesakan, saling himpit, berbagai manusia dari warna kulit yang hitam putih, merah, coklat berkumpul untuk tujuan yang satu, Raudhah.

Tetapi walaupun demikian, tidak terjadi saling sikut apalagi saling melukai. Semua seperti pasrah menunggu gilirannya.

Benar juga, begitu tiba gilirannya, Penulis dan rombongan satu kelompok terbang (kloter) dari kelompok Bimbingan Ibadah Haji-Umrah (KBIH) Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Indonesia, bersama seratusan jamaah lainnya bergerak, brug…… brug…. brug…..diatur oleh petugas keamanan masjid, menyusun shaf di Raudhah, lalu shalat dua rakaat, beristighfar, berdoa, bermunajat kepada sang Maha Pencipta.

Hanya sekitar lima sampai sepuluh menit masing-masing diberi waktu untuk menikmati pesona Raudhah itu.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Tak terasa, Penulis merasakan, juga jamaah lainnya, terdengar isak tangis di kanan di kiri, di depan dan belakang, mengadu ke haribaan-Nya. Butiran air mata menetes satu demi satu, mengiringi pengakuan dosa dan maksiat yang telah diperbuat selama ini.

Terbayang bagaimana dulu perjuangan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama ratusan sahabatnya yang dengan segenap jiwa raga memperjuangankan dakwah Islam ini.

Terbayang bagaimana manusia-manusia pilihan Allah itu kulitnya berkeringat, panas terbakar padang pasir saat itu, berjalan ribuan kilometer dari Mekkah menuju Madinah, bahkan darah mengalir saat peperangan membela Islam.

Terbayang di mimbar itu, di tempat mulia itu, Nabi yang mulia, menyampaikan ayat-ayat-Nya dan hadits-haditsnya kepada para sahabatnya.

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

mimbar nabi

Mimbar Nabi (Dok: Afta/MINA)

Seolah di sisi kanan kiri ada Abu Bakar Ash-Shiddiq yang jujur dan benar itu, ada Umar bin Khattab yang tegas dan pemberani, ada Ustman bin Affan yang penyantun dan dermawan, ada juga Ali bin Abi Thalib yang alim dan pandai itu, ada lainnya para sahabat yang tawadhu Abu Dzar al-Ghiffari, Salman Al-Farisi, Abu Hurairah, dan lainnya yang tidak dapat disebut satu per satu.

Sementara kita manusia saat ini, perjuangan belum seberapa, tidak sehebat mereka. Namun di sisi lain, masih banyak mengeluh, bahkan berbuat dosa dan maksiat.

“Astaghfirullaahal ‘adzim…”, itu saja kata-kata yang pantas diucapkan di tempat senikmat itu.

Seraya mengingat doa ayahanda Nabi pertama Adam ‘Alaihis Salam,

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya : “Ya Tuhan kami, kami telah Menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami Termasuk orang-orang yang merugi.”(Q.S. Al-A’raf [7] :23).

Juga doa-doa lainnya, baik untuk keperluan pribadi, keluarga maupun perjuangan Islam dan Muslimin.

Diakhiri dengan lantunan munajat, “Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam surga, menikmati taman surga seperti saat ini,  bersama orang-orang yang shalih itu, Duhai Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun, Tuhan semesta alam. Ya Tuhan kami, berikanlah kebaikan kepada kami di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa api neraka”. Amin.

keluarraudhah

Pintu keluar setelah dari Raudhah dan makam Nabi. (Dok: Afta/MINA)

Hikmah Raudhah

Membayangkan dan mendambakan taman surga adalah saat berada di area Raudhah Masjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah. Akan tetapi hikmah dan pelajaran (ibrah) secara umum adalah bahwa ketenangan seperti di taman surga itu dapat diraih manakala hati kita sebagai seorang muslim tertambat di masjid.

Keterkaitan hati dengan masjid dalam arti senang shalat berjama’ah di dalamnya, berdzikir dan berdoa, bertadarrus al-Quran serta mengadakan kegiatan-kegiatan keislaman lainnya di masjid.

Seperti disebutkan di dalam sebuah hadits shahih, bahwa Allah akan memberikan perlindungan pada hari akhir nanti tatkala tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. Salah satu kelompok yang mendapat perlindungan itu adalah pemuda atau orang yang hatinya tertambat di masjid. (H.R. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Apalagi jika itu dilakukan di Masjid Nabawi, yang pahala shalat di dalamnya setara dengan seribu kali lipat dibandingkan shalat di masjid lain, selain Masjidil Haram. Sedangkan shalat di Masjidil Haram setara dengan serratus ribu kali lipat dibandingkan di masjid lain, atau seratus kali lipat dibandingkan di Masjid Nabawi.

Maka, jutaan jamaah umrah maupun haji, tidak akan sia-sia mengeluarkan biaya banyak, tenaga, waktu dan meninggalkan keluarga dan tanah air, untuk mendapatkan keberkahan amal ibadah di tempat-tempat tesebut. Wabil khusus, dapat menikmati pesona taman surga di Raudhah, yang dapat dirasakan oleh hati orang-orang beriman. Subhaanallaah.

Lebih penting lagi adalah seusai berkunjung ke Raudhah, selesai umrah, ke tanah suci, maka patut selalu diingat agar senantiasa melazimkan berkunjung ke masjid-masjid Allah di tiap-tiap waktu shalat fardhu. Karena di situpun ada semacam raudhah, taman surga, ketenangan, kekhusyuan, dan kedamaian shalat berjama’ah. Sehingga Raudhah di Madinah akan selalu terbayang di masjid di mana dilaksanakan shalat berjamaah, upaya meraih takwa.

“Ya, Allah berilah kesempatan kembali kepada kami, serta kepada saudara-saudara kami sesama muslim yang memiliki niat dan keinginan kuat, untuk dapat berziarah ke Nabi-Mu serta menikmati Raudhah, serta berumrah di rumah-Mu, Baitullah di Mekkah al-Mukarramah”. Aamiin. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Haji 1445 H
Haji 1445 H
Indonesia
Dunia Islam
Dunia Islam