Teheran, MINA – Protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini, seorang wanita muda dalam tahanan polisi, berlanjut di seluruh Iran pada hari Ahad (9/10), ketika sebuah kelompok hak asasi manusia mengatakan, setidaknya 185 orang, termasuk anak-anak, telah tewas selama demonstrasi.
Protes anti-pemerintah yang dimulai pada 17 September di pemakaman Mahsa Amini yang berusia 22 tahun di kota Kurdi Saqez, telah berubah menjadi tantangan terbesar bagi para pemimpin ulama Iran selama bertahun-tahun, dengan pengunjuk rasa menyerukan kejatuhan Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei.
“Setidaknya 185 orang, termasuk setidaknya 19 anak-anak, tewas dalam protes nasional di seluruh Iran. Jumlah pembunuhan tertinggi terjadi di provinsi Sistan dan Baluchistan dengan setengah dari jumlah yang tercatat,” kata Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia, Sabtu (8/10), Arab News melaporkan.
Pihak berwenang menggambarkan protes itu sebagai plot oleh musuh Iran, termasuk Amerika Serikat. Mereka menuduh pembangkang bersenjata melakukan kekerasan yang dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 20 anggota pasukan keamanan.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan protes di puluhan kota di Iran pada Ahad pagi dengan ratusan siswi sekolah menengah dan mahasiswa berpartisipasi, meskipun pasukan keamanan menggunakan gas air mata, dan dalam banyak kasus menggunakan peluru tajam.
Namun, pihak berwenang Iran telah membantah bahwa mereka menggunakan peluru tajam. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama