Ramadhan Bulan Pelatihan Diri

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

(training) adalah suatu kegiatan yang bermaksud untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dari sebuah institusi untuk mencapai tujuan.

Pelatihan yang baik dilaksanakan secara sistematis dan terprogram dari sebuah institusi, perusahaan atau organisasi, untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan kemampuan (ability) terhadap tujuan institusi.

Tujuan utama pelatihan adalah untuk meningkatkan keterampilan sesuai dengan perubahan agar menjadi kompeten serta memperoleh kemajuan produktif melalui pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Sehingga dengan adanya pelatihan diharapkan terjadi peningkatan produktivitas, perbaikan performance, dan manajerial.

Keberhasilan sebuah pelatihan ditentukan lima komponen utama, meliputi : sasaran yang jelas, pelatih yang sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, bahan-bahan pelatihan yang sesuai berdasarkan sasaran, metode yang tepat dan peserta yang sungguh-sungguh.

Layaknya sebuah perusahaan atau organisasi, bulan Ramadhan dapat dikatakan sebagai bulan pelatihan bagi para pelaku (shaimun).

Pelatihan Ramadhan yang dimaksud adalah suatu ibadah yang berfungsi untuk memperbaiki dan mengembangkan iman, ibadah, dan akhlak orang-orang yang berpuasa agar sesuai dengan kehendak Allah.

Pelatihan Ramadhan merupakan proses sistematis dari lima rukun Islam : syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Kemudian dirangkai dengan Rukun Iman yang enam : iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir. Serta dirangkai dengan Ihsan, yakni : beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, jika tidak melihat-Nya, maka Allah Maha Melihat.

Maka, hadits menyebutkan “iimaanan wahtisaaban,” dengan penuh keimanan dan pengharapan akan ridha Allah.

Ketiganya, Islam, Iman, dan Ihsan, tidak dapat dipisahkan, sebagaimana diajarkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam suatu mejelis para sahabat. (HR Muslim dari Umar).

Sama halnya dengan pelatihan perusahaan, Ramadhan sebagai bulan puasa pun bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kompetensi, produktivitas,  dan performance keimanan seseorang naik ke level tertinggi, yaitu takwa (QS Al-Baqarah [2] : 183).

Sehingga dengan standar takwa itu, menjadikan seseorang memperoleh derajat mulia di sisi Allah (QS Al-Hujurat [49] 13).

Keberhasilan pelatihan Ramadhan ditentukan oleh lima komponen utama.

Komponen Pertama, sasaran yang jelas, dan ini sudah sangat jelas sasaran utamanya, sebagaimana Allah maklumkan,  adalah “la’allakum tattaqun”, agar menjadi orang bertakwa (QS Al-Baqarah [2] : 183).

Komponen kedua, pelatih yang sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Dalam hal ini pelatihnya adalah puasa. Suatu ibadah menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkan dari terbit fajar hingga maghrib, dengan niat ikhlas karena Allah.

Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutnya, “Puasa itu perisai” (HR Bukhari dari Abu Hurairah).

Dalam riwayat lain disebutkan “Puasa itu peredam”. (HR Ibnu Majah dari ‘Aisyah).

Imam Al-Ghazali menyebutkan, puasa itu bukan hanya puasa tidak makan dan tidak minum. Akan tetapi puasa seluruh anggota badan dari hal-hal yang dilarang Allah. Sehingga selamat dari kebanyakan puasa yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga, tanpa kualitas isi.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan, yang artinya, “Betapa banyak orang yang berpuasa, tidaklah memperoleh apa-apa baginya dari puasanya selain lapar dan dahaga”. (HR Ad-Darimi dari Abu Hurairah).

Pada kesempatan lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperingatkan, yang artinya, “arangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, maka puasa tidak dinilai Allah”. (HR Bukhari dari Abu Hurairah).

Komponen Ketiga, bahan-bahan pelatihan yang sesuai berdasarkan sasaran.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat telah menempuh metode terhebat selama pelatihan Ramadhan. Bukan sekedar melaksanakan puasa di siang harinya. Akan tetapi juga sembari mengisi hari-harinya dengan bahan-bahan training lainnya yang bersifat individual seperti : bertadarus Al-Quran, memperbanyak dzikir dan doa, serta memohon ampun kepada-Nya.  Kesemuanya mengarah pada pembentukan jatidiri yang bersih, jujur, kokoh, dan istiqamah atau pembersihan nafsu diri (tazkiyatun nafs).

Bahan lainnya adalah ibadah yang bernilai sosial, seperti melaksanakan shalat fardhu dan tarawih berjama’ah, menunaikan zakat fitrah (diri) dan zakat maal (harta), mengadakan kajian-kajian atau ta’lim keislaman, gemar bershadaqah, menolong sesama, saling memaafkan, dsb.

Karenanya, di dalam hadits riwayat Imam Muslim, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan adanya orang-orang yang bangkrut di akhirat kelak (al-muflis), disebabkan orang tersebut datang dengan pahala shalat, puasa, dsb. Namun pahala itu dikurangi satu demi satu, dialihkan kepada orang-orang yang dulunya ketika di dunia dizalimi. Belum cukup sampai di situ, dosa-dosa orang-orang yang dizalimi pun ditransfer ke orang yang menzalimi tadi. Jadilah dia orang yang bangkrut, minus pahala. Na’udzubillahi mindzalik!

Komponen Keempat, metode yang tepat dalam pelatihan Ramadhan yakni kesabaran. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutnya sebagai “Bulan sabar”. (HR Ad-Darimi).

Teungku Muhammad Ash Shiddieqy (1973) membagi kesabaran atas tiga hal, yaitu : sabar dalam mentaati Allah, sabar dalam menghindari maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah. Training in Ramadhan mendidik pesertanya (shaimun) untuk sabar melaksanakan puasa dari fajar sampai maghrib. Walaupun sendiri di kantor atau rumah, tenggorokan haus, perut lapar, tetapi tidak mau mengambil minum walau seteguk, dan tidak mencicipi makanan walau sepotong. Itu karena metode kesabaran melatihnya sedemikian.

Demikian pula, semestinya dalam koridor lebih luas lagi, shaimun tidak akan coba-coba mengambil sesuatu yang bukan haknya (korupsi), ia tidak akan bekerjasama dalam kemaksiatan (kolusi, nepotisme, selingkuh), tapi ia ikhlas menerima segala ketentuan-Nya (qana’ah).

Sebab, ia yakin segala ketentuan-Nya adalah yang terbaik bagi diribnya. Walaupun terkadang tidak setiap yang terbaik itu adalah yang terindah.

Komponen Kelima, dan peserta (trainee) yang sungguh-sungguh. Shaimun akan mendapatkan balasan (reward) dari aktivitasnya selama Ramadhan, yakni berupa ampunan Allah serta fasilitas pintu khusus Ar-Rayyan untuk masuk ke dalam surga-Nya. Maka dari itu, shaimun akan terus bersungguh-sungguh sampai detik-detik akhir di sepuluh hari yang akhir Ramadhan, melalui i’tikaf.

Taqwa

Shaimun yang tetap menjaga ibadahnya di tengah-tengah kesibukan arus mudik. Shaimun yang tetap memelihara dzikir dan doa saat banyak tawaran kue jajajan lebaran. Shaimun yang semakin khusyu’ memohon ampun di seputar discount baju-baju baru.

Semoga puasa dan rangkaian ibadah lainnya dalam kamp pelatihan Ramadhan (training in Ramadhan), mampu mengantarkan kita ke level tertinggi di sisi Allah, yaitu taqwallah. Aamiin. (RS2/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)