Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

RS INDONESIA DI GAZA DILENGKAPI ALAT MEDIS CANGGIH

Rudi Hendrik - Rabu, 10 September 2014 - 00:24 WIB

Rabu, 10 September 2014 - 00:24 WIB

1489 Views

Wawancara Miraj News dengan Ahyaudin Sodri, ST., MT, Ketua Pengadaan Alat Kesehatan RS Indoensia di Gaza, Palestina. (Gambar: Putri/MINA)
Wawancara Miraj News dengan Ahyaudin Sodri, ST., MT, Ketua Pengadaan <a href=

Alat Kesehatan RS Indoensia di Gaza, Palestina. (Gambar: Putri/MINA)" width="300" height="229" /> Wawancara Miraj News dengan Ahyaudin Sodri, ST., MT, Ketua Pengadaan Alat Kesehatan RS Indoensia di Gaza, Palestina. (Gambar: Putri/MINA)

Jakarta, 14 Dzulqa’dah 1435/9 September 2014 (MINA) – Lembaga medis kemanusiaan dan kegawatdaruratan yang memprakarsai pembangunan Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), saat ini sedang melakukan penawaran peralatan medis kepada perusahaan-perusahaan alat kesehatan (alkes).

Dalam wawancara Mi’raj Islamic News Agency (MINA) dengan Ahyaudin Sodri, ST., MT, Ketua Pengadaan alkes RS Indonesia, di kantor pusat MER-C di Jakarta, Selasa malam (9/9), disebutkan bahwa rumah sakit hadiah dari rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina itu, akan dilengkapi dengan alat-alat kesehatan yang berteknologi canggih.

Berikut petikan wawancara lengkap dengan Ahyaudin Sodri, Insinyur Teknik Biomedis lulusan Jerman ini:

MINA : Perkembangan baru apa yang tim MER-C lakukan terkait pengadaan alat kesehatan untuk RS Indonesia?

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Ahyaudin: Baru saja kami melakukan video-conference dengan tim MER-C di Gaza dan konsultan lokal pengadaan alat kesehatan di Gaza. Dari Jakarta sendiri saya dan Ir. Faried Thalib (Ketua Divsi Kontruksi Pembangunan RS Indonesia).

Video-conference dilakukan untuk evaluasi proses pengadaan alat kesehatan. Sekarang dalam proses menunggu penawaran. Dari Rp 65 milyar dana yang direncanakan, kami bagi menjadi 14 paket, karena alat kesehatan sangat kompleks, tidak ada satu perusahaan pun yang bisa menyediakan semua peralatan yang dibutuhkan.

Paket ini diharapkan bisa mempermudah pengadaan alat kesehatan, karena tidak ada perusahaan yang bisa menyediakan semuanya. Misalnya paket bedah adalah alat-alat bedah, paket radiologi, dan paket lainnya berbeda perusahaan.

Secara keseluruhan, perkembangannya sangat bagus. Saat ini, dari enam suplayer yang direncanakan, berkembang menjadi 14 perusahaan. Kita harapkan ke-14 perusahaan ini bisa menyediakan alat-alat yang kita butuhkan.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El-Awaisi (3): Kita Butuh Persatuan untuk Bebaskan Baitul Maqdis

Dari laporan tim kita di sana, semua sudah menyepakati, baik dari jumlah yang kita butuhkan, jenis yang kita butuhkan, termasuk spesifik scan-nya. Dan semua berkomitmen bahwa proses pengadaan bisa selesai pada bulan Desember.

Yang kita harapkan, hari Sabtu nanti (13/9), semua penawaran masuk dari 14 perusahaan. Maka Minggu depan, kami tim Jakarta akan melakukan evaluasi dari penawaran ke-14 perusahaan ini.

Tim di Gaza akan menerima penawaran dalam dua jenis. Penawaran dalam bentuk kertas (dokumen-dokumen kertas) dan dalam bentuk softcopy. Bentuk softcopy ini yang akan dikirim ke Jakarta dan kita pelajari dan evaluasi.

Kita tidak mau barang-barang yang dikirim ke rumah sakit adalah barang-barang yang bukan kami pesan.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis

MINA : Dari mana asal perusahaan penyuplai?

Ahyaudin: Perusahaan yang kita minta penawaran adalah perusahaan yang ada di Gaza.

Saya pada Februari lalu, sudah pergi ke sana dan melakukan penilaian, dan ternyata bisnis itu memang ada di sana. Selama ini pengadaan alat-alat kesehatan di Gaza, dipenuhi oleh agen-agen atau distributor yang ada di Gaza sendiri.

Alat-alatnya sendiri ada yang dari Eropa, dari Amerika, dari Jepang, dan ada juga ada yang dari Gaza, tapi terbatas pada peralatan yang sederhana seperti tiang infus, kursi pasien dan furniture rumah sakit dan lainnya.

Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina

Adapun barang-barang yang sifatnya elektronik dan berteknologi canggih, itu semua dari luar.

Ahyaudin Sodri ketika melakukan penilaian <a href=

alat kesehatan di Gaza, Februari 2014 (Gambar: MINA)" width="332" height="220" /> Ahyaudin Sodri ketika melakukan penilaian alat kesehatan di Gaza, Februari 2014 (Foto: mirajnews)

MINA : Peralatan medis yang akan dipakai di RS Indonesia, apakah semuanya berteknologi canggih?

Ahyaudin: Rumah sakit ini adalah rumah sakit traumatologi, berorientasi pada penanganan trauma, sehingga membutuhkan peralatan yang berteknologi canggih. Contohnya, laboratorium yang kita buat adalah lab yang memang sudah menunjang aktivitas kamar bedah.

Ada empat kamar bedah yang didukung oleh 100 ranjang ICU.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (1): Peran Strategis Indonesia dalam Pembebasan Baitul Maqdis

Sengaja kami mengadakan alat berteknologi canggih dengan tujuan bisa mendukung kebutuhan kita hari ini dan kebutuhan layanan di masa yang akan datang. Jangan sampai kita membeli peralatan, kita pakai setahun dua tahun, tiga tahun berikutnya sudah tidak bisa dipakai.

MINA : Kondisi listrik di Gaza saat ini sangat buruk, dapatkah situasi ini menunjang kebutuhan listrik bagi berbagai peralatan canggih tersebut?

Ahyaudin: Memang benar, kondisi listrik Gaza yang buruk adalah tantangan tersendiri bagi kita. Itu sudah kita antisipasi dengan memasang dua genset yang kapasitasnya sudah cukup untuk mem-backup seluruh peralatan medis yang kita gunakan. Jadi ketika listrik mati, gensetnya akan mem-backup.

Jadi, tidak ada skenarionya, ketika listrik mati, rumah sakit berhenti.

Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel

MINA: Bagaimana dengan ketersediaan tenaga operasional dalam memakai peralatan canggih tersebut?

Ahyaudin: Kita sudah memasukkan ke dalam spesifikasi yang kita ajukan ke perusahaan-perusahan yang kita tawarkan, bahwa mereka memiliki kewajiban-kewajiban yang harus mereka penuhi.

Kewajiban pertama, tentu saja mereka harus mengirimkan ke lokasi, barang yang kita inginkan.

Kewajiban kedua adalah melakukan pemasangan alat-alat dengan benar.

Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya

Yang ketiga, mereka punya kewajiban men-training, baik itu operator maupun dokter yang akanmengoperasikan alat-alat yang akan kita beli.

Keempat, mereka berkewajiban mem-backup maintenance dan men-support peralatan ini ke depan. Bukan hanya garansi, tapi mereka menjamin alat ini dalam tujuh tahun ke depan, mereka akan support, baik dari suku cadangnya, maupun tenaga ahlinya. Kita tidak berharap, ketika tiga tahun kemudian, mereka mengatakan suku cadangnya sudah tidak ada, itu akan sangat merugikan. Apalagi ini adalah komitmen bangsa Indonesia yang diharapkan bermamfaat bagi warga Gaza dalam jangka panjang, bukan jangka pendek.

MINA : Dengan perkembangan bagus ini, apa yang diharapkan?

Ahyaudin: Situasi ini mudah-mudahan bisa memberikan kemajuan bagi bidang kesehatan di Gaza. Saya sudah bertemu beberapa orang yang berharap rumah sakit ini nantinya bisa memberi layanan dan menjadi rujukan bagi warga Gaza, terutama di Gaza Utara.

Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap

Dua hal yang kita harapkan, dari sisi teknologi dan dari sisi layanannya. Jadi kombinasi antara kecanggihan teknologi dengan keahlian kedokteran. (L/P09/P4).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Cerita Perjuangan dr. Arief Rachman Jalankan “Mission Impossible” Pembangunan RS Indonesia di Gaza (Bagian 3)

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Internasional
Palestina
Palestina