Slamet Effendy Yusuf (Foto : MINA)" width="300" height="257" />Majelis Ulama Indonesia (MUI), akan menggelar Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI tahun 2015 pada 8-11 Februari mendatang. KUII akan membahas isu-isu strategis di antaranya budaya, politik dan ekonomi.
Ketua Panitia KUII VI, Slamet Effendy Yusuf, mengatakan, setelah melihat perkembangan kondisi umat Islam Indonesia, yang tertinggal dalam segala bidang kehidupan, baik ekonomi, teknologi, hingga masalah politik, maka umat Islam Indonesia membutuhkan instrumen gerakan yang interal dan mampu mengakomodir kepentingan umat Islam.
Tantangan pertama masalah peran politik dalam menyamakan persepsi untuk kemajuan umat Islam dalam mengawal Pancasila, kedaulatan NKRI dan UUD Negara Repubik Indonesia 1945.
Tantangan kedua, masalah peran ekonomi umat Islam dalam melihat kontribusi dan totalitas umat merintis berdirinya NKRI, maka selayaknya umat Islam dapat merasakan pembangunan ekonomi nasional secara maksimal.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Tantangan ketiga masalah peran kebudayaan Islam, identitas peradaban Islam mutlak dijaga dan dilestarikan oleh umat Islam.
Untuk lebih jelas berikut petikan wawancara, Mi’raj Islamic News Agency (MINA) dengan Ketua Panitia KUII Slamet Effendy Yusuf di kantor MUI, Jakarta.
MINA : Bisa diceritakan bagaimana latarbelakang KUII VI di Jogjakarta mendatang?
Slamet Effendy Yusuf : KUII sejak kemerdekan sudah dilakukan 5 kali kongres, terakhir dilakukan di Pondok Gede Asrama Haji pada tahun 2010. Oleh karena itu tahun ini KUII VI di Jogjakarta.
Sejak berdirinya Sarekat Dagang Islam (SDI) 1905 lalu digulirkan oleh umat Islam Indonesia, kemudian dipertegas lagi dengan terselenggarakannya KUII tahun 1945 yang berhasil melahirkan “consensus of Islamic Politic” dengan nama Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
MINA : Tujuan penyelenggaraan KUII VI untuk apa?
Slamet Effendy Yusuf : KUII VI ini ditujukan untuk membangun konsolidasi agenda keislaman dan kebangsaan melalui penguatan persatuan umat Islam di sektor politik, ekonomi dan sosial budaya umat Islam. Kongres ini merupakan salah satu upaya evaluasi gerakan pemberdaya ekonomi umat Islam sebagai bentuk konkrit kontribusi dan peran politik aktifnya dalam mensejahterakan rakyat.
MINA : Apa tema yang akan diangkat dalam KUII VI?
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Slamet Effendy Yusuf : Tema utama dalam konfrensi itu mencakup tiga bidang: politik, umat Islam dalam arti yang luas, kami akan meletakan keislaman dan ke Indonesiaan. Jadi tidak perlu khawatir ketika bicara mengenai politik. Kedua, ekonomi, kita lihat perkembangan kemajuan ekonomi Indonesia relatif mengalami kemajuan-kemajuan.
Terakhir bidang sosial budaya. Tujuannya untuk menciptakan wajah Indonesia di masa yang akan datang. Tiga bidang inilah yang menjadi persoalan umat Islam di Indonesia saat ini. Terkait pengembangan wajah Indonesia di masa depan, perkembngan tata ruangnya akan lebih ditingkatkan lagi. Islam nusantara yang mewarnai peradaban Indonesia hari ini sudah tidak terlihat.
MINA : Peserta yang hadir, darimana saja?
Slamet Effendy Yusuf : Pengurus MUI pusat, tokoh-tokoh umat Islam, pimpinan pondok pesantren, wakil-wakil ormas Islam tingkat pusat, tokoh politik dan komunitas pemerintah daerah kesultanan. KUII VI ini akan diikuti lebih kurang 700 orang.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
MINA : Dimana rencana akan diadakan KUII VI?
Slamet Effendy Yusuf : Di Hotel Inna Garuda Jogjakarta
MINA : Darimana sumber dana untuk penyelenggaran KUII sendiri?
Slamet Effendy Yusuf : “Insyallah” anggaran diperoleh dari sumber-sumber yang halal dan baik, dari kas MUI, maupun bantuan pemerintah dan dukungan berbagai pihak.
MINA : Bagaimana peserta, apakah ada yang dari luar negeri?
Slamet Effendy Yusuf : KUII VI akan mengundang narasumber yang mengerti tentang politik umat Islam, peran ekonomi umat Islam dan sosial budaya umat Islam. Mereka adalah orang-orang yang mengerti tentang kongres keIslaman Indonesia khususnya bagaimana mengimplementasikan hasil kongres tersebut.
MINA : Sejauh ini adakah peningkatan dari tahun sebelumnya terkait KUII VI?
Slamet Effendy Yusuf : Ada, dulu umat Islam bodoh-bodoh sekarang pintar-pintar, bahkan ada yang mendapat gelar profesor dan doktor.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
MINA : Apa harapan dari penyelenggaraan KUII VI di Jogjakarta?
Slamet Effendy Yusuf : Umat Islam bisa merumusan langkah-langkah kongrit dengan mendorong seluruh elemen strategis untuk bersatu padu mewujudkan peradaban bangsa Indonesia dengan norma, tata nilai dan spirit keislaman. (L/P002/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya