SOSOK PERDANA MENTERI BARU TURKI

bulansabitkembar
bulansabitkembar

Menteri Luar Negeri Ahmet Dovutoglu dipilih Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) untuk menggantikan Recep Tayyip Erdogan sebagai pemimpin baru partai dan sekaligus menjabat sebagai Turki.

Hal ini dilakukan karena Erdogan terpilih sebagai Presiden Turki periode 2014-2019.

Keduanya berasal dari partai yang sama, partai berbasis ideologi Islam yang programnya mengembalikan pengaruh Islam yang kuat di Turki dan secara konsisten mendukung perjuangan .

Ahmet Dovutoglu lahir di distrik Tashkent Konya, Turki pada 26 Februari 1959. Ia menyelesaikan pendidikan menengah di Erkek Lisesi, Istanbul, sebuah sekolah tinggi elit yang oleh Jerman dikatakan sebagai sekolah internasional Jerman.

Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Bogazici, Istanbul, jurusan Ekonomi dan Ilmu .

Dovutoglu lulus dengan gelar Master di bidang Administrasi Publik dari universitas yang sama.

Ia kemudian banyak menulis tentang masalah-masalah hubungan internasional sehingga mempunyai reputasi tinggi sebagai spesialis masalah hubungan internasional di seluruh dunia.

Baca Juga:  Ini Kekuatan Media Online di Era Digital

Dalam beberapa artikelnya ia juga pernah  berpolemik dengan Huntington, pakar poliitik yang disegani di dunia, terutama karya utamanya  buku “Benturan Peradaban” (Clash of Civilization).

Davutoglu juga pernah mendapat kehormatan sebagai asisten profesor di Islamic International University  di Malaysia.

Kemudian antara 1995-1999 ia bekerja di Universitas Marmara, Istanbul dan menjadi profesor penuh pada 1999.

Tak lama kemduian ia menjadi Ketua Departemen Hubungan Internasional di Universitas Beykent.

Pemilu 2002 menghasilkan kemenangan bagi AKP dan Davutoglu aktif berpolitik pada partai berideologi Islam dan yuang ingin mengembalikan kejayaan Islam di Turki.

Mulanya dia diangkat sebagai Kepala Penasehat Perdana Menteri, kemudian, pada 1 Mei 2009 diangkat Menteri Luar Negeri keenam puluh Turki.

Dovutoglu telah menulis banyak buku dan artikel tentang kebijakan luar negeri dan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.

Baca Juga:  Politik dan Pendidikan Islam

Diantara karyanya adalah Paradigma Alternatif, Dampak Islam dan Weltanschauungs Barat pada Teori Politik (1993), Transformasi Peradaban dan Muslim Dunia (1994), Kedalaman Strategis (2001) dan The Global Crisis (2002).

Bukunya Kedalaman Strategis sangat signifikan sebagai kunci untuk memahami perubahan terbaru dalam orientasi kebijakan luar negeri Turki.

Yang luar biasa pula adalah Davutoglu terpilih di antara 100 pemikir global 2010 oleh majalah Foreign Policy.

Ahmet Davutoglu maju sebagai kandidat AKP untuk Konya di pemilihan umum yang diselenggarakan pada 12 Juni 2011.

Sebelum menjadi Menteri Luar Negeri, Davutoglu adalah salah satu  diplomat terkemuka dalam  diplomasi untuk penyelesaian konflik Israel pada 2008 di Gaza.

Menyusul insiden Mavi Marmara pada Mei 2010, Davutoglu mengajukan tiga kondisi untuk normalisasi hubungan antara Turki dan Israel. Dia menyatakan, Negara Israel harus mengeluarkan permintaan maaf atas insiden tersebut dan membayar kompensasi, dan juga mengangkat blokade laut di Jalur Gaza. Davutoglu berhasil mendapatkan permintaan maaf pada Maret 2013, dan penawaran kompensasi diselesaikan pada 2014.

Baca Juga:  Refleksi Hardiknas dan Penguatan Kembali Ekosistem Pendidikan Kita

Namun kerusuhan politik di Mesir telah menunda pencabutan blokade laut, tambahnya.

Dalam sebuah konferensi Ankara pada Mei 2014, Davutoglu menyatakan pendudukan Israel di Al-Quds menyebabkan penderitaan bagi warga Palestina dan adalah kewajiban moral untuk melindungi budaya kota tersebut yang merupakan tempat suci agama Islam.

Dovutoglu mengambil sikap anti-Israel yang kuat selama konflik Israel-Gaza pada 2014 bersama Recep Tayyip Erdogan. Davutoglu menerapkan kebijakan partisipasi aktif, memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Hubungan antara Turki dan Israel memburuk secara signifikan, kemudian Israel menarik staf diplomatik-nya dari Turki hanya beberapa bulan setelah mengumumkan bahwa jumlah staf akan meningkat karena kekhawatiran keamanan. Namun kedua negara, Turki dan Israel adalah sama-sama sekutu dekat Amerika Sertikat, sehingga Amerika Serikat sering menjembatani permasalahan yang ada antara kedua negara. Tapi tak ada kata mengalah bagi Turki dalam hal membela Palestina.  (T/P006/P2)

(Disarikan Dari Berbagai Sumber)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Fauziah Al Hakim

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0