Oleh: Rohullah Fauziah Alhakim, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Kampus Jihad, itulah sebutan khas Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah yang terletak di Kompleks Pesantren Al-Fatah Desa Pasir Angin, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kampus STAI Al-Fatah, walau belum cukup dikenal dan dengan bangunan yang terhitung sederhana. Namun siapa sangka, dari kampus ini, memiliki mahasiswa yang berasal dari berbagai suku bangsa dan negara.
Mahasiswanya berasal dari negeri seberang, seperti dari Pulau Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara Timur, Ambon, hingga Irian Jaya. Juga dari lintas negara, seperti dari Filipina dan Thailand.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Para mahasiswa inilah yang menjadi kebanggaan STAI Al-Fatah, salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang berdiri sejak 2 Maret 2000. Kampus ini dirintis oleh Imaam Muhyiddin Hamidy (alm), yang juga pendiri Kantor Berita Islam MINA.
STAI Al-Fatah juga memiliki tenaga pengajar atau dosen yang selalu memberikan motivasi perjuangan. Sehingga mapu membangkitkan semangat para mahasiswa supaya tidak berkecil hati memiliki kampus sederhana tapi bersahaja.
Bangunannya, jika dibandingkan dengan kampus terkenal pada umumnya, mungkin tidak seberapa. Namun kemampuan mahasiswanya cukup bisa diandalkan.
Dari kampus kecil ini terlahir manusia-manusia berhati, berotak dan bervisi besar. Karena, bukan hanya wawasn umum saja yang didapatkan, tapi yang jauh lebih pentinga adalah pembekalan aqidah, akhlak, ibadah dan wawasan dunia Islam yang terbina.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Inilah yang menjadi nilai plus kuliah di Kampus Jihad, STAI Al-Fatah.
Kampus Jihad yang Melahirkan Mujahid
Kampus ini sangat banyak mengajarkan arti kehidupan, sehingga para mahasiswa tak hanya semata-mata untuk mencari gelar sarjana, tetapi mereka pun siap untuk berjihad di jalan Allah.
Buktinya, beberapa mahasiswa STAI Al-Fatah telah dikirim sebagai relawan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Palestina, untuk ikut serta membangun Rumah Sakit Indonesia.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Mereka tidak untuk ikut berperang memanggul senjata. Walau tetap saja nyawa menjadi taruhannya dari serangan sewaktu-waktu pasukan Israel.
Selain itu, sebagian mahasiswa STAI Al-Fatah lainnya, mereka dapat juga andil dalam berjuang untuk membebaskan Al-Aqsha, yakni dengan cara mengkoordinir donatur dan berbagai aksi kegiatan melalui Aqsha Working Group (AWG).
Beberapa alumni STAI Al-Fatah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, juga telah berkiprah dalam perjuangan pers, seperti Arif Ramdan yang menjadi salah satu Redaktur Serambi Indonesia di Aceh, yang juga Koordinator Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Aceh Periode 2014-2017.
Alumni lainnya, kini menjadi wartawan di Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency), sebuah kantor berita yang terbit dalam tiga bahasa (Indonesia, Arab dan Ingris) berbasis di ibukota Jakarta, dengan beberapa koresponden di Timur Tengah. Mereka antara lain: Rina Asrina, Rahmi Hayati, dan Kurnia Hudzaifah.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Bahron Ansori, salah satu alumninya, belum lama ini menyelesaikan studi lanjutnya S2 di Universitas Mulawarman Kalimantan Timur. Supardi, juga salah satu alumni STAI Al-Fatah, kini sedang menempuh jenjang magister di salah satu perguruan tinggi di Sudan.
Angga Aminudin, Rizal Alhaque, Abdullah Rosyid, dan Jawir Zulfiqar, lulusan kampus jihad ini, kini menjadi bagian dari penggerak Radio Silaturahim (Rasil) dan TV Rasil Cibubur.
Beberapa alumni lainnya berkiprah sebagai Dai, Guru, Dosen, Wartawan TV Swasta, Staf Kantor Bagian Keuangan, Bisnis Swasta, dan lainnya. Mereka menjadi sukses di bidangnya masing-masing, dengan bekal utama dari ilmu selama menimba di Kampus Jihad STAI Al-Fatah.
Kampus Dengan Program Pesantren
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Mulai tahun ajaran baru 2016-2017 ini, STAI Al-Fatah menerapkan Program Pesantren Mahasiswa (PPM).
Menurut Ketua STAI Al-Fatah Ir. Wahyu Iwa Sumantri,MP., program PPM ini berlatar dari keinginan pihaknya menjadikan para mahasiswa sebagai kader dai militan yang memiliki semangat juang tinggi dan ilmu dakwah lengkap.
Mahasiswa tinggal di kompleks Pesantren Al-Fatah, dengan kegiatan mulai shalat tahajud, shalat subuh berjamaah, tahsin Al-Quran pagi, hingga pembekalan bahasa Arab dan Inggris tiap hari, serta mengikuti jadwal kuliah.
Mahasiswa di kampus ini tidak hanya berorientasi kuliah cari ijazah. Namun harus lebih tinggi dari itu, menggali bekal ilmu dan siap terjun ke tengah-tengah masyarakat setelah lulus kuliah.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Selain itu, mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam misalnya, sebelum selesai ditargetkan memiliki radio atau tv streaming tiap tiga orang satu karya.Sehingga dengan modal dakwah media tersebut, termasuk memiliki media online, dapat dikembangkan lebih luas selepas sarjana.
Demikian pula yang jurusan Pendidikan Agama Islam, sebelum tamat mahasiswa setidaknya memiliki konsep, kurikukulum dan semacam miniatur lembaga pendidikan unggulan.Mereka lulus bukan mencari pekerjaan, namun menciptakan kreasi pekerjaan yang unggul, inovatif dan diperlukan umat.
Untuk menunjang PPM ini, STAI Al-Fatah sedang menyiapkan berbagai sarana dan prasarana pendukung, seperti renovasi gedung belajar, pengadaan ruang multimedia, ruang kerja dan kajian bidang kemuslimatan, perpustakaan, dan lainnya.
Berbagai Kerjasama Nasional dan Internasional
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Kampus STAI AL-Fatah memiliki visi menjadi lembaga perguruan tinggi pengkajian dan penerapan Al-Qur’an dan berbagai disiplin ilmu. Untuk mempertahankan kualitas pendidikan ini, STAI Al-Fatah menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri, pusat pendidikan profesi serta perusahaan media massa. Antara lain, bekerja sama dengan Sekolah Guru Indonesia (SGI).
Beberapa waktu lalu, Penandatangan Nota Kesepahaman (MoU) dilaksanakan di Kampus SGI Dompet Dhuafa Bogor oleh Ketua STAI Al-Fatah Wahyu Iwa Sumantri dan Direktur SGI Agung Pardini.
Menurut Wahyu, kerjasama terkait peningkatan sumber daya guru di Indonesia, antara lain dengan akan dibukanya Program Studi PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) di STAI Al-Fatah.Program studi ini diharapkan menjadi proyek percontohan pembekalan guru-guru atau calon-calon guru MI yang berakidah, profesional dan berwawasan kekinian.
Selain itu, beberapa tahun lalu Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) Bandar Baru, mengadakan kunjungan ke STAI Al-Fatah untuk menjalin kerja sama dalam bidang pendidikan.
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
Menurut Ketua Pembinya USIM, Dr. Ahmed Abdul Malik kunjungan ini dilakukan untuk melakukan kerja sama dalam pendidikan dan mempererat silaturahmi antara Mahasiswa Malaysia dan Indonesia, sehingga kelak hubungan ini tetap terjalin sampai seterusnya.
Selain bekerja sama dengan universitas, STAI Al-Fatah juga bekerjasama dengan Kantor Berita Islam MINA (Mi`raj Islamic News Agency) di bidang pengembangan jurnalistik.
Kerjasama ini dikukuhkan dengan penandatanganan MoU oleh Kepala STAI Al-Fatah Wahyu Iwa Sumantri, MP., Pemimpin Redaksi MINA Ismet Rauf, dan Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur di Masjid At-Taqwa Cileungsi Bogor, beberapa bulan lalu.
Menurut Pemred MINA, Ismet Rauf , kerjasama ini bertujuan memberikan bekal kemampuan kepada setiap mahasiswa agar siap terjun ke lapangan kerja.
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis
Nota kesepahaman yang ditandatangani meliputi kerjasama pengembangan jurnalistik antara lain dalam pelatihan, magang, dan pertukaran informasi.
Kerjasama ini juga termasuk kerjasama pembinaan mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam STAI Al-Fatah dan pemberian beasiswa bagi mahasiswa STAI Al-Fatah yang telah menjadi wartawan tetap MINA sesuai rekomendasi manajemen MINA.
Kerjasama-kerjasama inilah yang akan menjadi jembatan mahasiswa STAI Al-Fatah bisa go Internasional.
Dalam bidang jurnalistik ini, Kampus Jihad STAI Al-Fatah juga sedang menjajaki kemungkinan kerjasama dengan Kantor Berita Nasional ANTARA, Harian Republika, Harian Radar Bogor, dan lainnya.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Dengan visi menjadi lembaga perguruan tinggi yang melaksanakan pengkajian dan penerapan Al-Qur’an dan berbagai disiplin ilmu, STAI Al-Fatah tahun ini telah memulai kuliah perdana dengan kuliah umum pada 27 Agustus lalu, yang disampaikan oleh Pemimpin Redaksi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA, Dr Aat Surya Syafaat.
Pada kuliah umum bertema ‘Tantangan dan Peluang Jurnalis Muslim di Era Media Digital’ tersebut, Aat menyampaikan pentingnya wartawan Muslim memiliki sifat-sifat kenabian, yakni shidiq, amanah, tabligh dan fathonah.
Fisik Kampus Tak Penting, yang Penting Ilmunya
“Fisik kampus tak penting, yang penting ilmunya,” itulah yang dikatakan salah seorang mahasiswa asal Thailand, Usman Kahong.
Awalnya ketika dia baru datang di STAI Al-Fatah, ia sangat kaget saat melihat kampus. Meskipun begitu, Usman atau biasa juga di panggil Kahong ini tidak kecewa bahwa ia tetap akan kuliah di sini.
Terlebih lagi setelah dia benar-benar mengikuti setiap mata kuliah, dia baru merasakan bahwa ia mempelajari ilmu-ilmu yang luar biasa. Apalagi lingkungan kampus yang masih satu komplek dengan Pesantren Al-Fatah, sehingga tetap bisa menjaga keitiqomahannya.
Usman mengatakan, ketika lulus nanti ia ingin menerapkan ilmu dakwah di Thailand. Banyak ilmu yang ia dapatkan selama di STAI Al-Fatah, dan ilmu itulah yang akan ia dakwahkan di tanah kelahirannya.
Dengan semakin gencarnya program bahasa Internasional Arab dan Inggris, kampus ini ingin lebih go Intrernasional, dan berkiprah lebih luas lagi bagi peradaban dunia, dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Ali Farkhan Tsani, salah seorang dosen Jurnalistik Islam di STAI Al-Fatah menekankan, dari kampus ini akan dicetak generasi mujahid yang memiliki bekal dakwah, baik lisan maupun tertulis, penguasaan media dakwah berbasis Teknologi Informasi, serta dengan bekal hafalan Al-Quran dan Al-Hadits.
“Para lulusannya kelak dapat menjadi dai kelas internasional, yang siap dikirim ke mancanegara, untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang universal, dan ini makna jihad yang rahmatan lil ‘alamin, membawa peradaban dan kesejahteraan.” ujar Ali Farkhan, yang juga Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA.
Ya, semoga dari Kampus Jihad STAI Al-Fatah, akan terlahir para mujahid-mujahid dakwah, yang siap mengemban amanah perjuangan Islam dan mempersaudarakan potensi kaum Muslimin. Aamiin. (P006/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)