Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Survei: Warga Muslim Johor semakin Religius dan Dukung Hudud

Syauqi S - Senin, 20 November 2017 - 13:40 WIB

Senin, 20 November 2017 - 13:40 WIB

130 Views ㅤ

Bernama

(Foto: Bernama)

Johor, Malaysia, MINA – Survei akademik baru-baru ini yang melibatkan penduduk Johor, Malaysia, mengungkapkan masyarakat di negara bagian tersebut semakin religius dan sepakat dengan interpretasi Islam yang lebih konservatif.

Survei yang dilakukan oleh pusat penelitian ISEAS-Yusof Ishak Institute mengatakan tiga perempat orang Melayu di sana mendukung penerapan undang-undang pidana Islam (hudud).

Selain itu, lebih dari setengah (57%) responden menginginkan penerapan hudud berlaku bagi semua warga Malaysia tidak peduli agama yang dianut, demikian Straits Times melaporkannya, Ahad (19/11).

Rashaad Ali, seorang analis Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, mengatakan orang Melayu-Muslim di Malaysia akan mendukung pelaksanaan hudud “semata-mata atas dasar bahwa itu adalah ‘Islam’ dan identitas mereka sebagai seorang Muslim mewajibkan mereka untuk memberikan dukungan”.

Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan

Survei sebelumnya yang dikeluarkan oleh Merdeka Center pada tahun 2014 menunjukkan 59% responden menganggap Malaysia yang berpenduduk mayoritas Muslim tidak siap untuk menerapkan hudud.

Namun lebih dari separuh yang disurvei oleh Merdeka Center mendukung hudud, yakni sebesar 53%.

Laporan ISEAS antara lain mengungkapkan warga Johor mungkin belum tentu setuju dengan penguasa mereka, terkait pandangan Sultan Johor Ibrahim Iskandar tentang Arabisasi, badan Islam federal, dan islamisasi.

Ini terlepas dari 94% orang Melayu setuju bahwa “Sultan Johor tersebut adalah penjaga Islam yang baik di negara bagian” itu.

Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza

Pada September lalu, Penguasa Melayu itu memerintahkan jasa cucian (laundry) khusus Muslim untuk menghentikan praktik diskriminatif tersebut, mengatakan Johor ‘bukanlah negara Taliban’. Dia sebelumnya mengungkapkan keprihatinannya atas rakyatnya yang memilih menerapkan budaya dan kebiasaan Arab ketimbang Melayu.

Selain itu, survei tersebut juga menunjukkan bahwa 84% orang Melayu merasa bahwa umat Islam harus menempati mayoritas kursi pemerintahan di Negara Bagian Johor.

Sebanyak 90% responden Melayu juga sepakat bahwa “meningkatnya religiusitas Islam adalah perkembangan positif di Malaysia”. Sebaliknya, 79% dan 68% responden etnis Tionghoa dan India masing-masing tidak setuju.

Anggota ISEAS Norshahril Saat menjelaskan pandangan konservatif semacam itu sebelumnya hanya berkembang di tengah orang Melayu di Kelantan, Terengganu dan Kedah.

Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka

“Johor lebih berkembang secara ekonomi dan lebih urban daripada negara-negara bagian lain, jadi kita berpikir mereka akan lebih modern dan menganggap Islam sebagai agama yang lebih progresif,” kata di, merujuk pada penduduk Johor.

“Kasus Johor mengonfirmasikan temuan bahwa ada kebangkitan pemikiran revivalis Islam di Malaysia kontemporer saat ini.”

Survei tersebut menganalisis 2.011 responden dari Johor via telepon antara bulan Mei dan Juni tahun ini. Komposisi responden adalah 55% Melayu, 38% warga etnis Cina, dan India (7%). (T/R11/R01)

 

Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris

Miraj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Breaking News
Breaking News
Breaking News