Tanwir Muhammadiyah Angkat Tema “Beragama yang Mencerahkan”

Bengkulu, MINA – Sidang yang diselenggarakan di Bumi Raflessia Bengkulu mengangkat tema “”.

Hal itu disampaikan  Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada Sabtu (16/2).

Haedar mengatakan, tema itu diangkat setelah melalui diskusi yang lama, terutama terkait dengan isu politik yang saat ini selalu dikait-kaitkan dengan agama, sehingga menjadikan agama sebagai alat untuk saling menyerang dan menghujat.

Menurutnya, bukan hanya di Islam, tapi juga di agama-agama lain yang kemudian bermuara  pada peneguhan identitas keagamaan yang kental. Penyebabnya  antara lain proses perubahan sosial dan modernisasi yang melahirkan sekularisasi, agama hadir sebagai oase di tengah ancaman sekularisme.

“Demokrasi memunculkan berbagai paham keagamaan yang sebetulnya keinginan kembali pada ajaran agama yang murni, namun mengalami pengerasan yang cenderung menjadi ekstrem. Kecenderungan beragama berlebihan misalnya ditunjukan dalam cara berpakaian merupakan fenomena ingin kembali pada agama yang puritan,” kata Haedar.

“Agama hanya dilihat dari satu aspek ibadah, mengabaikan aspek muamalah. Hubungan  ukhuwah sesama pemeluk agama sama yang mestinya interelasi dan interkoneksi menjadi saling berlawanan ketika pakaian mereka berbeda,” lanjutnya.

Ia mengatakan, Muhammadiyah ingin menghadirkan kembali nilai-nilai Islam yang mencerahkan, dengan semangat mengeluarkan orang dari berbagai macam ketertinggalan, kejumudan, membawa dari beragama yang berlebihan menuju beragama yang wasathiyah atau tengahan. Nilai-nilai ini dihadirkan dengan memberi penguatan karatkter beragama yang membentuk akal budi mulia. (R/Haf/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hafidzh nai

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.