Taufik Uieks seorang pelancong dan pengembara, lahir pada tahun 1961 di sebuah kota kecil di penghunjung selatan Pulau Sumatera. Sejak usia remaja, takdir telah membawanya untuk merantau ke Pulau Jawa dalam rangka meneruskan pendidikan.
Namun, profesi yang digeluti selama ini sebagian besar berhubungan dengan perawatan pesawat udara yang dimulai ketika Taufik selesai belajar di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (Indonesia Aviation institute) yang ketika itu bernama Pendidikan dan Latihan Penerbangan (Civil Aviation Training Center) di Curug-Tangerang. Dan dengan bekal profesi serta didorong oleh hobi nya travelling, maka hingga saat ini lebih dari 50 negara di sudut-sudut bumi telah dikunjungi.
Sejak 2011 lalu, taufik bergabung di Kompasiana dan telah menulis lebih dari 500 artikel yang sebagian besar bercerita tentang kisah-kisah pengembaraannya. Di antara artikel tersebut, banyak juga tentang kunjungan-kunjungan ke masjid yang ada di setiap kota dan negeri yang dikunjungi.
Taufik Uieks bisa dikatakan satu-satunya orang Indonesia yang sudah menyambangi lebih lima puluh negara, dan selalu menyempatkan diri untuk mencari masjid.
Kali ini wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) berkesempatan mewawancarai Taufik Uieks sang Traveller Smart yang sudah mengunjungi masjid-masjid cantik sejak kawasan Asia, Afrika, Amerika, Argentina sampai Austria, dari Amsterdam sampai ke Wellington.
Berikut wawancara MINA dengan Taufik Uieks:
MINA: Apa yang membuat Anda berfikir untuk mengelilingi lebih dari 50 negara?
Taufik Uieks: “Hidup adalah sebuah perjalanan”, karenanya nikmati saja hidup ini sebagaimana ia mengalir. Setiap insan tentunya peunya cita-cita besar dan selalu berusaha sekuat tenaga untuk memenuhinya. Bagi saya, sejak kecil cita-cita saya adalah berkunjung ke negeri-negeri nun jauh dan menikmati keunikan serta keindahan alam, budaya, kuliner, dan tentu saja kehidupan spiritualnya.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Siapa sangka, sebagian mimpi itu telah terlaksana, sejak hampir tiga puluh tahun lalu, perjalanan demi perjalan telah saya laksanakan, dan dalam perjalanan itulah banyak yang dapat dipetik dan dipelajari akan kehiduapan masyarakat di setiap negara, kota, wilayah, dan daerah yang saya kunjungi. Pada dasarnya benarlah lirik sebuah lagu lawas “Ebony and Ivory” yang menceritakan bahwa . . . people are the same where ever we go.
MINA: Apa saja yang Anda temukan dalam mengembara dari masjid ke masjid?
Taufik Uieks: Dalam pengembaraan ke pelosok-pelosok dunia itu, saya juga selalu berusaha sedapat-dapatnya menemukan dan mampir sejenak ke masjid-masjid yang ada disana. Terutama di tepat-tempat di mana ummat muslimnya minoritas. Karena dengan berkunjung ke masjid-masjid ini, kita sekaligus bisa mengetaui kehidupan masyarakat Muslim di suatu negara dan bahkan dapat juga mengenal lebih jauh sejarah mulai masuk dan berkembangnya ajaran Islam di tempat tersebut.
Bahkan peran Islam sebagai agama yang membawa kedamaian juga dapat kita sitir dari kisah-kisah mengharukan yang pernah terjadi di masjid tersebut. Masjid di ibukota Rwanda, Kigali, misalnya pernah menjadi saksi bahwa Islam bisa menyatukan perseteruan antara suku Hutu dan Tutsi yang terlibat perang saudara yang kemudian menjurus ke pembantaian etnis. Selain itu Masjid Raya di Paris, pernah menjadi tempat di mana kaum Yahudi bersembunyi dan berlindung dari kejaran Nazi.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
MINA: Hal menarik yang Anda dapat dari kunjungan ke masjid-masjid dunia itu, apa saja?
Taufik Uieks: Pengalaman menjadi marbot dan susahnya mencari masjid di Athena misalnya dapat memberikan pelajaran, bahwa suatu negeri yang pernah dikuasai oleh Islam bisa menjadi kurang bersahabat terhadap Islam.
Belum lagi mendapatkan fakta yang kadang-kadang sedikit di luar dugaan seperti masjid terbesar di Amerika Selatan di Buenos Aires, Argentina, dan masjid terbesar di Eropa terdapat di ibukota negeri yang pernah menjadi markas paham komunisme yaitu Moskwa. Atau di Belanda, masjidnya pernah digunakan sebagai “Sarang Teroris”.
MINA: Bagaimana proses penyelesaian buku ‘Mengembara Ke Masjid-Masjid Di Pelosok Dunia?
Taufik Uieks: Proses buku ini sudah berjalan 7 tahun sejak 2008, tapi saya menulis terpisah. Alhamdulillah sekarang bisa di bukukan. Karena banyak hal, kesibukan dikantor, maka jadinya sampingan. Ditulis, tapi dikirim ke majalah, seperti majalah intisari dan lain sebagainya. Ada 56 artikel dalam buku ini. Semua tempat dibilang ada. Tapi, Alhamdulillah semua jadi bisa disatukan dan bisa selasai pada 2015 lalu.
MINA: Kesulitan kah saat beradaptasi, baik dalam budaya, bahasa saat mengembara?
Taufik Uieks: Alhamdulillah setiap perjalan pasti ada kesulitan, budaya pun bermacam bentuk. Jadi, kita lah yang harus memahami mereka. Saya sangat senang bisa berkunjung, ada juga masyarakat yang welcome, meskipun mereka tidak mengeri bahasa kita seperti orang Afrika.
Mereka rata-rata sedikit paham bahasa Arab. Di kota Tua Tbilisi. Ibukota Negeri Georgia yang berada di kawasan Kaukasus dan mentahbiskan dirinya sebagai tempat di mana daratann Eropa bermulai.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Negeri yang penduduknya sebagian besar menganut Kristen ortodoks ini pernah selama lebih dari 70 tahun hidup dibawah cengkraman kekuasaan komunis Uni Soviet.
Di China, bagian Barat ada sebuah Masjid, saya berbelanja dan kembalian saya kurang, mungkinn tidak dengar dia manggil saya untuk mengembalikan uang, saya ke atas solat dan kembali, dia menghampiri saya dan mengembalikan uang yang kurang tadi. Mereka sangat jujur dan baik.
MINA: Apa pesan Pak Taufik bagi para pecinta traveller?
Taufik Uieks: Bahasa sangat penting bagi mereka yang ingin traveller, sopan santun dan pahami setiap kondisi yang ada. Manfaatkan masa muda dalam menebar kebaikan. (L/P007/P001)
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Taufik Uieks bisa dihubungi melalui akunnya
Facebook: Taufik Uieks
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
Twitter : @taufikuieks