Oleh : Ummu Arsyila Nazeefah Ashari, Wartawati Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Hukum asal puasa di bulan Ramadhan adalah wajib bagi setiap Muslim dan Muslimah yang sudah baligh, berakal, tidak sedang dalam perjalanan (musafir) atau sakit, dan (khususnya Muslimah) suci dari haid dan nifas.
Para ulama telah bersepakat dalam wajibnya puasa di bulan Ramadhan ini, berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Kewajiban ini pun juga berlaku untuk wanita hamil dan menyusui yang tidak memiliki udzur untuk meninggalkan puasa.
Wanita yang dalam keadaan haid dan nifas, telah jelas hukumnya, yaitu ia tidak boleh berpuasa dan wajib meng-qadha atau mengganti puasa sebanyak hari yang ditinggalkannya. Sedangkan wanita atau orang yang dalam keadaan safar dan atau sakit, diberikan keringanan untuk berbuka dan wajib menggantinya di hari lain sebanyak hari yang ditinggalkan.
Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Bahagia: Kunci Kesuksesan Muslimah di Rumah
Sedangkan bagi wanita hamil atau menyusui yang dalam keadaan sehat, tidak lemah, tidak sakit-sakitan, atau tidak memiliki kekhawatiran terhadap janin / anaknya dan dirinya sendiri, maka ia tetap wajib berpuasa dan bila meninggalkannya berarti ia berdosa.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga
Artinya: “Wahai Orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain, Dan bagi yang berat menjalankannya, wajib membayar fidiyah, yaitu memberi makan kepada orang miskin, tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan (memberi makan kepada lebih dari satu orang miskin untuk satu hari), maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. Al Baqarah: 183-184)
Ibu menyusui boleh saja berpuasa selama bulan Ramadhan, karena puasa Ramadhan diwajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. Namun agama Islam masih memberikan kelonggaran puasa bagi ibu menyusui untuk tidak berpuasa dengan menggantinya di lain waktu atau dengan membayarkan fidyah.
Rata-rata berpuasa hanyalah menunda waktu makan hingga 14 jam ke depan. Dan selama selang waktu tersebut, tubuh manusia masih bisa bertahan dengan kandungan makanan yang disimpan sejak makan sahur dan akan ditambahkan ‘simpanan’ nutrisinya pada saat berbuka.
Namun puasa dapat menyebabkan ibu menyusui mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) pada ibu yang menyusui eksklusif sebelum bayi berusia 6 bulan, karena pada masa ini ibu menyusui secara rutin setiap 2-3 jam tanpa mengenal siang dan malam. Oleh karena itu, lebih baik puasa dilakukan setelah bayi berusia 6 bulan dan menerima Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) .
Baca Juga: Kesabaran Seorang Istri
Berikut Tips menjalankan puasa bagi ibu menyusui :
- Cek kesehatan ibu dan bayi
Jika seorang ibu menyusui ingin berpuasa maka harus mengetahui kondisi kesehatan ibu dan anak, apakah jika ibunya berpuasa baik bagi kesehatan dirinya dan anaknya. Jangan memaksakan puasa bila ibu tidak sanggup, atau merasa khawatir dengan kesehatan diri sendiri maupun si bayi. Bagaimanapun, puasa bagi ibu menyusui dapat digantikan dengan fidyah ataupun puasa di hari-hari lainnya.
- Usia bayi
Sesuai ulasan di atas, puasa bagi ibu menyusui sebaiknya dilakukan setelah bayi sudah berusia lebih dari 6 bulan.
- Pompa dan susui semaksimal mungkin di malam hari
Kemungkinan produksi ASI akan berkurang di siang hari. Oleh karena itu manfaatkan malam hari untuk memompa ASI dan menyusui semaksimal mungkin. Stok ASI perah dapat digunakan di siang hari.
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak
- Menjaga nutrisi makanan
Dianjurkan makan setidaknya 3 kali saat tidak berpuasa, dengan komposisi nutrisi terdiri dari 20% lemak, 30% protein, dan 50% karbohidrat. Ibu juga dapat menambah frekuensi makan asalkan tidak mengganggu kenyamanan tidur.
- Berbuka Puasa dengan yang manis
Mungkin sudah banyak orang yang tahu bahwa ketika buka puasa harus diawali dengan makanan yang manis terutama buah-buahan atau khususnya kurma dan madu. Hal ini pun berlaku untuk ibu hamil.
Selain dapat mengembalikan energi yang hilang, mengonsumsi makanan manis saat buka puasa juga dapat memberikan supplay gula darah yang baik. Selain sunnah Rosul berbuka puasa dengan kurma ternyata kurma juga banyak khasiatnya terutama bagi ibu hamil dan menyusui.
- Minum madu, kurma dan habatussauda
Dengan minum madu, kurma dan habbatussauda, diharapkan kuantitas dan kualitas ASI tetap terjaga, karena madu, kurma dan habbatussauda merupakan vitamin alami dan komposisinya lengkap.
Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman
- Banyak minum air
Banyak minum air putih sejak berbuka hingga tiba saatnya sahur untuk memenuhi kekurangan cairan tubuh saat berpuasa, minum air putih selama semalam itu sebanyak dua liter, ditambah dengan jenis cairan lainnya seperti jus buah, air kelapa dan susu. Minum segelas susu setiap sahur bisa mengurangi ancaman anemia bagi ibu hamil dan menyusui. Berbuka puasa dengan minum minuman hangat, akan merangsang kelancaran ASI bagi ibu menyusui.
- Istirahat yang cukup
Puasa bagi ibu menyusui akan terasa berat, karena tubuh seringkali terasa lemas setelah memberikan ASI. Untuk itu beristirahatlah yang cukup untuk memulihkan kondisi fisik maupun psikis, agar produksi ASI tetap baik dan lancar.
- Tetap tenang dan percaya diri
Ibu hendaknya tetap tenang beribadah dan percaya diri terus menyusui, jangan merasa khawatir ASI-nya akan berkurang, sebab rasa cemas tersebut justru akan menghalangi kerja hormone oksitosin mengeluarkan ASI dari payudara. Jadi akan nampak seakan-akan ASI berkurang. Ingatlah bahwa menyusui pun juga bernilai ibadah.
- Bagi ibu yang bekerja
Jika seoran ibu bekerja sebaiknya tetap memerah ASI pada malam hari sebelum bekerja atau jika ibu tidak mampu bisa diberi tambahan susu formula. Bila ibu mempunyai aktifitas yang lumayan berat selama Ramadhan, mungkin butuh pertimbangan untuk tidak berpuasa bila si kecil tetap menyusu. Sebab, dalam agama Islampun ada keringanan untuk tidak berpuasa bagi ibu menyusui. (T/R13/P1)
Baca Juga: Muslimah: Kekuatan Lembut Penggerak Perubahan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta