Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tsabit Remaja Penghafal Quran Penggemar Murottal Para Syaikh

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 28 Mei 2017 - 03:29 WIB

Ahad, 28 Mei 2017 - 03:29 WIB

484 Views

tsabit-abi-umi-300x234.jpg" alt="" width="300" height="234" /> Tsabit bersama abi dan uminya (Dok Pribadi)

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Layaknya remaja pada umumnya, Tsabit (17 tahun) begitu disapa, gemar bersenandung lagu juga. Namun bukan sembarang lagi, tapi lagu murottal Al-Quran.

Beberapa irama lagu syaikh imam besar Masjidil Haram pun, dapat dilagukan oleh pemilik nama lengkap Tsabit Abdul Quddus Al-Fatih itu.

Menurut remaja kelahiran Lampung, 12 November 1999 ini, dirinya senang dengan murottal (bacaan lagu Al-Quran) karena terasa enak didengar, membuat ia semakin suka baca Al-Quran dan mudah diikuti.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

“Saya suka murottal para syaikh terutama Imam Masjidil Haram, seperti Syaikh As-Sudais dan Syaikh As-Syuraim,” ujarnya.

Syeikh DR Abdurrahman bin ‘Abdil ‘Aziz As-Sudais merupakan Imam Masjidil Haram, yang telah hafal Al-Quran sejak usia 12 tahun.

Menurut putera ke-4 pasangan Ali Farkhan Tsani (47 th) dan Nurjannah (46 th) tersebut, saat dirinya mulai menghafal Al-Quran sejak usia SD, kelas lima saat itu sudah hafal 5 juz. Namun ia belum punya irama murottal Al-Quran mau seperti apa. Datar saja, yang penting hafal.

Ia kala itu pernah tampil siaran di Radio Silaturahim (Rasil) dalam Dialog Tamu. Ia pun diminta membacakan hafalan beberapa surat Juz 30 dan juz 29.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Tsabit termotivasi untuk menghafal Al-Quran adalah karena dorongan kuat dari kedua orang tuanya.

“Keluarga, abi umi, itu dorongan terkuat saya menghafal Quran,” ujar penggemar bacaan kisah orang-orang shaleh itu.

Ia juga mengagumi kakaknya, Zahra (25 th) yang sudah lebih dulu hafal Al-Quran, dan kini mengajar Al-Quran di Malaysia. Kakaknya suka memberinya nasihat saat malas, galau atau lemah semangat.

Kakeknya, Muslich Achairin (75 th), di Desa Linggapura, Kabupaten Brebes, Jateng, tokoh Muhammadiyyah, orang yang juga ia banggakan. Kalau ia dan keluarga pulang mudik. Kakeknya selalu minta diperdengarkan lantunan hafalan ayat Al-Quran.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

“Bit, mbah pengin denger Al-Quran,” suatu ketika kakeknya memintanya.

Ia pun membalasnya, “Mbah mau denger surat apa?” balik bertanya. Pernah ia memenuhi permintaan Surat Al-Waqi’ah.

Ditanya bagaimana kendala yang dihadapi dalam menghafal Al-Quran? Ia menyebut, di antaranya rasa malas, ingin main terus dan nonton.

“Pernah abi marah besar gara-gara saya diajak temen nonton PS (Play Station),” ujarnya.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Tapi kemudian ia pun memahami bahwa itu untuk kebaikan dirinya. Ia pun kemudian mencoba memegang kata kunci dari buku yang ia baca, “Sabar dan Tawakkal,” sebutnya.

Tsabit, masa SD sekolah di MI Al-Fatah Cileungsi, Bogor. Kemudian melanjutkan ke Pesantren Ar-Rahman Mega Mendung, Bogor, milik Ustadz Bachtiar Nasir. Ia saat itu ikut kakaknya, Wildan (22 th) yang sedang belajar Bahasa Arab dan Tahfidz Quran.

Begitu kakaknya tamat dan melanjutkan studi di LIPIA Jakarta. Maka, ia pun kembali ke rumah, melanjutkan hafalan Al-Quran secara mandiri. Ia pun melaksanakan program sekolah di rumah (home schooling) secara mandiri, dan mengkuti ujian persamaan.

“Saya pernah hampir kabur dari pesantren Ar-Rahman, karena dimarahin kakak gara-gara malas menghafal Quran,” kenangnya.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Namun ternyata justru maksud kakaknya adalah agar dirinya rajin menghafal Quran.

Untuk memantapkan hafalannya, Tsabit yang suka lagu “Kun Anta” dan “Tum Hi Ho” itu pun mengikuti beberapa kali perlombaan Tahfidz Al-Quran. Seperti lomba kategori 5 juz di Masjid Darussalam Kota Wisata Cibubur. Pernah juga lomba kategori 20 juz.

Setahun lalu, ia juga mendapat amanah dari Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, binaan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) diutus mengajar Tahfidz Al-Quran di sekolah unggulan IMTIAZ Melaka Malaysia.

Namun, walaupun belum pernah juara pertama, ia justru banyak belajar dari teman-temannya yang juara. Di antaranya, dari situlah dia mulai mempelajari dan berlatih mengikuti murottal para syaikh imam masjid terkemuka.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Di sekolah milik Wakil Perdana Menteri Malaysia Datuk Ahmad Zahid Hamidi itu, ia menangani siswa-siswa SMP. Kini siswa-siswa didiknya banyak yang sudah diwisuda Hafidz Al-Quran.

Ia yakin pada hadits Nabi bahwa kelak para penghafal Al-Quran akan diberi hak untuk memakaikan baju kehormatan Tajul Waqar pada hari akhirat kelak untuk kedua orang tuanya. Dan ia ingin anak-anak Muslim sebayanya bisa seperti itu.

Menirukan Murottal Syaikh

Awalnya, ia menyukai irama Syaikh Mishary Rasyid, imam Masjid Kuwait dan Syaikh Toha Al-Junayd asal Bahrain.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

“Kalau ngaji murottal jadi enak, tidak bosen, bisa berlama-lama menghafal Quran,” ujar pembimbing Tahfidz Al-Quran anak-anak usia SD di Masjid Jami’ Hubbit Tawa Tanjung Priok itu.

Lama-lama ia pun menyukai murottal para syaikh dan pembaca Quran lainnya. Ia pun kemudian bisa menirukan irama-irama mereka, seperti Syaikh Mishary, Syaikh As-Sudais, Syaikh As-Suraim, Syaikh Toha Al-Junayd, dan sebagainya.

Ada sekitar 15 irama murottal para syaikh yang ia kuasai. Termasuk murottal asal Indonesia, Muzzammil Hasballah, Abu Usamah, dan Muammar ZA. Sebagian bisa dilihat di link YouTube https://www.youtube.com/watch?v=dkUZ-p3LqvI&feature=youtu.be

tsabit-youtb-300x221.jpg" alt="" width="300" height="221" />Ia secara manusiawi, awalnya senang juga ndengerin lagu dangdut atau pop atau India. Tapi kegemarannya kemudian ia salurkan dengan menyukai murottal Al-Quran.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Cita-citanya yang utama, ia ingin terus murojaah 30 juz Al-Quran sampai benar-benar baik (mutqin), dan ingin mengambil sanad dari Imam Masjidil Haram atau Imam Masjid Nabawi atau Imam Masjid Al-Aqsha.

Tahun ini, Tsabit ingin membantu ayahnya membangun Pesantren Tahfidz Al-Quran dan Al-Hadits dalam naungan Yayasan Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI Foundation). Lokasinya di Desa Candali, Kec. Rancabungur, dekat Jalan Raya Parung, Kab Bogor, Jabar.

Ia nantinya diminta membimbing Tahfidz Al-Quran anak-anak usia menengah dan melatih Murottal Al-Quran. Ia pun kini sambil mengikuti kursus Bahasa Arab oleh mahasiswa LIPIA.

Gemar Menulis

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Bakat ayahnya, Ali Farkhan Tsani, Wartawan / Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA  (Mi’raj Islamic News Agency), rupanya menurun pada dirinya, yaitu gemar membaca dan menulis. Maka, penggemar sepeda dan renang itu pun suka membaca dan menulis berbagai status tausiyah dan motivasi di laman Facebooknya: Tsabit Abdulqudus Al-Fatih.

Beberapa kalimat-kalimatnya, yang oleh ayahnya sedang dikumpulkan untuk dibukukan, memberikan pesan terutama untuk sesama remaja. Seperti, “Segeralah bangun dengan keputusan, maka Anda akan tidur dalam kepuasan”.

Ada juga, “Orang yang kuat hatinya, bukan mereka yang tidak pernah menangis. Melainkan orang yang tetap tegar ketika banyak orang menyakitinya”. Ini untuk para gallower, katanya, yang juga sudah mulai ahli dalam bekam (hijamah) itu.

Ia pun bak Motivator, ketika memberikan motivasi belajar dan cinta Quran di hadapan anak-anak SMP Ginus Spiritualpreneur School Bekasi, Jabar, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

Penggemar Zakir Naik dan Habib Rizieq itu pun tercatat sebagai ustadz muda pemberi tausiyah di Masjid Jami’ Hubbit Taqwa Tanjung Priok.

“Rasulullah Shallallahualaihiwasallam tidak pernah sama sekali melayangkan pukulan dengan tangan beliau, baik itu kepada isteri beliau atau kepada pembantunya, kecuali dalam jihad fi sabilillah. Dan tidaklah beliau disakiti lalu membalas pelakunya sama sekali, kecuali jika dilanggar sedikit saja larangan Allah, maka beliau pun akan membalas pelakunya karena Allah ‘Azza wajalla”, ujarnya mengutip hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, idola utamanya.

Mengenai hidup ini, di status FB-nya, ia pun mengunggah, “Hidup adalah Kesusahan yang harus diatasi. Rahasia yang harus digali. Tragedi yang harus dialami. Kegembiraan yang harus dibagikan. Cinta yang harus dinikmati, dan Tugas yang harus dilaksanakan.”

Mengenai cita-citanya atau impiannya yang belum tercapai, seperti ingin berjumpa dengan Imam As-Sudais, ia memberi motivasi bagi dirinya, dalam status, “Jangan menyerah atas impianmu. Impian memberimu tujuan hidup. Ingatlah, sukses bukan kunci kebahagiaan. Kebahagiaanlah kunci sukses. Semangat!”

Subhaanallaah. Semoga Allah kuatkan tekadnya untuk tetap menjadi Hafidz Al-Quran dan Allah jaga dari segala godaan syaitan. Juga untuk anak-anak Muslim di mana pun berada. Aamiin. (RS2/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Tausiyah
Indonesia
Breaking News
Indonesia