Bali, MINA – Uni Emirat Arab (UEA) bekerja sama dengan Republik Indonesia tengah membangun Pusat Internasional untuk Penelitian Mangrove Mohamed bin Zayed – Joko Widodo di pulau Bali.
Pembangunan pusat penelitian yang bertujuan memperkuat upaya global dalam mengembangkan mangrove, salah satu solusi terpenting dalam menghadapi perubahan iklim dan melindungi ekosistem lingkungan di kawasan pesisir, ini ditandai dengan peletakan batu pertama gedung tersebut pada 19 Mei 2024.
Menteri Energi dan Infrastruktur UEA, Suhail Mohamed Al Mazrouei, menegaskan, proyek Pusat Penelitian Internasional Mangrove tersebut sebuah langkah penting untuk menguatkan kerja sama internasional di bidang penelitian lingkungan.
Menurutnya, proyek ini mencerminkan komitmen UEA untuk melindungi lingkungan, khususnya ekosistem sensitif seperti mangrove.
Baca Juga: Tragedi Longsor Purworejo: Empat Korban Satu Keluarga Ditemukan Meninggal
“Proyek ini dilakukan dalam kerangka upaya UEA dalam menghadapi perubahan iklim, dan akan berkontribusi dalam mengembangkan strategi yang diperlukan untuk melestarikan lingkungan,” kata Suhail.
Dia menjelaskan, lembaga ini juga akan menjadi platform bagi para ilmuwan dan peneliti untuk bekerja sama serta bertukar pengalaman dan pengetahuan, yang akan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tantangan lingkungan saat ini dan di masa depan.
“Pusat Internasional untuk Penelitian Mangrove Mohamed bin Zayed-Joko Widodo ini merupakan salah satu kontribusi terpenting UEA dalam memperkuat kelestarian iklim dan lingkungan di dunia serta melindungi planet ini dari dampak perubahan iklim,” ujar Suhail.
Lembaga ini juga menggambarkan kuatnya hubungan strategis antara UEA dan Indonesia dalam berbagai bidang yang penting, terutama dalam memajukan sistem pembangunan berkelanjutan dan menyatukan upaya untuk menciptakan masa depan berkelanjutan bagi kedua negara.
Baca Juga: Ponpes Al-Fatah Harap Kerja Sama dengan Muspika Cileungsi Berlanjut
Dalam hal ini, Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup UEA, Dr. Amna bint Abdullah Al Dahhak menegaskan, UEA sangat ingin berkontribusi dan berperan aktif dalam menemukan solusi praktis untuk melindungi lingkungan dan mendukung upaya keberlanjutan bagi seluruh warga dunia.
“Lembaga ini mewakili salah satu kontribusi terpenting UEA dalam kerjasamanya dengan Indonesia untuk mempromosikan solusi berbasis alam dalam rangka mengatasi dampak perubahan iklim di kedua negara dan dunia, karena hutan mangrove merupakan penyimpanan karbon alami yang mendukung berbagai solusi teknologi untuk mengurangi emisi karbon,” katanya.
Lebih lanjut, Amna menambahkan, lembaga ini mendukung upaya penyebaran lebih banyak lagi pohon mangrove secara global, terutama di UEA, yang berencana untuk menanam 100 juta pohon bakau pada 2030, selain juga Indonesia yang memiliki hutan bakau terbesar dan paling beragam di dunia.
Menteri Amna menyatakan, Pusat Penelitian Internasional Mangrove Mohamed bin Zayed-Joko Widodo merupakan tambahan penting bagi upaya global dalam rangka meningkatkan penyebaran hutan mangrove, terutama Mangrove Alliance for Climate yang diluncurkan oleh UEA bekerja sama dengan Republik Indonesia dan 41 negara di seluruh dunia.
Baca Juga: Kapolsek Cileungsi Apresiasi Pertanian Modern di Pondok Pesantren Al-Fatah
Selain juga Mangrove Development Initiative yang merupakan upaya kolaboratif antara Global Mangrove Alliance dan para pemimpin urusan iklim di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pusat Penelitian Internasional Mangrove Mohamed bin Zayed-Joko Widodo akan dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektar, dengan berbagai infrastruktur pendukung, antara lain jalan, listrik, dan air.
Ekosistem Mangrove
Lembaga ini akan berada di Taman Hutan Raya Ngurah Rai di provinsi Bali, sebuah taman yang terbentang di lahan seluas 1.158,44 hektar yang merupakan ekosistem mangrove dan terletak di sekitar Teluk Benoa.
Baca Juga: Ulama Palestina Ungkap Tiga Alasan Warga Gaza Bertahan Meski Terus Dibombardir
Lembaga ini bertujuan melakukan penelitian lebih lanjut dalam upaya mengembangkan pohon mangrove, meningkatkan perannya sebagai penyimpan karbon alami.
Selain itu, guna menghadapi perubahan iklim, dan meningkatkan lingkungan alami di kawasan pesisir, serta mengembangkan keanekaragaman hayati.
Selain itu, lembaga ini juga akan berupaya meningkatkan pertukaran pengetahuan di bidang pengembangan pohon mangrove dengan berbagai negara untuk mengkompensasi hilangnya jenis pohon yang penting ini bagi ekosistem lingkungan.
Hutan mangrove adalah salah satu ekosistem yang paling produktif dan penting bagi lingkungan di muka bumi.
Baca Juga: Sempat Terganggu, Perjalanan KRL Lintas Bekasi Kembali Normal
Mangrove mampu menyimpan karbon hingga 400 persen lebih cepat dibandingkan hutan hujan tropis. Hutan ini menyerap emisi dan melindungi lingkungan pesisir, dimana 80% populasi ikan global bergantung pada ekosistem mangrove yang sehat.
Pendirian pusat penelitian mangrove ini diumumkan untuk pertama kalinya pada Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP28), yang diselenggarakan di UEA tahun lalu.
Acara peletakan batu pertama Pusat Penelitian Internasional Mangrove juga dihadiri Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia; Abdulla Balalaa, Asisten Menteri Luar Negeri Bidang Energi dan Keberlanjutan UEA; dan Abdulla Salem AlDhaheri, Duta Besar UEA untuk Republik Indonesia, Republik Timor Leste, dan ASEAN, serta sejumlah pejabat tinggi dari kedua negara.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jabodetabek Hari Ini: Hujan Ringan hingga Sedang