Ulama Pewaris Para Nabi

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Da’i Pesantren Al-Fatah Cileungsi Bogor, Redaktur Senior MINA

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

Artinya: “ adalah pewaris para nabi.” (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda Radhiallahu ‘Anhu).

Para ulama kini semakin langka, generasi muda yang ingin menjadi ulama pun semakin sedikit, anak-anak yang bercita-cita untuk menjadi ulama pun semakin jarang.

Cobalah kita tanyakan kepada anak-anak untuk menyebutkan nama-nama tokoh ulama dan tanya pula nama-nama artis dunia. Mungkin mereka banyak hafal nama-nama selebritis itu.

Tidak serta-merta kita salahkan generasi masa depan itu. Akan tetapi akan lebih pada koreksi diri, sejauh mana kita mengenalkan para tokoh pejuang Islam itu kepada mereka?

Sudahkah kita menceritakan kisah penelusuran hadits dari seorang Imam Bukhari, mengembara dari dataran Eropa menuju kota Nabi, Madinah? Sudah pulakah kita kisahkan bagaimana pembelajar otodidak Syaikh Al-Albani? Atau lebih dekat lagi kita belikan buku sejarah perjuangan para ulama dalam kemerdekaan RI dan para pembangun negeri dari kalangan Walisongo?

Padahal melalui perantaraan mereka para ulamalah, merupakan pewaris perbendaharaan ilmu agama, . Sehingga dengan demikian, ilmu syariat terus terpelihara kemurniannya sebagaimana awalnya. Oleh karena itu, kematian salah seorang dari mereka mengakibatkan terbukanya fitnah besar bagi Muslimin.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengisyaratkan daalam hadits dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Pada hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Abdullah bin ‘Amr juga disebutkan hadits yang maknanya, “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya para ulama dan diangkatnya orang-orang jahat.”

Begitulah, maka keberadaan ulama, mereka yang paham, mengerti, mengamalkan ilmu-ilmu syaruat Islam merupakan sumber rahmat dan barakah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menyebutnya dengan:

مَفاَتِيْحُ لِلِخَيْرِ وَمَغاَلِيْقُ لِلشَّرِّ

Artinya: “Sebagai kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk kejahatan.”

Dan memang para ulama merupakan orang-orang pilihan Allah, yang Allah menitipkan pewarisan ajaran Islam ini melalui lisan mereka, jiwa mereka dan amaliah mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ثُمَّ أَوْرَثْناَ الْكِتاَبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْناَ مِنْ عِباَدِناَ

Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (QS Fathir: 32)

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya menguraikan lebih lanjut bahwa melalui ayat ini Allah hendak memberikan penjelasan, Allah menjadikan orang-orang yang menegakkan dan mengamalkan Al-Quran yang agung sebagai pembenar terhadap kitab-kitab terdahulu yaitu dari orang-orang pilihan di antara hamba-hamba-Nya, yakni para ulama.

Imam Asy-Syaukani mengatakan bahwa maksud “Kami (Allah) telah mewariskan kepada orang-orang yang telah Kami (Allah) pilih dari hamba-hamba Kami yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an)”, adalah dengan cara mewariskan Al-Quran ini kepada para ulama dari umat Muhammad. Dan tidak ada keraguan bahwa ulama umat ini adalah para shahabat dan orang-orang setelah mereka. Sungguh Allah telah memuliakan mereka atas seluruh manusia dan menjadikan mereka sebagai umat di tengah-tengah agar mereka menjadi saksi atas sekalian manusia, mereka mendapat kemuliaan demikian karena mereka umat Nabi yang terbaik dan penghulu anak keturunan Adam.”

Begitulah, hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menegaskan:

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Artinya: “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (H.R. At-Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Begitulah, maka tak berlebihan jika Abu Muslim Al-Khaulani menyimpulkan, “Ulama di muka bumi ini bagaikan bintang-bintang di langit. Apabila muncul, manusia akan diterangi jalannya dan bila gelap manusia akan mengalami kebingungan.”

Merekalah para ulama yang takut kepada Allah, seperti firman-Nya:

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمآءُ

Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Q.S. Fathir [35]: 28).

Marilah kita ikuti dan thaati arahan ulama selama haq, bersandar pada Al-Quran dan As-Sunnah, jika keliru kita nasihati, jika benar kita bela. Penghormatan dan pemuliaan Allah kepada kita, adalah bagaimana penghormatan dan pemuliaan kita pada ulama.

Kecuali tentu orang-orang pendosa yang ingkar kepada Allah, yang bermusuhan dengan ulama, seperti juga orang-orang jahiliyah yang memusuhi Nabi. Dan mereka dihinakan Allah di dunia apalagi di akhirat. Na’udzubillaah. (RS-2/RS1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)