Urgensi Kaum Muslimin Hidup Berjama’ah

Oleh Mustofa Kamal, Pendakwah Medsos, Alumni Tarbiyah Wustho Lampung

 

Islam merupakan Agama fitrah, dan manusia seharusnya berada pada fitrah tersebut. Arti kata fitrah yaitu agama yang mengajarkan kesucian baik suci jiwa maupun raga. Sebagaimana dikatakan bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah yakni suci dan bersih.

Sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala, bahwa agama Islam itu adalah agama fitrah :

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًۭا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar-Rum [30]: 30).

Setelah manusia memeluk agama Islam, maka kondisi kefitrahan itu hendaklah tetap dijaga. karena Allah Subhanahu wata’ala pada dasarnya tidak mengubah fitrah itu.

Maka bisa dikatakan, Islam adalah agama yang terjaga orisinalitasnya, karena tidak ada perubahan dalam aturan-aturan Islam, telah baku dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.

Tidak seorang Nabi dan Rasulpun yang di utus oleh Allah kecuali untuk mendakwahkan Islam untuk dirinya, keluarganya juga umatnya. Begitupun Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai penyempurna akhlak yakni menata perangai, tingkah laku, atau tabiat manusia pada aturan Islam.

Aturan Islam adalah Al-Qur’an, maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam juga berakhlak Al-Qur’an sebagaimana dikatakan oleh Aisyah Radiallahu ‘Anha, yang artinya, “Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an”.  (HR Muslim).

Begitu juga Allah Subhana Wa Ta’ala menggarisbawahi bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai-Nya. sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَـٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ

Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS Ali-Imran [3] : 19).

Pada ayat lain disebutkan :

…. ۗ ٱلْيَوْمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَٱخْشَوْنِ ۚ ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينًۭا ۚ …..

Artinya: ”…. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…”. (QS Al-Ma’idah [5] : 3).

Sebagai Agama fitrah dan tidak ada perubahan di dalamnya, juga agama yang diridhai Allah, maka sangat penting sekali Muslim kembali kepada kefitrahan Islam itu.

Fitrah Berjama’ah

Salah satu fitrah Islam itu adalah di amalkanya Islam dengan wujud berjama’ah.

Secara bahasa, Jama’ah berasal dari bahasa arab yang memiliki arti, berkumpul. Misalnya jamaah pasar berarti perkumpulan orang yang ada di pasar dll.

Jamaah menurut istilah dapat diartikan sebagai pelaksanaan ibadah secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang imam. Misalnya jamaah shalat, jamaah haji dll.

Namun jama’ah muslimin secara lebih khusus adalah kebersamaan, atau bersatu-padunya yang di pimpin oleh seorang Imaam.

Sebagaiman yang dicontohkan oleh para Nabi termasuk Nabi terakhir yakni Muhamad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, dan juga dicontohkan oleh Khalifah atau imaam yang empat yakni Abu Bakar Ash-Shdidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Maka ketika mensifati jama’ah yang khusus itu ketika terjadi perpecahan umat adalah sebagai yang di sabdakan oleh Rasulullah :

تفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة، كلهم في النار إلا ملة واحدة». قالوا: ومن هي يا رسول الله؟ قال: «ما أنا عليه وأصحابي

Artinya:“Akan berpecah umatku ini menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu”. Mereka (para shahabat) bertanya : “Siapakah ia wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab : “Apa-apa yang aku dan para shahabatku berada di atasnya”. (HR At-Tirmidzi).

Maka perintah Allah agar muslim hidup berjama’ah atau bersatu padu adalah bukti kongkrit bahwa sangat penting bagi muslim hidup berjama’ah. Allah berfirman :

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًۭا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءًۭ فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًۭا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍۢ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya dengan berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali-Imran [3] : 103).

Ayat tersebut adalah perintah Allah kepada orang-orang yang beriman agar melaksanakan hidup dengan berjama’ah, bersatu padu dengan di pimpin oleh seorang Imaam.

Sedang larangan kebalikannya adalah hidup Tafaruq atau berpecah belah dan tidak mempunyai Imaam.

Hadits Nabi telah menerangkan :

….تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ …

Artinya: “Maka tetapilah olehmu jama’ah muslimin dan Imaam mereka.“ (HR Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah dari khudaifah bin Yaman).

Dan lima perintah Rasul dan juga itu merupakan perintah Allah salah satunya adalah perintah hidup berjama’ah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

أَنَا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِوَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ….

Artinya:“Aku perintahkan kepada kamu sekalian (muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; ber-Jama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fie sabilillah.” (HR.Ahmad dan At- Tirmidzi).

Dalam ilmu Ushul di jelaskan yakni Usul Fiqh,” Apabila Allah memerintahkan sesuatu berarti melarang kebalikannya dan apabila melarang sesuatu berarti memerintahkan kebalikannya.”

Dan dalam Qoaidul Fiqh dijelaskan: Allah Subhanahu wa Ta’ala Dan Rasul-Nya, tidaklah memerintahkan sesuatu kecuali yang murni mendatangkan maslahat atau maslahatnya dominan. Dan tidaklah melarang sesuatu kecuali perkara yang benar-benar rusak atau kerusakannya dominan.

Manfaat Hidup Berjama’ah

Dengan hidup berjama’ah akan mendapatkan Rahmat. Sehingga dengan rahmatnya jama’ah bisa memberikan manfa’at bagi lingkungan, kepada sesama manusi atau yang lainya.

Dengan hidup berjama’ah ada sentralisasi kepemimpinan.

Dengan hidup berjama’ah lebih mudah terlaksananya saling memberikan nasehat.

Dengan hidup berjama’ah lebih terjaganya ukhwah islamiyah.

Dengan hidup berjama’ah semakin memiliki kekuatan sehingga terhindar dari fitnah yang besar.

Dengan hidup berjama’ah bisa maksimal terlaksanakanya ibadah mendengar, ta’at, hijrah dan berjihad di jalan Allah.

Akibat Perpecahan

Dengan hidup berpecah belah akan mendapatkan azab. Azab Allah apa bentuknya itu adalah rahasia Allah.

Hilang kekuatan sehingga tidak lagi disegani oleh musuh.

Hilangnya ukhwah Islamiyah.

Sulit terciptanya saling menasehati sesama sehingga yang timbul adalah rasa masa bodoh atau ashabiyah golongan.

Tidak maksimal terlaksananyanya ibadah mendengar, ta’at, hijrah dan jihad di jalan Allah.

Demikian pula, dengan hidup berjama’ah (bersama-sama) maka akan tercapai maslahat yang besar. Walau bukan secara khusus, yaitu berjamaahnya manusia di bumi ini dalam memerangi virus Corona (Covid-19), maka keniscayaan keberhasilan akan diraih bila serempak ada kesatuan tujuan. Namun bila sendiri-sendiri, tidak ada kekompakan, akan mendapatkan kebalikannya.

Begitupun Muslimin bila bersatu-padu bersama-sama, hidup berjama’ah sebagai pelaksana’an syari’at, maka kaum Muslimin akan mendapat kemenangan dan kejayaan serta di akhirat mendapatkan keridhaan-Nya.

Semoga kita semua selalu mendapat hidayah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Islam selalu jaya dengan berjama’ah. Aamiin. (A/mus/RS2).

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.