
Muhajirun, Lampung Selatan, MINA – Islam itu agama yang mempunyai toleransi yang tinggi.
Demikian dikatakan Da’i senior Jama’ah Muslimin (Hizbullah), KH. Abul Hidayat Saerodjie (AHI) dalam acara Diskusi Interaktif yang diadakan Syubban Jamaah Muslimin (Hizbullah) di Aula At-Taqwa, Komplek Ponpes Al-Fatah, Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan, Ahad (13/1).
“Toleransi umat Islam sebagai mayoritas itu tinggi, mau menerima permintaan minoritas hingga muncullah Pancasila,” ujarnya pada diskusi bertema “Tahun Politik, Di Mana Posisi Kita?”
Baca Juga: Forjukafi Luncurkan QRIS Wakaf Tunai Diinisiasi Kalangan Jurnalis
Menurutnya, hal ini tidak akan terjadi jika saat itu umat Islam sebagai minoritas. “Tentunya kita sudah tertindas,” tegasnya.
Selain itu juga menurutnya saat itu umat Islam punya kesempatan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara agama, tapi hal itu tidak dilakukan karena toleransi yang dimiliki Islam.
Namun sangat disayangkan, lanjutnya, kini seolah olah umat Islam yang mayoritas dianggap tidak Pancasilais, tidak bhinneka, dan sebagainya hanya karena perbedaan pendapat.
“Sekarang kita malah yang dituduh tidak pancasilais,” ujarnya.
Baca Juga: BKSAP DPR RI Gandeng MUI Gelar Konferensi Asia Pasifik untuk Palestina
AHI mengambil contoh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam saat menjadi pemimpin sekaligus berdakwah, dengan cara merebut hati penduduk dan bukan memanfaatkan kedudukannya.
“Jika saja baginda rasul seorang politikus, maka mudah baginya memaksa penduduk untuk memeluk Islam. Tapi rasul memilih cara mendatangi dari rumah ke rumah semata mata mengincar dari hati, bukan kursi (kedudukan),” ujarnya.
Sebab, jika Islam sudah mengakar di hati maka akan ikhlas menjalani syariat-syariatnya. Sebagai contoh Bilal bin Rabbah yang begitu dalam mencintai Islam meskipun ia hanya bisa berkata ahad ahad.(L/cha/B01/P1)
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: CEO Rumah Zakat Ajak Mahasiswa Bangkitkan Semangat Kemanusiaan Melalui Zakat Produktif
















Mina Indonesia
Mina Arabic