Oleh: Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional
Tanggal 14 Mei yang akan datang merupakan hari yang penting bagi Zionisme Israel yaitu peringatan kemerdekaan Israel beriringan dengan terjadinya pengusiran besar-besaran terhadap warga Arab Palestina pada tanggal 15 Mei 1948.
Diperkirakan ada 700 ribuan warga Palestina yang mengalami penderitaan yang sangat luar biasa, diusir, dibunuh, dan bahkan tidak sedikit perempuan yang diperkosa oleh kelompok Zionis ini.
Hingga hari ini jutaan keturunan warga Palestina yang terusir berada di Yordania, Lebanon, Suriah, Tepi Barat dan Jalur Gaza ingin kembali ke Palestina dan berjuang untuk kemerdekaan Palestina. Dan hingga hari ini juga, otoritas Israel dan didukung oleh kelompok Yahudi ekstrim secara terus menerus menggunakan taktik dan pendekatan-pendekatan yang sangat biadab dan bengis berupaya merebut secara keseluruhan wilayah Palestina.
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel
Pada tanggal 14 Mei beberapa hari yang akan datang kelompok Zionis dan didukung oleh otoritas Israel akan memperingati kemerdekaan dengan berbagai cara. Bendera dengan lambang Stars of David akan dipasang dan dikibarkan-kibarkan di mana-mana termasuk di tempat-tempat suci seperti Masjidil Aqsa.
Penyerangan terhadap Masjidil Aqsa beberapa pekan yang lalu pada bulan Ramadhan dan penutupan pintu masjid diiringi dengan berbagai tindakan kekerasan tentara Israel terhadap Jamaah adalah cara yang dilakukan untuk mengkondisikan agar peringatan kemerdekaan berjalan dengan aman dan terkendali.
Bagi warga Palestina, “kemerdekaan” Israel 14 Mei sangat melukai dan karena itu hari pengusiran yang menimpa mereka pada tanggal 15 Mei adalah hari bencana atau Yaum an-Nakbah dan selalu diperingati oleh warga Palestina dengan memperkuat perlawanan terhadap Israel.
Tanggal 14 dan 15 Mei yang akan datang akan menjadi hari-hari yang akan menimbulkan ekskalasi pertentangan.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Sehubungan dengan itu, MUI sebagai organisasi Islam besar tempat berkumpulnya organisasi-organisasi Islam utama di Indonesia, menyampaikan catatan sebagai berikut:
1. Penetapan kemerdekaan bagi Israel adalah merupakan kekeliruan yang sangat fatal yang mendapatkan legitimasi dari negara-negara Barat seperti Inggris dan Amerika. Penetapan adanya negara Israel menjadi bukti nyata bahwa sebuah negara jahat telah didirikan dan dilindungi hingga hari ini.
Negara-negara inilah yang menanggung dan memikul dosa besar yaitu dosa politik, dosa kemanusiaan, dosa hukum. Masyarakat internasional sangat mengerti bahwa tindakan jahat Israel yang dilindungi ini justru menjadi salah satu pemicu ketidakamanan global.
Negara-negara pelindung Israel terutama Amerika suatu saat akan menanggung penderitaannya sendiri atas kesalahan fatal dosa-dosa besarnya.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
2. Titik jenuh, kemuakan dan kemarahan serta kekecewaan global sudah mulai terasa memuncak atas apa yang dilakukan oleh Zionisme Israel dan negara pelindungnya. Berbagai bentuk reaksi dan perlawanan terasa semakin menguat yang dilakukan oleh kekuatan sipil (civil society) lintas agama, bangsa, dan peradaban.
Masyarakat internasional dan kekuatan-kekuatan civil society ini semakin menyadari bahwa Israel-Palestina bukanlah peristiwa politik lokal, akan tetapi peristiwa kejahatan yang sistematis yaitu kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan terhadap agama, kejahatan terhadap peradaban, kejahatan terhadap hukum internasional yang dilakukan oleh negara dan dilindungi oleh negara lain.
Kekuatan civil society global akan terus melawan beriringan dengan upaya-upaya diplomatik yang dilakukan oleh banyak negara termasuk Indonesia.
3. Peringatan Yaum an-Nakbah adalah tuntutan keadilan, tuntutan penghapusan apartheid, tuntutan perlawanan terhadap berbagai kejahatan yang dilakukan oleh warga dan bangsa Palestina yang harus mendapat dukungan luas termasuk oleh bangsa dan pemerintah Indonesia.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
Peringatan Yaum an-Nakbah adalah suara tegakkan dan wujudkan kemerdekaan dan kedaulatan rakyat dan bangsa Palestina. Pemerintah dan bangsa Indonesia masih punya hutang untuk kemerdekaan bangsa Palestina yang sejak konferensi Asia Afrika dideklarasikan tahun 1955. Karena itu spirit peringatan Yaum an-Nakbah perlu terus diberikan amunisi untuk kemerdekaan Palestina.
4. MUI senantiasa mengapresiasi dan memberikan dukungan kepada Menteri Luar Negeri RI yang selama ini telah menunjukkan keseriusan dan kegigihannya dalam membela Palestina dan menutup tidak melakukan hubungan diplomatik dengan Israel. Tantangan ke depan terasa semakin berat antara lain di Indonesia sendiri nampak terasa kelompok-kelompok pro Zionisme Israel terus bergerak memperlemah pembelaan terhadap Palestina. MUI bersama ormas-ormas Islam dan kekuatan civil society lainnya bisa memainkan peran khas memberikan jalan menghadapi kelompok pro Zionisme ini.
5. Kepada seluruh umat Islam, sesuai dengan Tausiyah Lebaran MUI baru-baru ini, diserukan agar memanjatkan doa Qunut Nazilah saat melaksanakan Sholat dalam waktu yang panjang. Qunut ini adalah Sunnah Rasul Muhammad yang dilakukan saat keadaan ummat sangat genting seperti ketakutan (al-Khouf), paceklik (Qahth), wabah (Waba’), hama (Jaraad), teraniyaya (Madhlum). Dengan doa Qunut ini diharapkan agar ummat Islam bersatu padu, tidak bertikai, sehingga mampu mengatasi musuh kemanusiaan, musuh agama dan musuh peradaban. Seluruh pengurus masjid dan mushola, pimpinan semua ormas Islam, majelis Taklim, lembaga-lembaga pendidikan Islam diharapkan ikut menyampaikan seruan ini mendorong agar membaca doa Qunut Nazilah. (AK/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara