Lembga Kemanusiaan IHH (İnsan Hak ve Hürriyetleri ve İnsani Yardım Vakfı) Turki, namanya sudah dikenal di berbagai belahan dunia, terutama sejak terjadinya tragedi berdarah serangan Israel ke atas kapal Mavi Marmara tahu 2010, yang menewaskan 9 aktivis asal Turki dan melukai ratusan lainnya.
IHH sebagai inisiator menembus blokade Gaza melalui laut waktu itu, menjadi sorotan internasional.
Di balik itu semua, ternyata banyak sekali peran yang telah diberikan bukan hanya oleh IHH Turki, namun juga oleh rakyat Turki secara keseluruhan terhadap rakyat Palestina melalui lembaga tersebut.
Di Jalur Gaza sendiri, sejak 2009 silam, IHH sudah mendirikan cabangnya. Sedangkan bantuan yang telah diberikan umat Muslim Turki kapada warga Gaza sudah mencapai sekitar 1 triliun rupiah.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Untuk mengenal lebih dekat, apa dan bagaimana peran Muslimin dari Turki melalui lembaga kemanusiaan IHH dalam berkhidmat terhadap warga Jalur Gaza dan palestina, wartawan Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency) berkesempatan mengunjungi kantor pusat IHH Cabang Gaza yang berada di Kota Gaza.
Berikut hasil wawancara Wartawan MINA dengan Muhammad Kaya, Ketua IHH Cabang Gaza, yang akrab dipanggil Abu Matin.
MINA: Assalamu’alaikum, boleh Anda perkenalkan diri Anda?
Abu Matin: Wa’alaikum salam. Nama Saya Muhammad Kaya, biasa dipanggil Abu Matin, dari Turki, Ketua IHH Cabang Jalur Gaza. Saya berada di Jalur Gaza sejak enam tahun yang lalu.
MINA : Bagaimana ceritanya proses didirikannya IHH Cabang Gaza?
Abu Matin: Pada 2008-2009 saat terjadi Perang Furqan (perang yang berkobar di Gaza melawan Zionis Israel). Pada saat terjadi peperangan, kami datang melalui perbatasan Rafah Mesir bersama rombongan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lain dari Turki dengan berbagai macam bantuan, dan kami bisa masuk ke Jalur Gaza pada empat hari terakhir peperangan. Setelah selesainya peperangan, kami memulai mendirikan kantor cabang resmi IHH di Jalur Gaza.
Saat itu kami bersama ketua IHH Turki berpikir, terdapat banyak sekali permasalahan di Jalur Gaza. Untuk itu, kami memutuskan membuka kantor cabang di Gaza, guna menyalurkan bantuan dan pelayanan ke Gaza.
Pada tahun-tahun awal, kami membuka kantor kecil di Kota Gaza, kemudian oleh pemerintah Gaza kami diberikan sebuah lahan yang sekarang ini kami jadikan sebagai markaz IHH Gaza.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Pada Markaz ini terdapat ruangan untuk administrasi, serta pelayanan anak-anak yatim yang secara khusus kami tempatkan di kantor ini.
MINA: Program-program apa saja yang teleh dilakukan oleh IHH Cabang Gaza sejak awal didirikan?
Abu Matin: Kami adalah LSM Muslim dari Turki, yang kebanyakan bantuanya datang dari rakyat Turki, dari lembaga-lembaga dan perusahaan-perusahaan yang secara khusus memberikan bantuanya kepada Palestina di Jalur Gaza.
Sejak awal berdirinya cabang Gaza, kami memulai dengan pelayanan terhadap anak-anak yatim, pada saat itu kami memulai dengan memberikan pelayanan kepada 2.500 anak yatim dan hingga kini telah mencapai 14.500 anak yatim.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Juga selain itu, kami memberikan bantuan lainnya tergantung dari kebutuhan atau musim yang sedang berlangsung, seperti pada saat Ramadhan, Idul Adha (qurban), atau pada saat musim sekolah atau tahun ajaran baru.
Selain itu, saat berakhirnya Perang Furqan 2009, kami memberikan bantuan rekonstruksi kepada pada warga Gaza yang rumahnya hancur. Saat itu kami merupakan lembaga kemanusiaan pertama yang melakukan rekonstruksi terhadap rumah rumah yang hancur.
Saat itu, kami memulai dengan membangun sebuah bangunan tiga lantai yang memiliki 6 apartemen. Setelah itu kami membuat banyak program di seluruh Jalur Gaza, mulai dari Rafah hingga Bayt Hanoun, sesuai dengan kadar kemampuan kami.
Selain itu, kami juga memiliki program di bidang kesehatan, yaitu kami mendirikan Pusat Kesehatan (Clinical Center) di Rafah, Rumah Sakit Ibu dan Anak, juga bantuan alat-alat kesehatan di Rumah Sakit Bayt Hanoun bekerjasama dengan Walikota Bayt Hanoun dalam jangka waktu dua tahun. Setelah itu, kami serahterimakan kepada Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza.
Masih di bidang kesehatan, kami juga memberikan bantuan berupa obat-obatan, khususnya pada saat terjadinya peperangan, bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan setempat.
Kami juga membuat sebuah program yang sangat penting, yaitu dengan mendirikan Pusat Kebudayaan Utsmaniyah. Kami ingin mambantu rakyat Gaza bukan hanya berupa bantuan langsung seperti makanan dan minuman, namun kami juga ingin memberikan ilmu pengetahuan kepada warga Palestina.
Saat itu kami mendirikan lima pusat kebudayaan di seluruh Jalur Gaza, yaitu di Jabaliya, Gaza, Rafah, dan Khan Younis dan Nasr. Namun setelah satu tahun kami mengadakan evaluasi, dua pusat kebudayaan itu kami tutup, dan hingga kini terdapat tiga tempat yang tetap berjalan sejak enam tahun lalu.
Pada Pusat Kebudayaan di Jalur Gaza ini, kami memiliki program seperti, Kursus Bahasa Inggris untuk kelas laki-laki dan wanita, komputer, menjahit, dan tahfidz Al Quran.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Kami sebagai orang Turki merasakan bahwa kebudayaan kami tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palestina, jadi bukan untuk memaksakan kebudayaan Turki di Palestina, karena pada dasarnya sebagai sesama muslim kebudayaan kita adalah satu.
MINA : Berapa banyak dana bantuan yang telah disalurkan oleh IHH Cabang Gaza, sejak awal berdiri hingga sekarang?
Abu Matin: Rata-rata pada setiap tahun setidaknya kami menyalurkan bantuan sebesar 8 juta dolar AS (sekitar 104 miliar rupiah). Tahun pertama saja, kami menyalurkan bantuan sebesar 12 juta dolar AS (156 miliar rupiah). Bantuan untuk anak-anak yatim saja setiap tahunnya kami salurkan 7 juta miliar dolar (91 miliar rupiah). Memang sebagian besar dana dana bantuan tersebut memang dikhususkan untuk anak-anak yatim.
Untuk tahun ini, kami sengat yakin akan banyak bantuan bagi rakyat Gaza, Saat ini kami sedang menunggu masuknya bahan bangunan, untuk pembangunan sekolah, masjid, markaz yatim, pembangunan rumah-rumah yang direncanakan 120 apartemen. Namun semuanya ini kami sedang menunggu masuknya bahan bangunan ke Jalur Gaza.
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Jika kami perhitungkan hingga saat ini hampir mencapai 100 juta dolar AS (1,3 triliun rupiah), dan juga kami sampaikan bahwa muslimin di Turki dan berbagai negara di seluruh dunia seperti, Afrika Selatan, Qatar, Yaman, Indonesia, Malaysia sangat antusias bekerjasama bersama dengan kami untuk berbagai program di Jalur Gaza.
MINA : Bagaimana menurut Anda keadaan di Jalur Gaza saat ini?
Abu Matin: Saat ini keadaan di Jalur Gaza merupakan waktu tersulit untuk rakyat Gaza. Saya mendengar dari banyak orang, dari penduduk di Jalur Gaza, bahwa mereka belum pernah merasakan hari yang sangat sulit seperti hari-hari sekarang ini.
Sebagai contoh, semua pegawai negeri setempat tidak memperoleh gaji sejak setahun lalu. Sektor perekonomian juga demikian, para pedagang mengalami kondisi sangat sulit karena jarang ada yang membeli daganganya. Selain itu, listrik yang setiap harinya putus juga keadaan yang menyulitkan warga, terkadang hanya enam jam per hari atau delapan jam setiap harinya.
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
Hingga saat ini, yang paling parah adalah banyak orang yang untuk makan saja mereka kesulitan memperolehnya. Saat ini merupakan hari-hari tersulit bagi rakyat Gaza.
MINA: Kami mendengar IHH Gaza membagikan bantuan kepada para pegawai negeri di Jalur Gaza?
Abu Matin: Saat ini kita ketahui bahwa pegawai negeri di Jalur Gaza tidak mendapatkan gaji sejak setahun lalu. Untuk itu, kami membuat program bantuan kepada mereka dengan membagikan 7.000 paket sembako senilai masing masing 120 NIS (sekitar 400 ribu rupiah), dan kami akan teruskan program ini hingga berakhirnya krisis ini, insya-Allah.
MINA: Indonesia dan Turki memiliki hubungan historis yang cukup kuat, saat Sultan Abdul Hamid menjadi Khalifah, banyak mengirimkan utusan ke Indonesia, seperti guru-guru, insyinyur, dan para da’i untuk menyebarkan Islam di Indonesia, bagaimana menurut Anda?
Abu Matin: Kami sebagai umat Muslim di Turki, saat khilafah tegak berdiri di Turki dan orang-orang Turki berada di berbagai tempat, seperti di Palestina, Syam dan Sultan Abdul Hamid II waktu itu mengirim berbagai utusan untuk berkhidmat terhadap negeri dalam rentang waktu yang sangat panjang.
Tujuan kita sebagai muslim bukan Turki, Kurdi ataupun Arab, tujuan kita adalah untuk Muslim secara keseluruhan. Kita tidak menginginkan mendirikan Negara Utsmaniah atau Negara Turki, yang kami inginkan adalah menyatukan muslimin dari seluruh dunia.
Dulu kaum muslimin di manapun berada, mereka memiliki tujuan yang jelas, sebagai contoh Sultan Abdul Hamid II ketika dia mengirimkan utusan ke Indonesia, Selandia Baru, dan lainnya di seluruh dunia. Mereka diperintahkan untuk tidak pernah berpikir kembali, karena ketika telah sampai ke tempat tujuan, perahu yang ditumpangi para utusan tersebut langsung dibakar, sehingga tidak ada kesempatan untuk kembali.
Karena tujuannya semata adalah Islam, dan keberadaan di negeri tersebut adalah untuk untuk memenangkan Islam di negeri tersebut. Itulah dulu pola pikir kaum muslimin, sangat baik dan kuat sekali.
Namun sekarang situasinya sangat sulit. Untuk itulah kita harus bersatu dulu di antara muslimin seluruhnya, baru setelah itu akan datang kemenangan di seluruh negeri muslimin insya-Allah. (K01/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)