Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wawancara Eksklusif MINA dengan Menkes Palestina

Rendi Setiawan - Ahad, 10 Januari 2016 - 18:18 WIB

Ahad, 10 Januari 2016 - 18:18 WIB

443 Views

Wartawan MINA, Rifa Arifin (kiri) melakukan bincang-bincang dengan Menteri Kesehatan Palestina, Dr. Jawad Awwad. (Foto: MINA)
Wartawan MINA, Rifa Arifin (kiri) melakukan bincang-bincang dengan Menteri Kesehatan Palestina, <a href=

Dr. Jawad Awwad. (Foto: MINA)" width="600" height="400" /> Wartawan MINA, Rifa Arifin (kiri) melakukan bincang-bincang dengan Menteri Kesehatan Palestina, Dr. Jawad Awwad. (Foto: MINA).

Dua orang wartawan MINA yakni Rifa Arifin dan Rendy Setyawan, Ahad 10/1  mendapat kesempatan untuk mengadakan wawancara eksklusif dengan Menteri Kesehatan Palestina, Dr.  Jawad Awwad, bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.

Dr. Awwad berada di Jakarta untuk secara resmi pada 9/1 mewakili Pemerintah Palestina menerima Rumah Sakit Indonesia dari Emergency Resque Committee (MER-C), lembaga sosial dan kemanusiaan Indonesia, yang menginisiasi pembangunan dan pengadaan peralatan kesehatan rumahsakit itu. Acara juga dihadiri oleh Wakil Presiden M. Jusuf Kalla dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.

RS Indonesia yang berlokasi di Bayt Lahiya, Jalur Gaza itu sejatinya sudah beroperasi sejak 24 Desember lalu.

RS ini dibangun dari hasil donasi masyarakat Indonesia menghabiskan dana hingga 120 Miliar Rupiah. RS Indonesia ini adalah sebagai wujud kepedulian dan bantuan terbaik dari masyarakat Indonesia untuk warga Palestina.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Berikut wawancara wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rifa Arifin dan Rendy Setiawan, dengan Menteri Kesehatan Palestina Dr. Jawad Awwad  :

MINA: Bagaimana perkembangan terakhir kondisi kesehatan masyarakat Palestina? 

Dr. Jawad: Sejak agresi militer Israel ke Gaza pada pertengahan 2014 lalu, menimbulkan krisis yang sangat parah terhadap Palestina, khususnya pada bidang kesehatan. Banyak sekali rakyat Palestina yang merasakan krisis dalam pelaynan kesehatan akibat serangan itu. Bahkan hingga saat ini, krisis itu masih dirasakan oleh warga Palestina.

Hal ini diperparah dengan aksi blokade Israel terhadap Palestina di semua bidang. Palestina ibarat sebuah penjara, ketika Anda ingin menjenguk seorang tahanan, Anda harus bertemu dengan penjaga penjara-nya. Hal inilah yang saat ini sedang dirasakan Palestina. Maka berdirinya RS Indonesia, sangat meringankan beban rakyat Palestina mengatasi krisis pelayanan kesehatan ini.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El-Awaisi (3): Kita Butuh Persatuan untuk Bebaskan Baitul Maqdis

MINA: Apa langkah berikutnya setelah RS Indonesia berdiri?

Dr. Jawad: Kami akan memantau perkembangan ke depannya dari RS Indonesia ini. Kami juga akan mensuplai alat-alat medis dan tenaga medis sebagai upaya mengoperasikan RS Indonesia ini sampai tahap maksimal. Kami juga berharap, RS Indonesia ini akan menjadi salah satu jalan lagi bagi Palestina untuk mengambil kembali haknya atas tanah Palestina yang dirampas Israel.

MINA: Untuk pemerintah Palestina sendiri, apakah ada rencana untuk membangun rumah sakit atau instansi kesehatan pada tahun ini?

Dr. Jawad: Rencana untuk itu ada, salah satunya yaitu rencana yang sedang kami mulai kembangkan adalah pembangunan rumah sakit khusus menangani penyakit kanker. Empat hari yang lalu atau sehari sebelum saya berangkat ke Indonesia, Presiden Mahmoud Abbas sudah meletakkan batu pertama pembangunan rumah sakit itu di Ramallah. Rumah sakit yang baru saja mulai dibangun itu diperkirakan akan menghabiskan biaya anggaran hingga 400 Milyar Rupiah.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis

MINA: Program apa yang sedang dijalankan pemerintah Palestina dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya?

Dr. Jawad: Saya sebagai menteri, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap negara Palestina ini. Kami tidak membedakan antara Jalur Gaza dan Tepi Barat. Dan semua rumah sakit yang ada di Palestina kami perhatikan pelayanannya, kami tanggung semua biaya untuk peralatan dan obat-obatannya. Terutama pasca agresi militer Israel di Gaza pada 2014 lalu, di mana sangat banyak sekali korban kala itu, sekitar 10 ribu. Kami betul-betul merasakan krisis obat-obatan, krisis dokter dan krisis yang bersifat kesehatan. Tetapi adanya bantuan dari beberapa fihak dan NGO dari luar Palestina, amat membantu meringankan masalah.

Kesungguhan kami dalam melayani masyarakat, juga ketika itu, saya terjun langsung ke rumah sakit – rumah sakit di Palestina untuk melihat apa yang mereka butuhkan, dan kita berikan apa yang mereka butuhkan pada saat itu.

MINA: Kami mendengar bahwa banyak sekali ahli medis Palestina yang berkarir di luar Palestina, bagaimana itu bisa terjadi? Wakil Presiden Jusuf Kalla juga memaparkan hal ini dalam amanatnya tadi malam.

Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina

Dr. Jawad: Yang belum banyak diketahui adalah, warga Palestina memiliki tingkat pendidikan yang istimewa terutama di bidang medis. Kenapa? Karena banyak ahli medis Palestina yang bekerja di negara-negara tetangga. Mereka tersebar di Jordania, Sudan, Arab Saudi dan lainnya.

MINA: Untuk Palestina, bagaimana?

Dr. Jawad: Memang, tidak banyak ahli medis yang bekerja di Palestina. Hal itu wajar karena beberapa sebab diantaranya penghancuran rumah sakit oleh Israel, pengusiran-pengusiran, dan juga alat-alat medis yang belum memadai. Dengan hadirnya RS Indonesia diharapkan dapat mengajak mereka untuk pulang ke Palestina maupun mengurangi jumlah ahli medis yang belum memiliki pekerjaan dikarenakan kurangnya kapasitas dalam pengadaan fasilitas kesehatan.

MINA: Apa kesan Anda dan masyarakat Palestina dengan hadirnya RS Indonesia?

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (1): Peran Strategis Indonesia dalam Pembebasan Baitul Maqdis

Dr. Jawad: Langkah yang dilakukan oleh rakyat Indonesia, khususnya inisiatif MER-C sangat brilian sekali. Kenapa bisa disebut brilian? Terobosan ini sedang yang kami butuhkan di Gaza, yaitu rumah sakit. Krisis kesehatan di Palestina saat ini menjadi krisis nomer satu selain krisis makanan. Masyarakat Palestina sangat berterima kasih kepada rakyat Indonesia. Sebagai bentuk apresiasi, kepulangan saya ke Palestina, saya akan mengundang secara khusus MER-C untuk datang ke Ramallah.

Kami juga sangat senang sekali dengan berdirinya RS Indonesia di Jalur Gaza. Ini sebuah terobosan tak terduga dari masyarakat Indonesia yang diberikan kepada warga Palestina. RS Indonesia ini sangat meringankan sekali beban rakyat Palestina, khususnya mereka yang berada di Jalur Gaza. Hal ini karena masyarakat di Jalur Gaza  diblokade Israel di segala bidang, terutama di bidang kesehatan.

Adanya RS Indonesia di Gaza sangat bisa meringankan beban pemerintah Palestina dan dapat meningkatkan kondisi kesehatan dan perhatian terhadap orang-orang yang perlu layanan kesehatan . (L/P011/P013-P2)

 Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Palestina
Indonesia
Indonesia
Indonesia