Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

WAWANCARA KHUSUS DENGAN DELEGASI PALESTINA UNTUK PERUNDINGAN PALESTINA ISRAEL

Abu Al Ghazi - Kamis, 4 September 2014 - 11:45 WIB

Kamis, 4 September 2014 - 11:45 WIB

1148 Views ㅤ

Khalid Al Batsh, Salah satu delegasi Palestina untuk perundingan tidak langsung di Kairo. foto : mirajnews.com
Khalid Al Batsh, Salah satu <a href=

palestina/">delegasi Palestina untuk perundingan tidak langsung di Kairo. foto : mirajnews.com" width="300" height="198" /> Khalid Al Batsh, Salah satu palestina/">delegasi Palestina untuk perundingan tidak langsung di Kairo. foto : mirajnews.com

Perundingan tidak langsung antara Palestina dan Israel dengan mediasi Mesir di Kairo menghasilkan beberapa kesepakatan baik yang akan direalisasikan sekarang atau pun yang akan datang. Perundingan kali ini sangat bersejarah karena terjadi dalam peperangan terbesar antara Palestina melawan penjajah Israel sejak tahun 1948.

Peperangan yang memakan waktu 51 hari, dan para pejuang di Jalur Gaza mampu bertahan bahkan memberikan perlawanan dan menyerang hingga penjajah Zionis Israel kewalahan sampai tidak mampu melanjutkan peperangan darat.

Selain itu, peperangan ini juga telah menghapus mitos Israel yang tidak terkalahkan, peperangan Israel pada tahun 1967 hanya memakan waktu 6 hari dan Israel berhasil merebut seluruh palestina ditambah Sinai serta dataran tinggi Golan. Namun kali ini, Israel benar-benar dibuat kewalahan karena perlawanan yang begitu sengit dari para pejuang.

Di tengah peperangan, beberapa kali Israel meminta untuk gencatan senjata guna melakukan perundingan. Pihak palestina yang diwakili oleh beberapa faksi melakukan perundingan bersejarah ini dengan menuntut hal paling mendasar bagi hajat hidup rakyat Gaza dan Palestina secara keseluruhan.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El-Awaisi (3): Kita Butuh Persatuan untuk Bebaskan Baitul Maqdis

Dibukanya blokade gaza, perluasan daerah penangkapan ikan hingga 12 mil laut seperti undang-undang Internasional, pembuatan bandara dan pelabuhan merupakan tuntutan mendasar dari pihak Palestina. Namun Israel berulang kali melakukan pelanggaran baik dalam perundingan dan di medan pertempuran.

Untuk mengetahui lebih lanjut hal tersebut, Wartawan Kantor Berita Islam Miraj (MINA) di Jalur Gaza berkesempatan untuk mewawancarai langsung Khalid Al Batsh, salah satu palestina/">delegasi Palestina untuk perundingan tidak langsung di Kairo dari faksi perlawanan Jihad Islami di kantornya Kota Gaza pada Rabu, 8 Dzulqadah 1435/3 September 2014.

Berikut petikan wawancara tim MINA dan Khalid Al Batsh :

MINA : Terima kasih atas kesediaan anda menerima dan melakukan wawancara dengan kami. Siapa saja delegasi dari palestina untuk perundingan tidak langsung di Kairo?

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis

Khalid Al Batsh : Setelah perang selama 51 hari, di mana banyak terbunuhnya warga yang tidak bersalah, rumah-rumah yang rusak, penghancuran sekolahan, rumah sakit dan tempat ibadah, dengan itu Kairo (Mesir) mengajukan gencatan senjata, maka kami berangkat ke Kairo sebagai utusan dari Palestina yang terbagi atas utusan Jihad Islami, Hamas dan gerakan-gerakan pembebas Palestina lainya.

MINA : Sebenarnya apa saja poin kesepakatan yang menjadi tuntutan pihak Palestina terhadap Israel?

Khalid Al Batsh : Kesepakatan 2014 hampir sama dengan kesepakatan 2012, diantaranya Gencatan senjata antara pihak Israel dan faksi-faksi perlawanan Palestina di Jalur Gaza, komitmen terhadap kesepakatan 2012 dan semua poin poin kesepakatannya, dibukanya semua pintu perbatasan di Gaza dan Tepi Barat oleh Israel selaku penjajah, memasukkan semua bantuan kemanusiaan serta bahan bangunan untuk merekonstruksi Jalur Gaza, perluasan daerah penangkapan ikan dari 6 mil laut menjadi 12 mil laut sesuai dengan undang undang Internasional bagi para nelayan.

Selain itu kami juga menyepakati, bahwa semua delagasi akan kembali satu bulan setelah tercapainya gencatan senjata untuk membahas kesepakatan lain yang tertunda yaitu, Pertama, Pertukaran tahanan antara pihak Palestina dan Zionist Israel. Kedua, kesepakatan kerja Pemerintahan hasil rekonsiliasi untuk memudahkan pekerjaannya. Ketiga, penghentian semua kekejaman ZIonis Israel yang terjadi di Tepi barat yaitu, penangkapan terhadap anggota parlemen dan warga sipil. Keempat, poin yang paling memerlukan waktu untuk pembahasannya adalah, pembangunan Pelabuhan dan Bandar udara.

Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina

Wartawan mirajnews, sedang mewawancara Khalid Al Batsh di Kantornya, Kota <a href=

Gaza. foto : mirajnews.com" width="300" height="198" /> Wartawan mirajnews, sedang mewawancara Khalid Al Batsh di Kantornya, Kota Gaza. foto : mirajnews.com

MINA : Mengapa perundingan ini memakan waktu yang begitu lama, ada tiga hari gencatan senjata, dilanjutkan tambahan tiga hari dan kemudian lima hari lagi, apa masalahnya yang paling mendasar?

Khalid Al Batsh : masalah ini terletak pada pihak Israel sendiri, karena mereka ingin mengambil manfaat pada perpanjangan gencatan senjata tersebut untuk melanjutkan penyerangan terhadap jalur gaza. Kami hanya ingin berhentinya kejahatan-kejahatan perang ini, membersihkan darah-darah yang mengalir hasil kedzaliman Israel, tetapi Israel ingin terus menyerang jalur gaza untuk itu mereka mengajukan persyaratan-persyaratan yang berat agar tidak disepakatinya gencatan senjata.

MINA : Apakah Persyaratan yang diajukan pihak Israel?

Khalid Al Batsh : Israel sejak awal perundingan banyak mengajukan permintaan, Israel meminta pelucutan senjata para pejuang, dan kami menolak. Ketika kami tolak, mereka meminta untuk menghentikan pengembangan senjata, ketika kami tolak, mereka meminta untuk tidak menggunakan lagi senjata. Ketika kami tolak, mereka meminta agar kami menghentikan eksperimen dalam pengembangan senjata.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (1): Peran Strategis Indonesia dalam Pembebasan Baitul Maqdis

Ini adalah hak kami, kami bebas melakukan apapun dengan cara apapun untuk bangsa kami dengan jalur yang sah tentunya. Kami hanya melindungi diri kami dari penjajahan, untuk itu kami menolak secara mutlak permintaan-permintaan dari mereka tersebut

MINA : Apakah Anda Yakin perundingan ini akan sukses?

Khalid Al Batsh : Seperti yang kita ketahui bahwa Israel adalah negara musuh, mereka negara kuat sekaligus penjajah, sukses atau gagalnya ada di pihak Israel, tolak ukur suksesnya perundingan ialah ketika syarat-syarat dari warga jalur gaza terpenuhi, jika masayarakat dunia dan Israel mengakui hak-hak kami ajukan maka akan sukses perundingan ini, namun jika sebaliknya maka tidak terpenuhi tentu syarat-syarat merekalah yang akan tetap berlaku, tentu itu adalah kemenangan mereka dan kami tentu tidak menerimanya. Maka yang paling bertanggungjawab adalah Israel, namun yang paling memegang kuncinya adalah kesunggung-sungguhan pihak Mesir.

MINA : Apakah Israel tidak akan berkhianat pada perundingan ini?

Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel

Khalid Al Batsh : Kami adalah Bangsa Palestina, kami adalah bagian dari umat Islam, ada  lebih dari 50 negara muslim di dunia, artinya di sana juga ada 50 pasukan islam dan arab, ada juga kawasan Al Quds kiblat pertama Umat Islam yang terjajah, ia juga kiblat tempat ibadah pertama Nasrani, posisinya adalah yang terpenting dari dua agama terbesar di dunia.

Untuk itu Israel tidak akan merestui dimiliki oleh siapapun terlebih Islam, akan tetapi jika seluruh negara dan umat Islam menekan Israel, maka Israel akan memenuhi kesepakatan yang diminta, akan tetapi jika umat Islam tidak melakukan pergerakan yang menjuru kepada dukungan untuk Palestina, maka memungkinkan Israel untuk mengkhianati kesepakatan dan akan melanjutkan penyerangan mereka kepada Jalur Gaza, dan kami para pejuang Gaza baik dari Jihad Islami dengan sayap militernya Saraya Al Quds, Hamas dengan Brigade Al Qassam, Fatah dengan Brigade Al Aqsha dan seluruh pejuang pembebas Al Quds tidak akan mengizinkan Israel merenggutnya dari kami.

MINA : Kemarin dan pagi ini telah terjadi penembakan dan penangkapan terhadapa nelayan gaza, ini berarti Israel telah melanggar gencatan senjata, apa komentar anda?

KHALID Al BATSH : Tentu ini adalah pelanggaran gencatan senjata, dengan kondisi apapun kami sebagai pihak yang menjaga kesepakatan akan berkomunikasi dengan mesir bahwa ini adalah pelanggaran, maka Mesir sebagai penengah harus menjawab pelanggaran kesepakatan ini dan harus bertindak atas pelanggaran ini.

Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya

MINA : Kami dengar bahwa Israel tidak akan mengirimkan utusan ke Mesir untuk melanjutkan perundingan, bagaimana komentar anda?

Khalid Al Batsh : Ini adalah urusan Mesir, Mesirlah yang memegang prakarsa. Bagi kami datang atau tidaknya utusan Israel tidak penting, karena Mesirlah yang menguasai prakarsa, kami diundang dalam perundingan ini kami akan datang, adapun pihak Israel tidak datang itu urusan mereka dengan Mesir.

MINA : Apakah pembangunan pelabuhan dan Bandara akan benar-benar terwujud?

Khalid Al Batsh : Ini adalah hak Palestina untuk merebutnya dari Israel, sebagaimana kita tahu bahwa bandara sudah terbangun pada tahun 95, dan ini sudah dimanfaatkan oleh negara-negara Arab, maka hak kami untuk merebutnya kembali, pihak Israel telah menghancurkannya dan kami harus mengembalikannya seperti semula, bandara ini bukan tanggung jawab Jihad Islami atau Hamas, akan tetapi ini adalah tanggung jawab pemerintahan bersama, maka untuk pemerintahan bersama agar mempercepat terbangunnya kembali bandara ini.

Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap

MINA : Kapan Mesir akan mengundang kembali Israel dan Palestina untuk melanjutkan perundingan?

Khalid Al Batsh : Kami telah menyepakati atas satu bulan gencatan senjata dengan segala persyaratannya, dan yang menentukan kembali perpanjangan dan undangan perundingan lanjutan adalah pihak Mesir, mungkin saja besok kami diundang kembali, atau seminggu lagi atau kapan kami tidak mengetahuinya.

MINA : Apa pesan anda untuk Indonesia?

Khalid Al Batsh : Tentu yang paling pertama kami mengucapkan terima kasih untuk saudara-saudara kami di Indonesia dan semua lembaga dari Indonesia yang membantu dan mendukung warga Palestina. Indonesia adalah negara Islam terbesar, kami masih melihat bahwa Indonesia bisa membantu kami dari segala aspek, kami berterima kasih kepada Indonesia, kepada pemerintahan dan para pemimipinnya, kami juga berterima kasih kepada seluruh negara Islam yang mendukung kami untuk membebaskan kiblat pertama, karena sampai saat ini Al Quds masih terjajah dan belum bebas.

Baca Juga: Cerita Perjuangan dr. Arief Rachman Jalankan “Mission Impossible” Pembangunan RS Indonesia di Gaza (Bagian 3)

Saya katakan untuk umat Islam Indonesia bahwa kiblat pertama kalian masih terjajah, juga Nasrani bahwa tempat ibadah pertama kalian masih terjajah, bahkan kepada Budha bahwa tetangga kalian Nasrani tempat ibadahnya masih terjajah, maka untuk terwujudnya pembebasan Al Quds haruslah ada dukungan dari semua pihak. (L/K01/K03/R11).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Cerita Perjuangan dr. Arief Rachman Jalankan “Mission Impossible” Pembangunan RS Indonesia di Gaza (Bagian 2)

Rekomendasi untuk Anda