Baru-baru ini telah hadir satu lagi hotel yang menerapkan konsep syariah, yang telah disertifikasi oleh Dewan Syariah Nasional di bawah pengawasan Majelis Ulama Indonesia (MUI), namanya Zahabi Hotel.
Direktur untuk Pengawasan Syariah Zahabi Hotel, Muhammad Nasruddin mengatakan, hotel di Jakarta itu menawarkan fasilitas berbaur syariah, mulai dari kamar yang di desain dengan arsitektur modern yang dilengkapai dengan perlengkapan ibadah (sarung, mukena, sajadah) di setiap kamarnya.
Dia juga menambahkan, di samping itu disediakan Al-Qur’an dan perpustakaan kecil, serta terdapat panduan singkat doa seperti doa tidur dan bangun tidur, mau pun doa lainnya di tempat tidur yang bermutu tinggi dengan ketebalan 35cm.
“Zahabi Hotel sangat strategis terletak di Menara 165 Gedung ESQ di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, kawasannya pun berada di kawasan bisnis dan dekat dengan pusat perbelanjaan Cilandak Town Square serta kemudahan akses melalui jalan tol menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Kebun Binatang Ragunan,” jelas Nasruddin yang kerap disapa oding.
Konsep Syariah yang diterapkan bertujuan menciptakan sebuah hotel yang beretika mau pun mengandung pendidikan baik sesuai koridor Islam.
Untuk lebih jauh mengenai Zahabi Hotel, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) pada Kamis (11/12) secara khusus melakukan wawancara dengan Muhammad Nasruddin.
Berikut Petikan wawancaranya.
MINA: Apa yang melatarbelakangi Zahabi Hotel berkonsep Syariah?
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Muhammad Nasruddin: Konsep syariah sebetulnya lebih pada menerapkan konsep nilai-nilai syariah Islam, secara umum kamar dipastikan tidak ada minuman beralkohol, baik dikamar mau pun di restoran, tidak ada tamu yang bukan mahromnya dalam satu kamar.
Kami merencanakan ada kamar khusus perempuan yang datang dalam kondisi single atau belum menikah akan ditempat dengan kamar atau area khusus perempuan, begitu juga sebaliknya.
Hal ini lebih pada niat kami menerapkan konsep syariah di hotel. Setelah melakukan survei, kita mencoba mensingkronkan, karena lokasinya di Menara 165 berdampingan dengan tempat lainnya. Kemudian pihak Zahabi Hotel sudah berkoordinasi dengan pihak gedung, hal ini direspon positif dan setuju dengan mengadakan konsep syariah.
MINA: Perbedaan mendasar antara Hotel Syariah dengan Konvensional?
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Muhammad Nasruddin: Konsep hotel konvensional biasanya menjual minuman beralkohol dan ada makanan yang tidak halal, secara umum kita menteroril tidak adanya dua hal itu. Dari sisi makanan kita akan lihat mulai dari kualitasnya sampai komposisi, begitu juga dengan minuman, kita tidak juga membatasi secara sakral, ketika nanti ada tamu yang membawa alkohol tanpa sepengetahuan kita, ya, itu kita tidak bisa pungkiri, seperti membawa ke restoran, kita hanya menasehati mereka dan menjelaskan kepada mereka.
Begitu pun dengan yang ada tamu yang membawa orang bukan mahromnya, jika kita bisa mengingatkan mereka untuk tidak ikhtilath atau melangsungkan pembicaraan di area publik kita tidak bisa membatasi, kalau ada tamu berada di kamar dengan bukan mahrom kita bisa ingatkan mereka.
MINA: Bagaimana dengan tarif kamarnya?
Muhammad Nasruddin: Harga relatif, untuk tarif kamar biasa sekitar 600-700 ribu rupiah, untuk kamar VIP sekitar dua juta rupiah ke atas, semua itu sudah dapat makan dan minum kopi serta teh. Setiap orang yang akan menginap kita akan beri mukena dan baju koko secara gratis, dengan konsep modern Islamic style tentunya akan memberi kenyamanan bagi para tamu Muslim.
MINA: Apa target Zahabi Hotel ke depan?
Muhammad Nasruddin: Kita akan tetap mempertahankan konsep syariah ini, misalkan perayaan natal atau hari-hari yang tidak ada hubungannya dengan Islam kita tidak mengadakan hal seperti itu, bahkan untuk perayaan tahun baru yang hura-hura. Karena memang ini masih berjalan, untuk pemakai gedung kita bekerja sama dengan pemilik gedung, secara khusus konsep ke depan tetap berpijak dari nilai- nilai Islam, kalau memang menjamin sepakat kita akan sesuaikan dengan konsep syariah mulai dari makanan hingga mengundang tamu.
MINA: Bagaimana dengan tamu non muslim?
Muhammad Nasruddin: Secara prinsip tamu kita layani, kita akan jelaskan konsep yang kita usung, saya yakin dengan menjelaskan itu kepada tamu, mereka akan mengerti, kita tidak harus alergi menerangkan hal-hal itu, bahkan kita harus bangga dengan konsep ini.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Ini salah satu misi yang akan memberikan edukasi tamu dengan konsep syariah, dengan Masjid yang berada di pusat tertinggi, dan suasana kamar yang Islami saya yakin tamu akan merasakan nyaman.
MINA: Apa yang masih kurang di Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga?
Muhammad Nasruddin: Konsep syariah secara umum hanya ada baru-baru ini, setelah diawali Hotel Sofyan, bahkan seharusnya kita bisa membuat suatu metode baru dengan prinsip syariah, kita akan undang para pemimpin atau kepengurusan syariah, membicarakan tentang fatwa-fatwa syariah nantinya.
Dilihat dari semua hotel yang ada di Asia Tenggara ini biasanya membawa identitas diri seperti KTP dan Kartu Tanda Nikah, saya rasa semua itu tidak cukup, di sini kita menilai seseorang dari gestur tubuh, membandingkan kemesraan suami istri dengan yang sedang pacaran dan ini jelas pasti beda, hanya saja konsep syariah ini untuk saat ini belum ada fatwanya. (L/P007/R05)
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)