Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA)
Tahun ini, bertepatan dengan peringatan pecahnya Al-Aqsa Intifadhah sejak tahun 2000, yang menandai titik balik dalam perjuangan bangsa Palestina.
Melalui tindakan revolusioner rakyat Palestina, pendudukan Zionis Israel mulai mengundurkan diri dari Jalur Gaza, memulai fase baru untuk pembebasan Palestina.
Percikan intifadhah setalah pecah 18 tahun yang lalu, setelah penjahat perang, pemimpin Partai Likud pada saat itu, Ariel Sharon, bersama dengan pemukim Israel menyerbu halaman Masjid Al-Aqsha, dan mencoba menodai tempat itu melalui tindakan provokatif mereka.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Gelombang Intifadhah Al-Aqsha dimulai September 2000, saat rakyat Palestina menghadapi pasukan Zionis Israel dengan keberanian luar biasa, memberikan contoh pengorbanan dan martabat, untuk melindungi Masjid Al-Aqsha dan Yerusalem serta Palestina secara keseluruhan.
Rakyat Palestina telah membuktikan bahwa hak yang dicuri hanya dapat dipulihkan melalui perlawanan secara bersatu bukan penyerahan diri.
Data Palinfo menyebutkan, Intifadhah Al-Aqsha atau yang dikenal sebagai Intifadhah Kedua, yang dicirikan dengan konfrontasi bersenjata antara perlawanan Palestina melawan pendudukan.
Tercatat 4.412 orang Palestina guru sebagai syuhada, dan 48.322 lainnya terluka. Sementara lebih dari 1.000 tentara dan pemukim Israel tewas serta lebih dari 5.000 terluka.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Sebelumnya, Intifadhah Pertama berlangsung sejak tahun 1987 hingga 1993.
Perlawanan Palestina dalam Intifadah Al-Aqsha tampak lebih masif lagi. Kalau sebelumnnya dianggap sepi, sporadis dan tak terarah. Kali ini orang-orang Palestina berpartisipasi di dalamnya, secara bertahap memulai bentrokan dengan tentara pendudukan di pintu masuk kota dan menyebabkan luka banyak orang Palestina di sebagian besar provinsi.
Gambar-gambar konfrontasi dan lemparan batu pun muncul di media-media.
Tanggapan Palestina mulai melebar, dan mulai mempengaruhi tentara pendudukan dan pemukim Israel, dan menyebabkan penyebaran ketakutan di jajaran pendudukan setelah korban yang mereka alami.
Faksi-faksi Palestina pun mampu membentuk kelompok-kelompok militer di sebagian besar kota-kota Palestina.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Hamas memiliki Brigade Izzuddin Al-Qassam, yang diarsiteki Ir. Yahya Ayyash, juga ada Brigade Al-Quds milik Al-Jihad Al-Islami.
Fatah juga memiliki Brigae Martir Al-Aqsha, dan lainnya Komite Perlawanan Rakyat dengan Brigade Nashr Shalahuddin. Serta Brigade Abu Ali Musthafa milik Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina.
Kinerja mereka pun terus berkembang dan saling berkoordinasi. Fase baru pun dimulai dalam konflik.
Pada fase ini muncul tahap serangan ‘bom syahid’ manusia yang merupakan pukulan terbesar bagi pendudukan.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Lalu, tampillah roket dan mortir Al-Qassam pertama yang diluncurkan dari Jalur Gaza menuju pemukiman Israel pada 26 Oktober 2001. Ini merupakan titik paling mengganggu bagi pendudukan.
Kesatuan pergerakan Palestina dan konsensus tentang perlawanan adalah hal yang paling menonjol di antara perjuangan Palestina. Di sisi lain rekonsialiasi Hamas-Fatah terus berjalan secara intensif, terutama didukung oleh Mesir.
Perlawanan dengan daya tahannya selama bertahun-tahun Intifadhah, itu menunjukkan kemampuan rakyatnya, yang menemukan berbagai cara dan alat perlawanan. Kemandirian adalah salah satu karakteristik dari perlawanan.
Puluhan tahun Jalur Gaza diblokade dari darat, lautd an udara, seolah tak berarti apa-apa bagi perlawanan bangsa Palestina. Walau tidak menafikan bahwa terjadi krisis kemanusiaan di sana.
Tahun ini, ditandai dengan aksi besar-besaran warga (Great March of Return) Palestina untuk kembali dari seluruh dunia, semakin membuat penjajah terdesak.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Belum lagi sokongan dari negeri-negeri lain dan kaum Muslimin selurun dunia, membuat perjuangan bangsa Palestina semakin berkibar.
Kekalahan Israel di berbagai forum PBB melawan suara dunia pun menunjukkan bahwa aksi penjajahan sudah tidak laku lagi hakikatnya.
Yang jelas, bagi setiap insan Muslim Al-Aqsha dan Palestina adalah bagian dari kehidupan umat Islam. Karena itu, Intifadhah Al-Aqsha dan perjuangan bangsa Palestina untuk meraih kemerdekaan dan kedaualatan atas tanah airnya sendiri, akan terus berjalan hingga mencapai tujuannya. Aamiin. (A/RS2/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata