Terdesak, Oposisi Suriah di Aleppo Ajukan Jeda Kemanusiaan

Seorang gadis kecil Suriah di Aleppo dievakuasi dari lokasi bom jatuh, sementara warga menggali reruntuhan untuk mencari korban. (Foto: AMC)

 

Aleppo, 8 Rabi’ul Awwal 1438/8 Desember 2016 (MINA) – Oposisi Suriah yang terdesak di Aleppo telah menyerukan jeda kemanusiaan untuk menghentikan serangan pasukan pemerintah yang melakukan kemajuan pesat di timur kota yang dikuasai oleh oposisi.

Pengajuan yang bertujuan mengevakuasi korban terluka dari kota itu, muncul setelah pasukan pemerintah mengambil alih pusat kota bersejarah tersebut pada Selasa malam, demikian The New Arab memberitakannya yang dikutip MINA.

Dewan Pimpinan Aleppo pada Rabu (7/12) mengatakan, sebuah gencatan senjata selama lima hari dibutuhkan untuk mengevakuasi 500 pasien ke tempat yang aman di bawah pengawasan PBB.

Dalam tuntutannya, Dewan Pemimpin juga menyerukan diberinya perjalanan aman bagi warga sipil ke daerah pedesaan di utara Damaskus. Sebagian besar daerah itu dikendalikan oleh pasukan Kurdi dan dianggap di luar kendali pemerintah Suriah.

Dewan Pimpinan mengatakan, perempuan di kota Aleppo telah diperkosa dalam serangan balas dendam dan para pemuda secara tidak adil ditahan.

Pekan lalu, pasukan Pemerintah Suriah yang didukung oleh milisi Syiah dari seluruh Timur Tengah, melancarkan serangan untuk mengambil kendali Aleppo Timur yang dikuasai oleh oposisi.

Selama dua tahu pasukan oposisi menguasai banyak lingkungan timur kota, tapi sekarang mereka telah kehilangan kontrol dari sebagian besar wilayah yang mereka kuasai sebelumnya.

Seorang pejabat Suriah yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah menargetkan merebut kontrol penuh Aleppo sebelum Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump menjabat pada Januari 2017.

Sekitar 80.000 warga sipil telah meninggalkan kota tersebut dalam sepekan terakhir, sementara puluhan ribu lainnya masih terperangkap di daerah pertempuran. (T/P001/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Rana Setiawan