SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Putin Pertimbangkan Pengerahan Nuklir di Dekat Negara NATO

Rudi Hendrik - Sabtu, 29 Juni 2024 - 17:39 WIB

Sabtu, 29 Juni 2024 - 17:39 WIB

1 Views

Presiden Rusia Vladimir Putih mengeklaim pemerintah Rusia menjalin hubungan yang hangat dengan komunitas Muslim lokal dan negara-negara Muslim dunia. (Foto: Anadolu)

Moskow, MINA – Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan rencananya untuk mempertimbangkan penempatan rudal nuklir baru di dekat negara-negara NATO.

Awal bulan ini, Putin memperingatkan negara-negara Barat bahwa Rusia dapat memasok senjata ke negara-negara lain untuk menyerang sasaran-sasaran Barat sebagai pembalasan, karena mengizinkan Ukraina menembakkan rudal jarak jauh yang dipasok oleh pasukan militer negara-negara NATO untuk mencapai sasaran di Rusia.

Pengumuman terbarunya pada Jumat (28/6) dipandang sebagai upaya terbaru pemimpin Rusia tersebut untuk menanggapi meningkatnya konflik dengan Barat, setelah menandatangani pakta kemitraan strategis yang komprehensif selama kunjungan penting ke Pyongyang yang bertujuan menemukan cara baru untuk membela negara-negara non-Barat dari hegemoni AS.

Putin bersumpah bahwa negaranya akan memproduksi rudal baru berkemampuan nuklir jarak menengah, kemudian memutuskan apakah akan mengerahkannya dalam jangkauan negara-negara NATO di Eropa, serta negara-negara sekutu AS di Asia. Press TV melaporkan.

Baca Juga: Mantan Pejabat AS Ungkap Pemerintahan Joe Biden Terlibat Kuat dalam Pembunuhan Warga Gaza

Pada masa kepemimpinan Donald Trump di AS, Washington menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) tahun 1987.

Perjanjian INF melarang produksi, pengujian, dan penyebaran rudal jelajah dan balistik berbasis darat dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer.

Penarikan diri dari perjanjian tersebut adalah salah satu dari serangkaian penarikan perjanjian yang menandai berakhirnya perjanjian pengendalian senjata nuklir selama beberapa dekade yang ditandatangani oleh Washington dan Moskow karena kekhawatiran akan memicu konflik nuklir antara bekas Uni Soviet dan Amerika Serikat.

Satu-satunya perjanjian senjata yang masih tersisa hingga saat ini adalah New START, yang membatasi persenjataan antarbenua yang dapat dimiliki setiap negara.

Baca Juga: Jerman Kecam Ben-Gvir yang Serukan Tembak Kepala Tahanan Palestina

Perjanjian pengurangan senjata nuklir antara AS dan Rusia, yang secara resmi dikenal sebagai Tindakan Pengurangan Lebih Lanjut dan Pembatasan Senjata Serangan Strategis, ditandatangani pada tanggal 8 April 2010, mulai berlaku pada bulan Februari 2011, dan berakhir pada bulan Februari 2026.

Selama era Perang Dingin, Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet perlahan-lahan mengembangkan pandangan dan kepentingan yang sama, mendorong kedua belah pihak untuk menandatangani perjanjian yang mengatur teknologi dan bahan nuklir, serta mengupayakan kerja sama global dan perdagangan energi nuklir sambil mencegah proliferasi senjata.

Perjanjian-perjanjian ini berlanjut di era pasca-Perang Dingin meskipun terdapat sejumlah masalah militer yang muncul di seluruh dunia di tengah meningkatnya konflik kepentingan dalam perdagangan internasional.

Perambahan bertahap yang dilakukan Barat terhadap Rusia, yang berpuncak pada keputusan Moskow untuk melancarkan operasi militer khusus di Ukraina timur pada Februari 2022, menandai berakhirnya tradisi kerja sama selama puluhan tahun antara Washington dan Moskow untuk mencegah kemungkinan perang nuklir antara kedua negara. []

Baca Juga: Militan Irak Janji Targetkan AS Jika Israel Serang Lebanon

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Eropa
Internasional
Artikel
Internasional
Internasional