Aktivis Ajak Masyarakat Asia Maksimalkan Boikot Zionis

Aktivis Peduli Palestina, Hadi Sumarsono. Photo : Hadis/MINA
Aktivis Peduli Palestina, Hadi Sumarsono. (Hadis/MINA)

Bandar Lampung,  4 Jumadil Akhir 1437/13 Maret 2016 (MINA) – Gerakan Boikot Produk semakin gencar dilakukan aktivis-aktivis pasca Pidato Presiden pada Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam () di Jakarta 6-7 Maret lalu.

Aktivis Peduli Palestina, Hadi Sumarsono saat ditemui Mi’raj Islamic News Agency (MINA), di Bandar Lampung, Ahad, (13/3) berpendapat gerakan boikot yang efektif adalah gerakan massif dari masyarakat, bukan hanya dari pemerintah.

Hadi mengapresiasi pidato Presiden Jokowi yang mengajak seluruh Negara OKI bertekad memboikot produk Israel, dan mengajak masyarakat Asia untuk memaksimalkan boikot Israel ini

“Pidato Presiden pada KTT LB OKI kemarin merupakan hal yang positif dan bersejarah bagi kita seluruh bangsa Indonesia, kita apresiasi itu, dan tentu kita warga Indonesia khususnya, dan Asia umumnya harus memaksimalkan boikot ini,” katanya.

Namun menurutnya, hal ini harus disambut dengan gerakan massif masyarakat untuk memboikot tidak hanya produk Israel namun seluruh produk pendukung Israel.

“Kalau berpijak pada Pidato Presiden, hanya Produk yang dibuat di negara Israel yang kita boikot. Namun yang lebih penting dari itu, adalah produk pendukung Zionis Israel, kita tahu The Coca Cola Company dan beberapa perusahan lain yang pabriknya ada di Indonesia namun menjadi pendukung utama Zionis, ini yang harus terus disosialisasikan ke masyarakat untuk diboikot,” kata Aktivis yang juga Pembina Lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG) Biro Lampung tersebut.

Kita bisa berkaca kepada Negara-negara Eropa, lanjutnya, yang memulai gerakan Boycott, Divestment, and Sanctions () dari makanan dan minuman.

“Di Eropa mereka memulai semua dari produk makanan dan minuman, yang akhirnya bergerak lebih luas ke akademik, politik, sampai akhirnya bisa membatalkan sebuah kontrak besar. Kita tahu salah satu perusahaan Perancis pernah batalkan proyek pembangunan rel di Yerussalem akibat tekanan masyarakat melalui gerakan BDS,” katanya.

Hadi juga mengkritisi gerakan boikot dari Negara-negara Asia utamanya Negara berpenduduk mayoritas muslim yang kurang aktif menggerakan BDS.

“Negara-negara Eropa sudah lama bergerak untuk memboikot pendukung Zionis, kita di Asia, utamanya Negara berpenduduk Muslim kurang aktif, ini yang perlu ditingkatkan,” ujarnya.

Hadi berharap gerakan boikot di kawasan Asia bisa lebih aktif dengan adanya kerjasama antar aktivis BDS di tiap-tiap Negara.

“Kita tahu Asia merupakan kawasan pasar besar bagi produk pendukung Zionis, mereka mendirikan perusahaan di kawasan Asia karena tenaga kerjanya murah, bahan baku murah, dan pasar yang menjanjikan. Itulah kenapa boikot di kawasan Asia akan sangat berpengaruh bagi kehancuran Zionis Israel, namun perlu kerja berjama’ah dari aktivis Negara Asia,” tegasnya.

Gerakan Boikot produk Israel dan produk pendukung Israel mulai menjadi sorotan dunia setelah Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraannya pada KTT LB OKI beberapa waktu lalu mengajak Negara-negara anggota OKI untuk memboikot produk Israel.

Pidato Jokowi cukup menggetarkan seluruh dunia, hingga media-media Internasional termasuk media di Israel, Amerika Serikat dan Australia  menjadikan isu boikot sebagai pemberitaan di media mereka. (L/K08/P4).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.