Pentagon, MINA – Amerika Serikat akan mengurangi pasukan di Afghanistan dan Irak menjadi 2.500 pada 15 Januari 2021, Penjabat Departemen Pertahanan AS Chris Miller mengatakan Selasa (17/11).
“15 Januari 2021, pasukan kami, jumlah mereka di Afghanistan akan menjadi 2.500 tentara. Ukuran pasukan kami di Irak juga akan menjadi 2.500 pada hari yang sama,” kata Miller dalam jumpa pers di Pentagon.
“Ini konsisten dengan rencana dan tujuan strategis kami yang telah ditetapkan, dan tidak sama dengan perubahan dalam kebijakan atau tujuan AS,” kata penjabat kepala pertahanan itu, demikian Anadolu Agency melaporkannya yang dikutip MINA.
Saat ini, jumlah tentara AS di Afghanistan sekitar 4.500, dengan 3.000 di Irak.
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas
Pengumuman itu datang satu hari setelah CNN melaporkan militer AS mengharapkan Presiden Donald Trump untuk memerintahkan penarikan lebih banyak pasukan dari Afghanistan dan Irak sebelum dia meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari.
Trump telah lama mengkritik kehadiran pasukan Amerika di luar negeri karena tujuannya untuk memutus AS dari “perang tanpa akhir” menjadi kebijakan luar negerinya.
Keputusan Trump “didasarkan pada keterlibatan berkelanjutan dengan Kabinet keamanan nasionalnya selama beberapa bulan terakhir, termasuk diskusi yang sedang berlangsung dengan saya dan kolega saya di seluruh pemerintah Amerika Serikat,” kata Miller.
Tak lama setelah pengumuman tersebut, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Robert O’Brien mengatakan kebijakan tersebut bukanlah hal baru dan telah menjadi kebijakan Trump sejak ia menjadi presiden.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
“Pada Mei, Presiden Trump berharap mereka semua akan pulang dengan selamat dan dalam keadaan utuh,” kata O’Brien kepada wartawan di Gedung Putih.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan bahwa harga untuk meninggalkan Afghanistan terlalu cepat bisa sangat mahal.
“Kami sekarang menghadapi keputusan yang sulit. Kami telah berada di Afghanistan selama hampir 20 tahun, dan tidak ada sekutu NATO yang ingin tinggal lebih lama dari yang diperlukan. Tetapi pada saat yang sama, harga untuk pergi terlalu cepat atau dengan cara yang tidak terkoordinasi bisa sangat mahal,” kata Stoltenberg dalam sebuah pernyataan.(T/R1/P2)
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)