Wawancara Eksklusif dengan Ir. Heri Budianto,MT. Wakil Ketua II Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud (SQABM), Keahlian Geologi Teknik dan Observasi Air
Musibah tanah longsor menimpa warga di beberapa desa di Jawa Tengah baru-baru ini. Guyuran hujan seharian membuat tanah dan bebatuan longsor menimpa rumah-rumah warga, jalan umum, jembatan dan lainnya yang dilaluinya. Warga pun ada yang menjadi korban luka-luka hingga ada yang meninggal.
Bagaimana memandang musibah dalam pandangan Sain dan Al-Quran? Berikut wawancara eksklusif wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) dengan Ir. Heri Budianto,MT., Wakil Ketua II Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud (SQABM) Kompleks Pesantren Al-Fatah Muhajirun, Lampung, Keahlian Teknik Geologi dan Observasi Air.
Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud (SQABM) merupakan Lembaga Tinggi unggulan berbasis Al-Quran dan As-Sunnah, dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam upaya tegaknya syariat Islam yang rahmatan lil ’alamin.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Melalui lembaga yang digagas oleh Imaamul Muslimin Muhyiddin Hamidy tersebut, dan diresmikan oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (kini Ketua MPR RI), tanggal 19 November 2013, diharapkan menghasilkan cendekiawan Muslim yang berkualitas, berilmu dan berakhlaqul karimah, yang memberikan manfaat bagi umat Islam dan masyarakat dunia.
Misi utama lembaga berbasis Teknologi Informasi (TI) ini, yakni berupaya memberikan pembekalan kemampuan berdakwah berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka upaya mengajak ummat Islam untuk kembali kepada ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Berikut petikan wawancaranya:
MINA: Bagaimana Anda menyikapi musibah bencana longsor di Jawa Tengah baru-baru ini?
Heri: Tentu….. Innaalillaahi wainna ilaihi rooji’uun…… Bahwa semuanya terjadi atas kekuasan Allah. Dan bagi orang beriman, tentu ini sebuah petunjuk Allah agar kita mengambil pekaharan, dengan bersabar atas ujian serta sarana mencari solusi terbaik mengatasi musibah yang terjadi.
MINA: Lalu, apa pesan yang ingin Anda sampaikan terkait musibah tersebut?
Heri: Mengacu pada Al-Quran surat At-Taghabun ayat 11, di mana Allah menyebutkan bahwa tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.
Ini yang harus tetap kita hayati, terutama oleh mereka yang tertimpa bencana. Ini bagian dari ujian untuk tetap beriman kepada Allah.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
MINA: Secara keilmuan Anda sebagai orang yang mendalami Geologi dan Observasi Air?
Heri: Saya lebih melihatnya dari adanya ketidakseimbangan alam. Sebab alam ini memiliki keterbatasan dalam kemampuan menampung air, mengikat butir-butir tanah, daya erat akar dan sebagainya.
Secara fitrah sebenarnya struktur alam ini Allah ciptakan sangat kuat. Namun akan menjadi masalah jika terganggu.
Apalagi tanah-tanah di wilayah Indonesia ini memang tergolong rentan dengan pergeseran alam. Dengan kohesi yang tinggi sangat mengandalkan ikatan air dan daya dorong tanah.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Jika ada gangguan seperti hujan lebat, ada daya tertampung lebih besar dari daya tahan yang dimiliki. Apalagi kalau pohon-pohon besar semakin sedikir, maka akar yang berfungsi menahan struktur tanah menjadi berkurang pula.
Maka, pada ketinggian tanah perbukitan atau pegunungan dengan kemiringan lebih dari 45 derajat, dapat menyebabkan longsor. Adaun pada tanah datar akan mengaibatkan banjir.
MINA: Apa tanda-tandanya jika akan terjadi longsor di daerah pegunungan?
Heri: Biasanya diawali dengan tebing yang rapuh, kerikil mudah berjatuhan dan pohon-pohon terlihat miring. Apalagi kalau batu-batu besar sudah berjatuhan.
MINA: Apakah penebangan pohon yang tidak disertai penghijauan kembali dapat menjadi pemicunya?
Heri: Ya, dimulai dari pohon-pohon pelindung yang ditebangi, lalu pembuatan sawah atau kolam-kolam ikan di bagian atas ketinggian. Ini pun mempercepat longsor jika sewaktu-waktu hujan deras terus-menerus. Sebab pohon-pohon besar penyangga sudah tidak ada lagi atau berkurang.
MINA: Berkaitan dengan pembangunan bagaimana?
Heri: Ini perlunya pembangunan yang berorietantasi lingkungan. Rasulullah sendiri menyebutkan, jika sekarang pegang benih dan tahu besok mau kiamat, tanam benih itu. Ini konsep penghijauan, lingkungan alam.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Memang jaman sekarang dengan berbagai pembangunan fisik rasanya berat. Namun paling tidak kita bisa meminimize.
Apalagi dunia masa mendatang menghadapi iklim la nina, cuaca ekstrim, perubahan iklim karena karbon berlebihan.
MINA: Jadi, eksplorasi alam seperti apa yang relatif aman dan sesuai sunnah? Sebab, bagaimanapun terutama di Indonesia, terutama di pedesaan, kita masih sangat tergantung dengan sumber daya alam.
Heri: Kata kuncinya adalah eksplorasi dengan tetap menajaga keseimbangan alam. Sebab, alam ini mengaami apa yang disebut titik kering, titik optimum dan titik jenuh. Kalau sudah sampai titik jenuh, ya bencana tadi. Ini akibat ulah tangan manusia juga.
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Pembangunan dan pemberdayaan alam saya pikir perlu hijrah dari orientasi eksploitasi ke orientasi Al-Quran. Yaitu dengan melalui kajian-kajian ilmu bersumberkan Al-Quran dengan tujuan untuk pembangunan lingkungan
MINA: Kaitannya dengan Sekolah Tinggi Shuffah Al-Quran seperti apa?
Heri: Ya, inilah kerangka besarnya, bagaimana Shuffah Al-Quran ingin memberikan sumbangsih bagi peradaban manusia dalam pembangunan. Bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu Al-Quran. Namun juga aplikasinya dalam ilmu pengetahuan, termasuk pembangunan berwawasan lingkungan.
Ini terkait dengan tugas Khalifah di muka bumi ini. Khalifah berfungsi menjaga keseimbangan bumi, menjaga makhluk-mahkluk lain selain manusia juga. Itu semua adalah bentuk ibadah kepada Allah. (P4/P2)
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)