KONFLIK YAMAN DI MATA DUBES RI DI YAMAN (wawancara eksklusif)

Dubes Indonesia di Yaman. Foto: Kemlu
Dubes Indonesia di . Foto: Kemlu

Sejak 25 Maret 2015, pasukan dari kurang lebih 10 negara setuju untuk melakukan serangan masif melawan sebuah kelompok lama yang memberontak di Yaman. Kelompok yang berusaha menggulingkan pemerintahan Presiden Abdu Rabuh Mansour Hadi itu akhirnya berhasil menguasai ibukota setelah berminggu-minggu menempatkan diri di pos di pinggiran kota San’a.

Serangan koalisi yang dipimpin tersebut telah menewaskan lebih 1.244 jiwa dalam kurun satu bulan. Para korban yang berjatuhan tidak hanya  para anggota milisi melainkan juga rakyat sipil yang tidak berdosa.

Dalam serangan itu pula, Kedutaan Besar Republik Indonesia () di San’a terkena imbasnya.  Radiasi serangan udara yang berjarak kurang dari satu kilometer  telah membuat gedung KBRI rusak parah, dan melukai beberapa staf yang sedang ada di  tempat saat perististiwa berlangsung.

Untuk melihat lebih jauh konflik yang sedang terjadi di  negara itu, Mi’raj Islamic News Agency (MINA) berhasil mendapatkan kesempatan untuk berbincang-bincang dengan Dubes RI untuk Yaman, , yang sedang ada di Indonesia setelah membawa lebih dari 200 orang WNI dalam proses evakuasi yang dipimpinnya baru-baru ini. Wawancara dilakukan sembari makan pagi di Hotel Borobudur, Jakarta. Berikut petikan wawancara tersebut :

MINA: Bagaimana kondisi KBRI terkini setelah terkena efek serangan kemarin?

Dubes Wajid:  Sekarang gedung dalam kondisi kosong, dan seluruh staf telah dievakuasi. Saya berencana minggu depan ke sana untuk meninjau dan melihat WNI yang masih  ada di sana. Alhamdulillah tidak ada korban meninggal dalam insiden itu, hanya beberapa staf kami yang terluka, setelah kejadian yang terluka langsung kami bawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan langsung dan akhirnya mereka sudah bisa pulang ke Indonesia.

MINA: Bapak memimpin sendiri 200 WNI keluar dari Yaman, bagaimana rute yang Bapak ambil di tengah konflik berlangsung?

Dubes Wajid: Saya dari San’a menuju Ma’bar terus ke , tapi dengan rute memutar karena sambil mengajak WNI selama perjalanan, saya tidak mau buru-buru, Alhamdulillah terkumpul 262 orang. Dan terus menuju ke perbatasan di utara, hingga akhirnya menginap di Jizan di Saudi dan dijemput pesawat TNI sedikit demi sedikit dan saya yang dijemput bersama WNI pada kloter terakhir. Sampai di Salalah, Oman, ada banyak bis yang mengangkut kami. Dan setelah itu kami bisa ke Indonesia.

MINA: Saat evakuasi bagaimana kondisi Yaman?

Dubes Wajid: Saat itu adalah hari kelima serangan, saya juga bersama  putri remaja saya, kami mendengar dentuman bom dari serangan udara di sekitar saya selama perjalanan.  Saat itu kami dikawal pasukan pemerintah.

MINA: Pengalaman-pengalaman selama evakuasi?

Dubes Wajid: Ada pengalaman menarik saya dan putri saya selama evakuasi. Kami diundang pemilik pabrik dairy product di sana. Setelah makan siang, pemilik perusahaan besar itu mengajak saya untuk menginap di guest house-nya. Biasanya semua duta besar kalau ke Hudaidah pasti menginapnya di guest house beliau. Dan beliau meyakinkan bahwa tempatnya dijaga keamanan yang ketat. Namun saat itu saya menolak, alasannya karena saya sedang memimpin evakuasi dan saya ingin berada bersama para WNI selama proses itu. Dan kemudian saya dapat kabar, guest house dan pabriknya terkena bom dalam serangan-serangan itu. Saya bersyukur Alhamdulillah masih diselamatkan Allah.

MINA: Sejauh ini bagaimana kondisi WNI yang masih ada di sana?

Dubes Wajid: WNI di Yaman masih ada lebih dari 1.000 orang dan kalau benar setelah ujian ada evakuasi, mungkin bulan Juni mendatang akan ada gelombang evakuasi, tapi mungkin tidak sebesar gelombang-gelombang sebelumnya. Ajakan evakuasi sudah kami lakukan sejak  September tahun lalu, kemudian Februari dan April sebelum saya kembali ke sini. Kita himbau kembali mereka bukan karena konflik yang sedang berlangsung, tapi juga karena kondisi persediaan bahan kebutuhan pokok  di sana sudah berkurang. Dan saya juga khawatir jika suatu saat hubungan telepon diputus itu akan lebih menyusahkan tim untuk evakuasi.

MINA: Berapa total WNI yang sudah dievakuasi sejak akhir tahun kemarin?

Dubes Wajid: Total yang sudah kita bawa keluar Yaman yaitu sebanyak 2.167, terdiri dari 2.059 WNI dan 109 warga asing. Untuk warga asing kita bawa sampai keluar Yaman dan sudah itu mereka bisa mengurusi diri sendiri.  Seperti Thailand, warganya yang ikut dalam rombongan kita, akhirnya diambil perwakilannya di perbatasan karena tidak ada kedubes  Thailand di Yaman.

MINA: Bagaimana kondisi Yaman terakhir kali bapak lihat?

Dubes Wajid: Kelompok Houthi dulu hanya menguasai utara Yaman saja, sementara sekarang sudah menguasai ibukota sehingga membuat pemerintah Yaman khawatir dan meminta bantuan internasional untuk itu. Sekarang kota-kota pinggiran yang terlihat bebas dari konflik mulai merasakan efek konflik, Hadramaut misalnya, provinsi besar di Yaman itu relatif aman sebelumnya. Namun kita tidak pernah tahu dan tidak bisa memastikan kondisi yang aman dari konflik, karena semua bisa terkena serangan tiba-tiba saat konflik berkecamuk.  Intinya tidak ada tempat yang aman di sana, semua terancam konflik.

MINA: Apa yang bapak lihat dari para pelaku konflik yang sedang berlangsung?

Dubes Wajid: Pasukan koalisi memang terlihat berusaha memporakporandakan milisi Houthi dengan bombardir besar-besaran.   Tujuannya agar mereka membasmi Houthi dan tidak merusak pemerintah yang ada sekarang ini. Tapi perlu juga diingat bahwa kekuatan Houthi di selatan juga belum kuat. Di sana masih ada kekuatan lain seperti Al-Qaidah yang juga kuat dan menguasai daerah selatan. Dan mereka sudah lama ada di situ, meskipun Houthi sudah lebih dulu ada di Yaman.

MINA: Mayoritas masyarakat di Indonesia melihat konflik yang terjadi di Yaman adalah konflik sektarian, bagaimana Bapak melihat konflik ini?

Dubes Wajid: Sekarang konflik yang terjadi di Yaman tidak hanya disebabkan isu sektarian saja, karena sudah jelas terlihat dari kepentingan pelaku konflik. Saat ini saya lihat lebih ke perebutan kekuasaan pemerintahan. Sejauh ini, itulah yang  merupakan faktor utama konflik, meskipun isu sektarian menjadi bumbu konfliknya.

MINA: Bagaimana konflik antara milisi dan pemerintah di mata perwakilan RI di Yaman?

Dubes Wajid: Sejauh ini saya berhubungan baik dengan pemerintah, dan berkomunikasi pula dengan milisi Houthi. Posisi Indonesia sejak dulu berusaha mendamaikan, dan kita tidak mendukung pihak manapun, oleh karenanya saya katakan kepada Pemerintah Yaman bahwa mereka adalah saudara kami dan kepada Houthi juga sama. Dengan demikian saat evakuasi kami sering bertemu kelompok Houthi di pos penjagaan, mereka baik kepada kami dan  sempat menawarkan bantuan apa yang bisa mereka berikan. Awal evakuasi kami informasikan kepada Kemenlu Yaman bahwa KBRI tidak ditutup namun operasionalnya dijalankan dari luar San’a.

MINA: Dengan kondisi yang kian panas di utara, apakah upaya dialog akan gagal?

Dubes Wajid: Saya sendiri masih belum melihat ada upaya penyelesaian damai maupun dialog dalam waktu dekat, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi. Karena sejauh ini kedua pihak saling bersikeras. Misalnya kemarin Kemenlu Yaman mengatakan kepada milisi bahwa pihaknya tidak akan melakukan dialog selama Houthi ada di ibukota, dan sebaliknya milisi opoisis Houthi juga bersikeras akan berada di kota tersebut bahkan jika harus sampai mati. Namun Indonesia terus mengupayakan kedua pihak untuk dialog dan mengurangi penyelesaian damai.(L/R04/P007-P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0