Roma, MINA – Pemimpin Tertinggi ummat Katolik Paus Fransiskus menerima kunjungan Komisioner Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), Philippe Lazzarini, Kamis (11/5), kata badan PBB itu dalam pernyataan pers.
Dikutip dari Wafa, Jum’at, (12/5), Philippe Lazzarini menggambarkan kepada Paus, krisis keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tengah kurangnya prospek untuk mencapai solusi atas penderitaan pengungsi Palestina.
Dia memberi Paus gambaran umum tentang kebutuhan mendesak para pengungsi Palestina di seluruh wilayah operasi UNRWA dan menyampaikan kesaksian langsung setelah kunjungannya baru-baru ini ke Suriah dan Lebanon setelah gempa dahsyat.
Lazzarini menyoroti kerja keras UNRWA dalam mendukung pembangunan SDM pengungsi Palestina, termasuk dalam pendidikan melalui lebih dari 700 sekolah yang melayani lebih dari setengah juta anak perempuan dan laki-laki pengungsi Palestina.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Pendidikan menjadi program terbesar yang dijalankan oleh UNRWA, dibentuk oleh prinsip-prinsip perdamaian dan toleransi.
Philippe Lazzarini meminta Paus untuk membantu memastikan nasib 5,9 juta pengungsi Palestina yang tidak boleh dilupakan serta hak mereka untuk hidup damai dan bermartabat harus ditegakkan.
“Saya merasa sangat terhormat untuk menyampaikan kepada Paus Fransiskus kisah para pengungsi Palestina dan kondisi kritis serta dampak layanan UNRWA dalam kehidupan sehari-hari mereka,” katanya.
“Mendekati peringatan 75 tahun UNRWA, dukungan untuk hak asasi pengungsi Palestina dan pekerjaan UNRWA menjadi lebih penting dari sebelumnya untuk membantu mereka mencapai kehidupan yang bermartabat. Krisis keuangan serius yang terus dihadapi UNRWA berisiko merusak hasil pembangunan SDM dari pengungsi Palestina,” tambahnya.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Dalam pertemuan tersebut, Lazzarini memberikan surat kepada Paus dari Leen, seorang gadis berusia 15 tahun dan seorang anggota parlemen mahasiswa UNRWA. Dia tinggal di kamp pengungsi Dheisheh, dekat kota Betlehem di Tepi Barat yang diduduki.
“Seperti anak-anak lain di kamp, saya ingin menyelesaikan pendidikan saya, sehingga saya dapat membangun masa depan yang baik untuk diri saya sendiri dan membantu keluarga saya serta orang-orang di kamp meningkatkan kehidupan mereka. Sebagai pengungsi Palestina, saya ingin hidup damai seperti anak-anak dunia lainnya. Kami menginginkan hak kami, kami ingin hidup bebas, damai dan aman, dan kami ingin bersekolah dengan damai tanpa rasa takut.” (T/chy/B03/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza