Siapa tak kenal Yogyakarta sebagai salah satu pusat batik di Indonesia. Kabupaten Sleman yang menjadi bagian dari wilayah geografis dan kultural Daerah Istimewa Yogyakarta tengah mengembangkan batik yang menjadi produk unggulan dan branding Kabupaten Sleman.
Dalam keterangan tertulis PWI Pusat, Selasa (31/1), Bupati Sleman Dra. Hj. Kustini Sri Purnomo mengungkapkan programnya mengembangkan batik sebagai produk unggulan dan untuk branding Kabupaten Sleman, yaitu batik Sinom Parijotho Salak.
Hal itu disampaikannya saat presentasinya di hadapan Tim Juri Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023 beberapa waktu lalu.
Bahkan untuk meyakinkan tim juri Kustini tidak saja menyampaikan prestentasi, tetapi juga menggelar sejumlah batik Sinom Parijotho Salak. Sampai-sampai ada anggota tim juri berkomentar Ruang Rapat PWI Pusat di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, telah berubah menjadi “butik”.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Akhirnya, Bupati Sleman Dra. Hj. Kustini Sri Purnomo menjadi salah seorang yang terpilih mendapatkan Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023 dari 10 bupati/wali kota penerima Anugerah Kebudayaan PWI Pusat tahun ini.
Kustini telah berhasil mengembangkan batik khas Sleman dengan memanfaatkan kearifan lokal, yaitu batik Sinom Parijotho Salak, tidak saja di tingkat nasional tapi juga internasional.
“Batik Sinom Parijotho Salak adalah inovasi batik Sleman berbasis kearifan lokal,” jelas Kustini yang tampil mengenakan batik tersebut saat presentasi.
Kustini menjelaskan perjalanan panjang pencarian batik Sinom Parijotho Salak sampai menjadi terkenal seperti sekarang. Saat dirinya menjadi Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kabupaten Sleman 2010-2021, muncul keinginan untuk menciptakan batik khas Kabupaten Sleman.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Keinginan Dekranasda Kabupaten Sleman mendapat dukungan dari Bupati Sleman H. Sri Purnomo, M.Si (periode 2010-2015 dan 2016 -2021), yang tidak lain suami Kustini. Maka, digelarlah lomba desain batik Sleman tahun 2012.
“Tujuan lomba ini adalah untuk menggali potensi desainer-desainer batik dalam menggali motif-motif batik yang bersumber pada kekayaan alam dan budaya Kabupaten Sleman,” jelas Kustini.
Lomba itu berhasil menjaring 10 finalis. Kemudian dipilih dua desain motif sebagai pemenangnya. Kedua motif desain itu adalah Parijotho yang dibuat oleh Susilo Radi Yuniarto dan desain motif Salak oleh Isdianto.
“Motif desain Parijotho dan Salak dipilih karena tanaman parijotho dan salak memang banyak ditemukan di Kabupaten Sleman,” jelas Kustini.
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Untuk pewarnaannya, digunakan warna alam. Pihak Pemkab telah bekerja sama dengan Fakultas Teknik Kimia UGM tahun 2015 untuk menemukan pewarna alam yang bermutu, yaitu indigofera dalam bentuk bubuk.
Bahan baku batik yang bermutu harus tersedia. Bupati Kustini menjelaskan pihaknya telah bekerja sama dengan PT Primisima sejak tahun 2016 untuk menyediakan bahan baku batik yang bermutu.
Makna Filosofis
Makna filosofis di balik dua motif yang jadi pemenang itu juga ada. Menurut Kustini, kedua motif tersebut menggambarkan harapan akan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Sleman yang diayomi oleh pemimpin pemegang amanah rakyat.
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global
Kedua motif tersebut kemudian didesain ulang digabungkan oleh perajin-perajin Paguyuban Batik Khas Sleman menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, yakni batik motif Sinom Parijotho Salak.
Tahun 2014, Pemkab Sleman me-launching batik motif Sinom Parijotho Salak. Hal itu dikukuhkan dengan menerbitkan peraturan Bupati tentang tata kelola batik Sleman tahun 2015. Lalu, Pemkab Sleman mendaftarkan hak cipta Hak Cipta Motif Batik Sinom Parijotho Salak di Kementerian Hukum dan HAM tahun 2019.
Pemkab Sleman menetapkan batik Sinom Parijotho Salak sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Sleman. Kemudian keluat kebijakan menetapkan penggunaan pakaian oleh masyarakat dan ASN di lingkungan Pemkab Sleman.
Kerja keras yang panjang memproduksi batik khas Sleman itu kini mulai menunjukkan hasilnya. Pendapatan pengrajin batik Sinom Parijotho Salak meningkat cukup singnifikan beberapa tahun terakhir. Omzet tahun 2020 telah mencapai Rp 5,025 miliar, lalu tahun 2021 mencapai Rp 7,815 miliar, dan tahun 2022 omzetnya telah menembus angka Rp 8,76 miliar.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Batik itu pun telah menjadi branding Kabupaten Sleman dan sebagai produk unggulannya. Batik ini pun telah terbang tinggi. Desainer Samuel Watimena telah membawa Sinom Parijotho Salak ikut dalam fashion show di Korea Selatan. Batik ini telah memasuki pasar Eropa. Batik Sinom Parijotho Salak pun telah menjadi branding bagi Kabupaten Sleman.(R/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina