Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

China Tolak Bergabung dalam Dialog Perlucutan Senjata Nuklir

kurnia - Selasa, 14 Mei 2019 - 12:27 WIB

Selasa, 14 Mei 2019 - 12:27 WIB

2 Views ㅤ

Moskow, MINA – Pemerintah China pada Senin (13/5) mengumumkan, pihaknya tidak tertarik bergabung dengan Rusia dan Amerika Serikat dalam pembicaraan tentang perlucutan senjata nuklir.

Keengganan China untuk merundingkan kemungkinan bergabung dengan Pakta Nuklir Jangka Menengah merupakan salah satu alasan utama keluarnya AS dari perjanjian tersebut.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Washington siap untuk mempertahankan perjanjian dengan syarat partisipasi Beijing.

Berbicara pada konferensi pers di Sochi setelah pertemuan dengan rekan sejawatnya dari Rusia Sergey Lavrov, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan bahwa bergabung dengan pembicaraan itu bukanlah suatu keharusan, demikian Anadolu Agency melaporkan dikutip MINA

Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza

Dia juga menambahkan, China menjaga persenjataan nuklirnya pada tingkat minimum, sepadan dengan kebutuhan kebijakan pertahanannya, terutama karena ketidakpastian situasi di Semenanjung Korea.

Menanggapi soal kesepakatan pengendalian senjata lainnya, Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START), Sergey Lavrov mengatakan dia akan membahas perpanjangannya dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo selama pertemuan di Sochi pada 14 Mei.

Lavrov menuturkan bahwa kesepakatan nuklir dan program nuklir Iran akan dibahas dalam pertemuan tersebut.

“Besok, kami akan mencoba mengklarifikasi rencana Amerika untuk mengatasi krisis ini (seputar kesepakatan nuklir Iran) yang merupakan hasil dari keputusan sepihak mereka. Saya menantikan pembicaraan yang jujur dengan rekan saya,” ujar dia.

Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu

Tahun lalu, Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman.

Tidak lama kemudian, Washington memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran yang menargetkan sektor energi dan perbankan negara itu.

Baik Lavrov dan Wang mengecam sanksi ekonomi AS, mengatakan bahwa kedua negara tidak menerima tindakan yang bertentangan dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). (T/R03/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Ratusan Ribu Warga Spanyol Protes Penanganan Banjir oleh Pemerintah

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Eropa
Kolom
Indonesia
Indonesia